Chereads / Menikah Kilat Dengan Bos / Chapter 17 - Bab 17. Dia Erina bukan Mentari

Chapter 17 - Bab 17. Dia Erina bukan Mentari

Melan masuk untuk mengambil bekas makanan mereka. Sementara Fic menyiapkan obat untuk Erina.

"Jika kamu tidak mau ke Rumah sakit' atau Dokter kemari, beristirahat saja. Aku akan bekerja di kamar ini sambil menemanimu."

Erina hanya mengangguk saja, kemudian melangkah untuk mengganti pakaian kantornya dengan pakaian biasa. Itu dilakukan Erina di dalam kamar mandi.

Saat keluar dari kamar mandi, Erina melihat Fic sudah membuka Laptop di atas meja. Erina menghampiri dan duduk di sampingnya. Tangan Fic begitu terlihat lincah. Lalu pandangan Erina beralih ke wajah pria itu. Dia sangat tampan. Pelan pelan, ada rasa terpesona dihati Erina, kemudian Erina merasa bersyukur. Bagaimana tidak, semua ini seperti sebuah anugerah. Dia dipertemukan dan mendadak menikah dengan Pria yang begitu tampan dan kaya raya seperti ini.

Mana mungkin ada wanita yang akan menolak menjadi Istrinya? Tetapi Erina masih saja ragu. Pasti ada alasan kuat mengapa Fic bisa menikahinya. Lalu dia kembali teringat tentang kata kata Fic semalam.

Fic menyadari jika Erina memperhatikannya.

"Kenapa? Apa kamu menyesal sudah menikah denganku?" Fic menghentikan aktivitasnya dan menoleh. Erina segera menunduk.

"Semalam kamu mengatakan jangan pergi lagi. Siapa yang kamu maksud?" Erina berbicara tanpa menoleh melihat wajah Fic.

Fic menarik nafas. "Aku sudah banyak kehilangan orang orang yang aku cintai. Aku takut kehilangan lagi."

"Apa kamu punya kekasih di masa lalu?" Erina sekarang menoleh.

"Aku tidak punya kekasih. Aku juga tidak sempat jatuh cinta pada seorang wanita." Jawab Fic, dia masih menatap Erina.

"Lalu? Sepertinya kau kehilangan wanita yang sangat kau cintai."

"Aku mencintai orang-orang terdekatku yang juga mencintaiku. Dan mereka semua sudah pergi. Sekarang aku hanya punya dirimu saja. Apa kamu juga akan pergi?"

Erina terdiam sesaat. "Jika tidak ada alasan untuk pergi, kenapa harus pergi? Tetapi, apa kamu juga tidak akan pergi dariku saat nanti aku ada masalah?"

"Jadi bagaimana jika, kita berjanji untuk tidak akan saling meninggalkan, meskipun ada masalah apapun."

Fic menutup laptopnya. Kemudian menggeser duduknya.

Fic menatap lekat ke wajah Erina.

"Pertama kali dalam hidupku, aku jatuh cinta padamu, saat melihatmu menggebrak pintu mobilku. Apa kau masih ingat, pernah melakukan itu padaku?"

Erina mendongak, ikut menatap wajah yang sedang menatapnya itu. Sambil mengingat ingat, apakah benar yang dikatakan Fic.

"Kapan?"

"Aku lupa kapan. Tapi saat itu, aku hampir menabrakmu."

Kemudian Erina tertawa, dia berhasil mengingat kejadian itu. Dia sama sekali tidak melihat wajah seseorang yang hampir menabraknya, tetapi dia sempat marah dan memaki.

Erina tertawa sambil Memukul lengan Fic tanpa sengaja. Fic menangkap tangan Erina. Dia tersenyum, begitu senangnya hati Fic karena baru kali ini dia bisa melihat Erina tertawa.

"Ternyata, kamu pria brengsek itu!" Erina kembali tertawa, sampai Fic menarik tangannya sampai tubuh Erina terhuyung menabrak tubuhnya.

Fic memeluk Erina dari belakang. Menaruh kepalanya di bahu Erina.

"Kamu percaya? Kalau aku menyukaimu?"

Erina menoleh, "Itu terdengar bohong sekali. Mana mungkin kamu bisa menyukai hanya dalam sekali melihat."

Fic mengeratkan pelukannya. "Kamu tidak mengerti Erina. Saat itu aku sangat takut terlambat. Aku mencari tahu informasi tentang dirimu. Aku mengetahui semuanya tentang gosip itu. Tapi aku tidak peduli."

Fic memutar tubuh Erina dan menyadarkannya di sofa. Dia menggenggam tangan Erina.

"Yang membuatku Frustasi, saat aku tau kau akan menikah. Aku merasa, jika aku benar benar terlambat. Aku jadi ingin menculikmu di saat hari pernikahanmu. Ah,.." Fic tertawa kecil mengingat rencananya yang pernah dibuatnya dulu bersama Jefri.

Erina bengong mendengar pengakuan Fic. "Kau ingin menculikku?"

"Ya." Fic mengangguk.

"Tapi Tuhan rupanya berpihak padaku. Saat aku mengikutimu ke Restoran itu. Aku melihat kamu dalam masalah." Fic menarik nafas.

"Mungkin ini terdengar jahat. Aku bahagia diatas penderitaanmu saat itu. Dan lebih tidak menyangka, kamu datang sendiri menemuiku untuk menikahi ku."

Fic kembali tertawa kecil, itu membuat wajah Erina memerah menahan malu.

Fic kembali mengangkat wajah Erina. Lalu menunduk untuk mencium kening Erina.

"Ini kenyataan Erina. Aku memang menyukaimu." Fic kembali menunduk. Mencium bibir Erina. Erina benar benar kaku. Apalagi ketika Fic melumat bibirnya. Tangan Erina sampai terasa gemetaran.

Fic memejamkan matanya, menikmati betapa indahnya perasaannya ini. Manis bibir ini adalah mimpi yang selalu hadir dalam setiap tidurnya.

Pintu diketuk seseorang, membuyarkan semua keindahan yang baru saja tercipta.

Fic menarik tubuhnya. Menyeka bibir Erina dan merapikan rambutnya.

"Tunggu sebentar." Fic berdiri untuk membuka pintu. Meninggalkan Erina yang menunduk dengan wajah yang begitu memerah.

"Tuan. Aku membawa kabar dari Rumah Sakit." Jefri sudah berdiri di depan pintu.

Fic mengangguk pelan. Setelah Menoleh kepada Erina, dia keluar kamar mengikuti langkah Jefri menuju ruangan kerja.

Sekarang mereka berdua sudah duduk dengan baik. Terlihat Jefri mengulurkan sebuah Map berwarna coklat.

Fic menerima itu dan mengeluarkan isinya. Fic membaca dengan seksama.

Ketika membaca itu, wajah Fic langsung terlihat gusar. Dia mengusap wajahnya dan terdengar Menarik nafas begitu panjang dan membuang dengan sangat kasar.

Dia menoleh kepada Jefri yang menunduk.

Kemudian meremas kertas yang ada di tangannya.

"Bakar itu. Jangan biarkan Erina menemukannya." Fic melempar kertas itu di atas meja dan berdiri.

"Tuan."

"Aku sudah menyiapkan diri. Jadi kamu tidak perlu terlalu khawatir." Selesai bicara, Fic pergi begitu saja meninggalkan Jefri.

Dia kembali melangkah ke kamar. Sesampainya di kamar, Fic mendapati Erina sudah tertidur di Sofa. Fic merengkuh tubuh mungil Erina dan membawanya ke atas Ranjang. Lalu membaringkannya dengan perlahan.

Fic memandangi wajah yang menyimpan begitu banyak beban itu. Tangannya mengusap kepalanya.

"Maafkan aku. Aku merasa bersalah padamu. Selama ini aku mengira jika kau," Fic menghentikan ucapannya. Kemudian mencium kening Erina.

Fic masih memandangi wajah Erina, Ada rasa teramat kecewa di hati Fic. Dia pernah berharap jika Tes DNA Erina adalah positif, tetapi Fic sudah menyiapkan diri jika hasilnya adalah Negatif.

Dia Erina, bukanlah Mentari. Bukan gadis kecil yang sudah pergi dari hidupnya tiga belas tahun yang lalu.

Jujur saja, Fic sangat kecewa dengan hasil tes DNA itu. Tetapi, menatap wajah polos Erina yang teramat manis seperti itu, Fic tersenyum. Mata itu begitu mirip dengan milik Mentari.

Namun ada banyak perbedaan diantara Mereka. Mentari adalah gadis kecil kesayangan Fic. Dia sangat memanjakan dan menyayangi Mentari yang lucu dan menggemaskan. Lalu Erina, dia adalah gadis yang membuat Fic penasaran. Gadis pendiam dan manis yang mampu membuat hatinya selalu bergetar saat menatapnya.

"Maafkan aku jika pernah berharap padamu. Awalnya aku hanya menyukaimu. Tetapi sekarang, sepertinya aku jatuh cinta padamu." Bulir air mata Fic jatuh tanpa dia sadari. Namun dia langsung menyekanya saat melihat Erina bergerak.

"Fic." Erina langsung membuka matanya.

"Aku ketiduran ya?"

"Tidak apa-apa. Aku tadi memindahkanmu disini. Tidurlah kembali." Fic mencegah Erina yang akan bangun.