Fic menarik selimut untuk menutupi tubuh Erina yang sudah kembali terlelap. Kemudian Fic melangkah meninggalkan Kamar. Dia kembali ke Ruang kerjanya untuk menemui Jefri.
"Tuan. Kenapa menerima Tuan Mahendra di Perusahaan, apalagi ini di bagian keuangan? Apakah itu tidak berbahaya?" Jefri berbicara setelah duduk Fic dihadapannya.
"Justru itu yang aku cari."
"Maksudmu?" Jefri langsung terbelalak.
"Kamu tidak mengerti?"
Jefri hanya menggeleng, dia belum bisa mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Fic. Bukankah dia sangat tidak ingin satupun dari keluarganya ada yang bergabung di Perusahaan peninggalan Ayahnya?
"Bagaimana caranya kita menendang seseorang secara terang terangan jika tidak mengumpulkan banyak kesalahan terlebih dahulu."
Jefri kemudian tersenyum. Sekarang dia paham dengan apa yang sedang direncanakan oleh Fic.
"Aku juga ingin tahu, apakah sejauh ini ada perubahan dari Paman Adreno. Atau dia masih sama seperti dulu."
Adreno adalah Kakak dari Ayah Fic yang bernama Devis. Sebenarnya mereka dulu adalah keluarga yang romantis. Tetapi entah karena apa, persaudaraan mereka retak. Kemudian dengan sepihak, Adreno menguasai semua Aset dari Perusahaan Keluarga. Sepeser pun Devis tidak diberi Hak.
Devis memilih memutuskan untuk keluar dari keluarga besarnya dan membangun Perusahaan sendiri.
Lalu perusahaan itu berkembang pesat bahkan bisa jauh lebih maju dibanding perusahaan milik keluarganya.
Dan beberapa tahun setelah kejayaan Galaxy Group milik Devis Albarez, Perusahaan Mitro X milik keluarganya bermasalah dan mengalami kebangkrutan.
Devis disalahkan karena tidak mau membantu untuk menjaga Perusahaan Keluarga. Kemudian permusuhan diantara mereka semakin menjadi, apalagi ketika Devis selalu menolak siapapun keluarganya yang ingin ikut bergabung dalam Perusahaannya.
Rupanya beberapa hari yang lalu, Adreno datang untuk memohon kerja sama dengan Fic. Lalu Kakek menelepon dan meminta dua permintaan.
"Beri mereka kesempatan. Bekerjasama atau bekerja di perusahaan mu. Agar Mendingan Putra keduaku tidak terus disalahkan."
Fic tidak mungkin bekerja sama dengan perusahaan Keluarganya, atas pesan sang Ayah. Jadi, Fic memilih permintaan Kakek yang kedua.
Fic memberi kesempatan, walau sebenarnya ini dilakukan hanya semata karena Kakek yang terus mengkhawatirkannya. Dan juga untuk Sebuah rencana.
Kematian keluarga Mentari dan Kedua orangnya, masih menjadi tanda tanya besar bagi Fic. Dan Fic kuat menduga jika Keluarga Adreno ada dibalik semua bencana.
Setelah beberapa lama membicarakan masalah pekerjaan, Fic kembali meminta bantuan Jefri diluar urusan pekerjaan.
"Aku ingin meminta bantuanmu. Terserah kau sendiri, atau orang lain yang akan melakukannya." Fic berkata dengan nada cukup pelan.
"Katakan saja Tuan. Selagi aku bisa, tidak mungkin aku akan menyuruh orang lain."
"Selidiki cinta pertama Erina."
Jefri sedikit terkejut mendengar itu. Sebenarnya wajar saja jika Fic ingin mengetahui semua tentang masa lalu Erina, tetapi yang membuat heran Jefri kenapa harus cinta pertama Erina, kenapa tidak bekas tunangannya yang gagal menikah kemarin?
"Dia bernama Rafael." Jefri menjawab karena memang sudah pernah menyelidiki itu sebelumnya, tetapi Jefri tidak terlalu fokus karena lebih fokus kepada Agam.
"Aku tahu. Tapi dia mengaku pada Erina jika menjabat sebagai Direktur di Perusahaan kita." Fic juga mengatakan jika dia sangat tidak menyukai Orang yang bernama Rafael itu dan akan segera membuat perhitungan dengannya. Bukan karena dia mengaku sebagai Direktur di Perusahaan miliknya, tetapi lebih kepada karena Pria itu sudah berani mengajak Erina selingkuh.
Fic kembali ke kamar. Kembali menatap gadis yang tidur meringkuk di atas Ranjang dengan kebiasaan memeluk selimut itu. Fic membetulkan selimut.
Fic kembali merasakan jarum yang menusuk hatinya. Dia bukan Mentari.
Tetapi kehadiran Erina ini membuat hatinya menghangat. Fic merebahkan tubuhnya di sisi Erina.
***
"Fic!"
"Panggil Aku Kakak!" Fic mendengus kesal. Mencubit kecil Pipi Mentari.
"Kamu itu kan bukan kakakku. Jadi aku tidak Mau!"
"Walau demikian, tapi umurku lebih tua darimu!"
"Meskipun. Tapi setelah kita dewasa, kita akan menikah! Masa iya aku harus memanggil kakak pada Suami sendiri. Itu tidak asyik!"
"Itu Romantis! Seperti Ibuku yang memanggil Kakak kepada Ayahku. Aku juga ingin seperti mereka."
"Tidak Mau. Aku ingin seperti Ibuku yang memanggil Nama pada Ayahku."
Wajah Fic terlihat begitu kesal."Kalau begitu, aku tidak mau memberimu hadiah!"
"Kalau kamu tidak mau memberiku hadiah tidak masalah. Tapi aku tidak mau menjadi istrimu! Biar saja, kamu akan dikejar kejar banyak wanita dan mendapatkan istri yang jahat!"
"Kamu mengutukku?"
"Iya!"
Fic menarik lengan Mentari dan menggelitik tubuhnya. Mentari berteriak dan memberontak. Dia berlari menjauh. Fic tidak ingin kalah, dia mengejar Mentari.
Dua pasang suami istri tertawa melihat mereka.
Pernikahan mereka sudah direncanakan. Pertunangan mereka sudah ada dari awal Mentari berusia Sepuluh tahun itu. Fic tidak keberatan. Tidak ada teman dekat, atau seorang adik, membuat Fic begitu menyayangi Mentari. Mentari adalah adiknya, sahabat sekaligus calon istrinya.
Fic senang dengan keputusan kedua orang tuanya dan berjanji akan menjaga Mentari.
Menjelang malam hari, orang tua Mentari berpamitan.
Fic berlari mendekati Mentari yang sudah ada di dalam mobil.
"Ini hadiah untukmu. Maaf terlambat."
Kedua mata Mentari membinar menatap Boneka Panda berwarna pink di tangan Fic.
"Ini untukku?"
"Tentu saja. Tapi panggil aku kakak."
Mentari tertawa senang, memeluk Boneka Panda di dadanya. "Tapi aku tidak mau!"
"Kembalikan Bonekanya!" Tiba tiba Fic ingin merebut Boneka itu, tapi Mentari menahannya dengan sekuat tenaga.
"Apa kamu tahu, aku membeli ini dengan uang hasil menabung. Bukan meminta Ayah ataupun Ibu. Hanya berharap, agar kamu mau memanggilku kakak."
"Baiklah. Aku akan memanggilmu kakak."
Fic tertawa senang mendengar perkataan Mentari.
"Tapi setelah kita dewasa."
"Terserah kamu saja!" Fic menutup pintu mobil dengan kecewa.
Kedua orang tua mereka kembali tertawa. Setiap kali bertemu, ada saja yang membuat mereka bertengkar. Bertengkar, tapi saling menyayangi. Dan Fic akan terus mengalah demi Mentari.
"Kami pulang ya?" Kedua orang Tua Mentari berpamitan.
Kemudian masuk menyusul Mentari.
Mobil mereka berputar keluar gerbang dan mendapatkan ucapan hati hati dari kedua orang tua Fic.
"Kak Fic! Terimakasih atas Hadiahnya! Aku akan menjaganya!" Mentari mengeluarkan kepalanya dan berteriak kepada Fic sambil melambaikan tangan.
"Selamat Tinggal kak Fic!"
Itu adalah pertama dan terakhir kalinya Mentari memanggilnya sesuai dengan keinginannya.
***
Kak Fic! Terimakasih atas Hadiahnya! Aku akan menjaganya!
Selamat tinggal Kak Fic!
Kak Fic! Kak Fic!
Suara itu berdengung di telinga Fic.
"Mentari! Mentari!"
"Fic. Kamu kenapa?" Erina mengguncang tubuh Fic. Matanya terpejam, keringat membasahi wajahnya. Tapi Fic terus memanggil nama Mentari.
"Fic. Bangunlah. Ada apa?"
Fic membuka matanya dan menatap Erina. Lalu dia memeluk Erina.
"Mentari. Kenapa baru kembali? Aku mencarimu. Aku mencarimu!"
Erina tertegun, mendorong pelan tubuh Fic.
"Aku bukan Mentari."
Fic tersadar, kemudian mengusap wajahnya.
"Maaf. Aku, aku hanya bermimpi." Fic menuruni Ranjang dan pergi ke kamar mandi.
Mentari? Siapa dia?
Erina terus bertanya dalam hati. Apakah Mentari kekasih Fic?
Jika benar Fic punya kekasih, Kenapa menikahinya? Ada rasa sesak yang tiba tiba muncul di dalam hatinya.
Tapi Erina segera sadar diri, jika tidak harus begitu percaya dengan ucapan Fic. Fic tidak mungkin menyukainya. Tidak mungkin mencintainya dengan begitu cepat, apapun alasannya. Erina tidak harus percaya.
Erina melihat Fic keluar dari kamar mandi, tidak menghampirinya malah langsung pergi ke Sofa.
Erina tidak ingin mengganggu, memilih untuk merebahkan tubuhnya kembali.
Tetapi dia tidak bisa tidur, pikirannya terus kepada Fic. Tentang nama Mentari yang dipanggil Fic tadi.
Mentari. Dia pasti wanita yang dicintai Fic. Sampai di dalam tidurnya Fic mengingatnya. Dan mengira jika Dirinya adalah mentari.
'Dia pasti menyesal sudah menikahiku.'