Ketika Erina terbangun di pagi hari, dia tidak melihat Fic ada di kasur sebelahnya. Dia juga tidak melihat Fic berada di sofa tempat Fic duduk semalam.
Erina bangun dan segera mandi. Setelah Erina keluar dari kamar mandi, Melan sudah ada di dalam kamar untuk membantu Erina.
Erina menanyakan tentang keberadaan Fic.
"Tuan Fic sudah berangkat pagi pagi. Tuan Fic hanya berpesan, Nyonya belum boleh berangkat bekerja dahulu."
Fic berangkat pagi pagi? Tanpa menunggunya bangun atau sekedar meninggalkan pesan sendiri. Apa ini ada kaitannya dengan Mentari? Fic mengingat kekasih yang dia cintai.
Erina terdiam, dia bisa menebak jika Fic mungkin sudah mulai menyesal telah menikahinya. Dia tidak boleh sedih. Pernikahannya ini tidak terlalu bisa untuk diharapkan. Erina harus sadar diri.
Kemudian dia bersiap untuk berangkat ke Tempat pekerjaan.
"Aku sudah sehat. Jadi aku harus bekerja. Kau tenang saja. Aku akan tiba di rumah sebelum Fic sampai." Erina berpesan kepada Melan. Tentu saja Melan cemas.
Erina meyakinkan dan berjanji akan mengirim pesan kepada Fic.
Sekarang Erina sudah pergi Ke Tempat pekerjaan dengan menumpang taksi karena dia menolak saat seorang sopir ingin mengantarnya.
Di kantor Galaxy Group.
Fic tidak bisa bekerja dengan baik. Ada Mentari dan Erina di dalam pikirannya.
Dua nama itu membuat kepala Fic terasa berat. Mentari dan Erina.
Dia merasa bersalah terhadap kedua Wanita itu.
Merasa telah menyakiti keduanya. Dengan Menikahi Erina, Fic seperti telah mengkhianati Mentari. Fic juga merasa telah membohongi Erina.
Apakah aku benar-benar mencintai Erina?
Fic kemudian mulai bertanya tanya dan kembali ingin meyakinkan hatinya.
Tidak bisa dipungkirii, jika awalnya Fic menginginkan Erina karena mata Erina yang begitu mirip dengan Mentari. Lalu setelah menyelidiki asal usul Erina, Fic menemukan fakta jika Erina bukanlah anak kandung Handoyo. Fic begitu senang dan sangat berharap jika Erina adalah Mentari.
Tetapi hasil tes DNA Erina dan Nyonya Eli yang merupakan Nenek kandung Mentari adalah Negatif. Itu membuat Fic terpukul, Kecewa dan merasa bersalah. Dia terlalu cepat mengambil keputusan. Hanya karena melihat mata dan senyum Erina yang sama dengan Mentari, Fic menikahnya.
"Mentari sudah tiada." Fic kembali menguatkan hati, mencoba menerima jika Mentari sudah tidak ada. Tetapi entah kenapa, dia terus merasa jika Mentari masih hidup. Apalagi akhir akhir ini, setiap Fic berada di dekat Erina atau sekedar membayangkan wajahnya, dia merasa jika jiwa Mentari ada di tubuh Erina. Tetapi karena mimpinya semalam,Fic jadi kembali teringat akan Mentari dan kembali tenggelam dalam kesedihan.
"Tuan." Jefri muncul dihadapannya.
Fic hanya melirik saja tanpa ingin bertanya apapun.
"Tuan. Apakah aku perlu menyelidiki Tuan Muda Mahendra?"
"Ini baru beberapa hari. Jadi biarkan saja dulu."
"Baiklah." Jefri kemudian duduk di hadapan Fic.
"Melan tadi menghubungiku, dan mengatakan jika pagi ini Nona pergi bekerja."
Fic langsung mendongak menatap Jefri. Lalu memeriksa ponselnya yang dari tadi tidak di hiraukan.
Ada pesan masuk dari Erina. Rupanya Erina mengirimkan pesan padanya.
'Gara gara mimpi itu, aku mengacuhkan Erina. Pasti dia sedang bersedih sekarang.'
"Tuan. Tentang cinta pertama Nona Erina,"
"Apa kamu sudah mendapatkan informasinya?" Fic langsung bertanya.
Jefri mengangguk.
"Katakan padaku. Siapa?"
"Anda pasti akan terkejut jika mengetahuinya." Jefri mengeluarkan sebuah kartu nama.
"Sepertinya, anda melupakan sesuatu tentang Tuan Muda Mahendra."
Fic mengerutkan alisnya ketika menatap kartu nama itu.
"Rafael?" Fic seperti sedang mengingat ingat sesuatu sambil terus menatap nama Mahendra Adreno.
Fic mengusap wajahnya, kemudian meremas kartu nama itu.
"Aku tentu mengingatnya. Tetapi, benarkah dia cinta pertama Erina?"
"Benar Tuan. Aku sudah menyelidiki. Cinta pertama Nona Erina Adalah Tuan Muda Mahendra. Hanya saja, Tuan Muda Mahendra hanya memakai panggilan kecilnya saat bersama Nona Erina."
Informasi yang didapat Jefri adalah benar, Rafael adalah Mahendra.
Mahendra sengaja hanya memakai nama kecilnya untuk berkenalan dengan Erina karena dia tidak ingin orang lain tahu jika dia berasal dari keluarga Adreso.
Rafael sebenarnya sangat mencintai Erina. Tetapi, karena kasus tiga Tahun yang lalu menyebabkan dia kecewa berat dan meninggalkan Erina ke luar negeri untuk menenangkan diri. Ketika Rafeal sudah mulai melupakan sakit hatinya kepada Erina, dia memutuskan untuk pulang dan ingin kembali menemui Erina.
Dia mendatangi rumah Erina dan menanyakan tentang Erina kepada Keluarga Erina.
Tetapi dia kembali dibuat Kecewa ketika mendengar kabar jika Erina sudah bertunangan dan akan segera menikah. Saat itu sebenarnya Rafael belum putus asa dan tetap berniat untuk menemui Erina.
Tiba /-tiba saja seseorang mengirim beberapa Foto Erina yang sedang tidur dengan seorang Pria Tua dengan gepokan uang di atas tubuhnya.
Rafeal benar benar marah. Melihat foto Erina dengan mata yang terbuka lebar itu, hatinya sangat sakit dan kecewa.
Apakah Erina benar-benar sudah berubah? Rela menjual tubuhnya hanya demi uang?
Erina yang Rafeal kenal dulu tidak seperti itu. Erina adalah gadis yang lembut dan ceria.
Sementara saat ini, Erina sudah bekerja seperti biasa dikantornya. Menyusun rencana dan menyiapkan konten konten untuk kepentingan wawancara mereka lusa.
Tiba-tiba saja Ponselnya berdering beberapa kali. Erina meraihnya untuk memeriksa. Nomor tidak dikenal.
Erina mengangkat panggilan.
"Halo. Kami dari pihak Rumah sakit. Apakah benar ini dengan keluarga pasien yang bernama Handoyo?"
"Handoyo? Maksudnya?" Erina langsung berdiri.
Wajahnya seketika memucat ketika Dokter menjelaskan sesuatu.
"Saya akan segera kesana." Selesai berbicara seperti itu, Erina langsung meminta izin pada bos dan pergi ke Rumah Sakit tersebut.
Erina segera menemui pihak Rumah sakit. Dia begitu terkejut ketika Dokter menjelaskan sesuatu.
"Jadi, Ayahku sudah beberapa bulan berada disini dalam keadaan koma?"
"Iya."
Dokter menerangkan jika Pasian atas nama Handoyo ini sudah beberapa bulan berada disini dan tidak ada yang mengurus biayanya. Pihak keluarga sudah dihubungi beberapa kali tetapi tidak ada yang merespon.
Pihak Rumah sakit hampir saja mencabut alat bantu medisnya, namun tiba tiba pasien sadar dan hanya sempat menyebutkan nama Erina kemudian kritis lagi dan kembali koma.
"Ya betul Dokter. Aku adalah Putrinya. Tolong beri yang terbaik untuk Ayahku. Aku yang akan membayar biayanya."
"Baiklah. Tetapi Anda juga perlu memikirkan tindakan untuk Operasi Pasien ketika telah sadar nanti."
"Operasi?" Erina sangat terkejut dengan pernyataan Dokter.
"Pasien harus segera di operasi karena mengalami gagal hati."
Wajah Erina memucat.
"Iya Dokter. Lakukan apapun untuk kesembuhan Ayahku. Soal biaya, aku akan m mengusahakannya. Tidak usah khawatir. Aku pasti bisa mendapatkannya."
Dokter mengangguk. Lalu Erina meminta izin untuk melihat keadaan Ayahnya.
Erina diperbolehkan tetapi tidak boleh lebih dari lima menit.
Erina memasuki Ruangan dimana Ayahnya berbaring dengan selang alat bantu medis di beberapa bagian tubuhnya.
Erina menangis mengusap kening Ayahnya. Dia tidak pernah menyangka bisa bertemu dengan Ayahnya dalam keadaan seperti ini.
Dia tidak habis pikir, kenapa mereka, Ibu, Alika dan Lena menyembunyikan masalah ini darinya. Dan yang lebih tidak habis pikir lagi, kenapa mereka tidak ada yang peduli dengan keadaan Ayah yang sudah separah ini.
Sepertinya mereka sengaja tidak menginginkan Ayahnya untuk sembuh lagi.