Chereads / Menikah Kilat Dengan Bos / Chapter 8 - Bab 8. pindah.

Chapter 8 - Bab 8. pindah.

Saat di Toilet, Erina kembali membuka Paperbag. Mengambil kotak di dalamnya dan membuka. Ada beberapa kunci disana. Erina menarik nafas.

Belum sempat dia menetralkan jantungnya, Ponselnya berdering.

Peminjam! Kontak Fic yang dulu sempat diberi nama itu yang memanggil. Erina sempat heran, dari mana dia tau nomor ponselnya? Bukankah kemarin dia belum sempat untuk memberikannya?

Erina menggeser tombol untuk mengangkat.

"Bagaimana?" Suara Fic terdengar.

"Apanya yang bagaimana?" Sebenarnya Erina sudah paham apa yang dimaksud suaminya, tetapi karena Erina tiba tiba merasa tegang, dia ingin mengusir dahulu dengan berbasa basi.

"Apa aku perlu menyuruh Jefri untuk menjemputmu?"

"Tidak. Aku bisa datang sendiri nanti setelah selesai jam kerja."

"Baiklah. Kalau begitu hati hati. Aku akan mengirimkan alamatnya."

Panggilan terputus tanpa sempat Erina bertanya lagi.

Hanya selang beberapa detik, Pesan masuk ke dalam Aplikasi WhatsApp. Pesan dari Fic berisi Alamat Rumah.

Erina meneliti. Erina tahu dimana alamat ini berada. Adalah kota dimana kaum Elit kelas atas berada. Erina bahkan pernah ke kota itu saat dalam pekerjaan.

Sebenarnya jika ditanya, Erina belum siap. Tapi walau bagaimanapun juga, mereka sudah menikah. Sudah seharusnya mereka tinggal satu rumah. Erina tidak bisa menyalahkan keinginan Suaminya yang menginginkan dia segera pindah ke Rumahnya.

Jantung Erina masih saja berdetak kencang dan sulit untuk distabilkan. Sejak dia tahu jika suaminya adalah Presdir Galaxy Group! Erina tak habis pikir, kenapa pria sehebat Fico Albarez tiba tiba memilihnya? Ini sebuah keberuntungan atau akan menjadi penderitaan baru baginya?

Entahlah.

Erina kembali kepada teman temannya dan mereka segera pulang ke kantor dengan membawa keberhasilan.

Tentu saja mereka disambut dengan kegembiraan oleh Bos.

"Kalian berhasil! Kalian berhasil! Astaga!" Bos yang memang tidak terlihat bos pada umumnya. Selalu dekat dengan semua karyawan. Cepat menghampiri, mengangkat Tas ransel kecil dari tangan Erina.

"Mari mari." Berjalan dahulu di ikuti ketiganya.

"Aku tidak menyangka seberuntungnya kita. Stasiun kita akan menjadi pusat perhatian seluruh dunia karena ini!" Bos menunjuk Rekaman yang sudah diputar dalam laptop milik Erina. Senyumnya berkembang lebar sambil sesekali menangkupkan kedua tangannya di depan bibir.

"Dia sangat tampan dan keren bukan?" Oca meminta pendapat pada Bos. Ketiganya tidak ikut menonton karena kelaparan. Duduk sambil menikmati makanan yang baru saja diantar seseorang tadi.

"Kau benar. Ternyata aku ada saingannya."

"Buahahaha…!" Ketiganya menertawakan Bos.

Bos hanya melirik. Menutup laptop setelah puas menonton. "Baiklah, kerja kalian bagus. Beristirahat lah atau kalian boleh pulang setelah makan. Aku yang akan menangani ini bersama Editor."

"Wah! Bos mendadak baik hati." Celetuk Oca yang terkesan memang paling cerewet di antara mereka.

"Ah, ini karena kalian berhasil. Erina, terimakasih ya." Menepuk bahu Erina dan kemudian pergi.

"Presdir Albarez, ternyata sudah menikah. Dan baru kemarin. Hampir saja aku berpikir konyol, jika Presdir Albarez menikah dengan Erin. Karena sama sama menikah kemarin." Ucap Oca.

"Kalau saja Presdir Albarez yang setampan dan setajir itu yang menikahi mu, bagaimana perasaanmu Erin?" Melda tiba tiba bertanya, sambil mengunyah dan tanpa melihat wajah Erina.

Erina yang sedang meneguk minuman langsung tersedak.

"Uhuk..Uhuk…!"

"Erin.. kau kenapa?" Oca menepuk nepuk Punggung Erina.

"Tidak, tidak apa apa."

"Kau sepertinya dari tadi aneh. Bengong dan melamun. Apa segitunya kau terpesona dengan Presdir Galaxy Group tadi?"

Mendengar pertanyaan Oca, Erina tidak menjawab apa apa. Dia bangun dan berkemas. "Aku pulang duluan ya."

"Oke. Hati hati. Semoga kau bahagia dengan suamimu ya? Jangan terbayang Presdir Albarez. Dia sudah memiliki istri!" Seru Oca.

Erina tidak ingin mendengar suara Oca lagi, dia melangkah keluar untuk pulang ke kontrakannya.

Di Gedung Galaxy Group!

Fic menarik nafas, melirik Jefri yang berdiri di sampingnya.

"Tidak ada sedikitpun kebenaran masa lalu buruk Erina yang aku lihat dalam dirinya."

"Sepertinya, kabar buruk itu hanya fitnah Tuan."

Fic sempat menoleh sebentar. "Jika benar begitu, berarti Erina sudah melalui hari hari yang begitu sulit."

"Kau benar." Jawab Jefri.

"Hem. Aku ingin, kau menyelidiki lebih lanjut. Tentang latar belakang keluarganya."

Jefri mengangguk, lalu duduk di hadapan Fic.

"Jika ternyata Nona Erina bukan…"

"Itu tidak jadi masalah. Banyak alasanku menikahinya. Jika benar begitu, aku akan tenang melepas kepergian Mentari." Fic memotong ucapan Jefri.

"Baiklah Tuan. Bagaimana jika aku menjemputnya?"

Fic hanya mengangguk. Wajahnya begitu datar dan dingin, namun itu tidak sesuai dengan apa yang ada di hati dan pikirannya. Mata Erina, terus membayangi.

Hari sudah menjelang sore. Erina sudah bangun dari tidur yang hanya sekejap saja. Baru saja dia ingin ke kamar mandi, seseorang mengetuk pintunya.

Erina terpaku ketika membuka pintu.

"Nona Erina. Saya datang untuk menjemput anda." Jefri sudah berdiri di depan pintu.

"Sudah kukatakan, aku bisa kesana sendiri."

"Tuan Fic, ingin saya menjemput anda."

Kenapa dia tidak datang sendiri? Bukankah dia yang Suami ku? Mengapa malah menyuruh orang lain?

Ah, Erina langsung tersadar dengan pikirannya. Fico Albarez bukan orang sembarangan. Mana mungkin akan turun tangan sendiri. Baiklah. Erina akhirnya bisa mengerti.

"Tunggu sebentar. Aku harus mandi dan berkemas."

"Anda tidak perlu membawa barang anda. Karena disana, semua sudah disiapkan. Dan Mandi, anda bisa melakukannya disana."

"Tapi.."

"Maafkan saya Nona, karena saya terburu-buru dan harus menemani Tuan Fic lagi. Begini saja. Mengenai barang anda, besok, seseorang akan mengemas barang anda. Bagaimana?" Tentu saja Jefri tidak ingin salah. Dia memutuskan demikian agar bisa berunding dahulu dengan Fic. Karena tadi Fic hanya menyuruhnya menjemput Erina bukan beserta barang barangnya.

Erina mengangguk. "Kalau begitu, aku hanya akan membawa Alat kantor ku saja." Erina kemudian masuk kembali dan mengemas barang yang ia sebut tadi. Tanpa membawa pakaian satu pun kecuali hanya sebuah Boneka.

Sepanjang perjalanan jantung Erina tidak bisa tenang. Dia terlihat sangat gelisah. Apa yang harus dia lakukan disana nanti? Apakah Fic akan memperlakukannya dengan baik? Tetapi Erina tidak punya pilihan lagi. Dia sudah menjadi istri Sah Fico Albarez dengan keputusannya sendiri tanpa paksaan. Ini adalah keputusannya. Jadi apapun resikonya nanti, siap tidak siap, dia harus mau menanggung sendiri.

Perjalanan yang menegangkan bagi Erina berakhir. Mobil itu berhenti setelah memasuki sebuah halaman luas yang berpagar Kokoh. Ini bukan Rumah. Melainkan sebuah Mansion.

Jantung Erina semakin berdegup saat Jefri membukakan pintu mobil dan mempersilahkan turun.

"Silahkan Nona."

Erina hanya bisa mengikuti langkah kaki Jefri yang membawanya masuk. Melirik beberapa penjaga yang menundukkan pandangan mereka.

Mansion yang terlihat sepi itu ternyata mempunyai banyak penghuni.

Beberapa pelayan wanita dan pria berlari kecil menyambut kedatangan mereka.

"Selamat datang Nyonya Albarez." Hanya itu ucapan mereka dengan kepala menunduk. Erina tidak tahu harus membalas apa, hanya tersenyum saja sambil terus mengikuti langkah kaki Jefri yang membawanya ke lantai tiga.

"Ini adalah kamar Tuan Fic. Sekarang, menjadi kamar anda juga. Silahkan Nona. Semua kebutuhan anda sudah ada di dalam lemari. Nanti akan ada seorang Pelayan khusus yang akan menemani anda."

Erina hanya mengangguk, menatap Punggung Jefri yang sudah berlalu. Erina menatap pintu itu beberapa detik. Kemudian meraih gagang pintu.

Dia membuka perlahan lalu dengan keraguan dia masuk.

Sebuah pemandangan yang membuat Erina menahan nafas.