Gong! Gong! Gong!
Dengan gema lonceng yang memenuhi udara, Kubah Suci Rahasia diselimuti keindahan pagi yang magis. Cahaya matahari yang baru muncul membentuk lapisan warna oranye lembut di ufuk timur, merayapi langit biru yang tenang.
Bunga-bunga bermekar di taman-taman sekitar kubah menyebarkan aroma harum, memberikan sentuhan menyegarkan di udara pagi. Warnanya yang beragam menciptakan lukisan alam yang memukau, melengkapi kecantikan kubah dan taman-tamannya.
Burung-burung berkicau dengan semangat, menyanyikan melodi indah sebagai sambutan untuk matahari yang bangkit. Suara mereka menyatu dengan gemuruh air dari air mancur kecil di dekat altar, menciptakan harmoni alam yang menenangkan.
Sambil sinar matahari merambah kubah, pelindung cahaya transparan yang melingkupi kubah semakin bersinar, menciptakan kilauan yang memancar seakan memberikan berkat kepada setiap sudut kubah. Suasana keindahan dan kedamaian pagi, diawali dengan suara lonceng gereja, menciptakan momen suci yang tak terlupakan di Kubah Suci Rahasia.
"Cepat, cepat, jangan sampai terlambat, hari ini adalah upacara Penerimaan Anugerah Dewa," seru seorang anak perempuan kecil bergaun putih polos, dengan mata berwarna hitam senada dengan rambutnya, sambil menarik-narik baju seorang pria muda.
"Sabarlah, Mira. Lonceng gereja baru saja berbunyi. Mereka tidak akan memulai upacaranya sepagi ini," jawab pria muda tersebut.
Pria ini, seperti Mira, memiliki mata dan rambut hitam, mengenakan kemeja putih berlengan panjang dengan celana kain hitam. Dia menyisir rambutnya, menyelesaikan sesi bercerminnya.
Menatap cermin, melihat fitur wajahnya yang biasa, dia melamun. 'Hm, sudah setahun aku bertransmigrasi ke dunia ini. Dunia ini, bisa dibilang sangat... sangat kacau. Malaikat, Iblis, Dewa, Dewi, Peri, Naga, dan bahkan sihir pun ada. Tapi untungnya, dunia ini memiliki sistem waktu, hari, dan bulan yang sama dengan Bumi, memberikan perasaan akrab yang menenangkan.'
Tiba-tiba, teriakan Mira, adiknya, membubarkan lamunannya. "Alan, ayo cepat kita berangkat," teriak Mira yang kini sudah berdiri di depan pintu, lengkap dengan sepatunya.
"Baiklah, ayo berangkat," jawab Alan seraya berjalan mendekati adiknya.
Upacara Penerimaan Anugerah Dewa adalah salah satu syarat menjadi Pelanggar di dunia ini. Pelanggar adalah seseorang yang telah menerima anugerah para dewa dan telah melanggar batas-batas fana manusia biasa. Upacara ini dilakukan setiap tahun bagi individu yang dipilih oleh paus secara langsung.
Mereka berdua berjalan menelusuri jalan setapak diapit oleh rumah-rumah bersusun dua. Orang-orang keluar dari rumah mereka menuju altar, tempat upacara berlangsung.
Altar Penerimaan Anugerah Dewa, berada di pusat kubah, adalah panggung suci yang memancarkan kehadiran ilahi. Dikelilingi oleh hiasan-hiasan indah dan kolom-kolom tinggi yang mengarahkan pandangan ke langit-langit yang dihiasi dengan lukisan-lukisan keilahian, altar ini adalah tempat yang disucikan untuk upacara penerimaan anugerah.
Altar ini terbuat dari batu kristal transparan yang bersinar seiring dengan cahaya yang memenuhi kubah. Permukaannya dihiasi dengan simbol-simbol suci dan ukiran yang menggambarkan kisah-kisah kebesaran Dewa Cahaya. Cahaya yang memancar dari altar menciptakan atmosfer menenangkan.
Di tengah altar, terdapat simbol Dewa Cahaya, sebuah sayap yang bersinar. Di sekitar altar, lilin-lilin menyala dengan cahaya lembut melengkapi suasana kerohanian.
Di atas panggung, berdiri tujuh orang dalam balutan jubah suci khas pendeta. Tiga perempuan dan empat laki-laki. Mereka berdiri dengan kepala terangkat tinggi, tapi ekspresi muka mereka memperlihatkan kegugupan dan kegembiraan secara bersamaan.
Tidak lama setelah orang-orang berkumpul dan duduk di sekitar altar, pemimpin upacara segera menaiki altar. Karena ini hanyalah Penerimaan Anugerah Dewa tingkat 1, pemimpin upacara hanya seorang Pelanggar tingkat satu dari jalan Diakon Cahaya.
"Saudara-saudari se-imanku, hari ini kita akan menyaksikan kembali lahirnya Pelanggar muda, yang akan membimbing jalan kita dalam setiap kegelapan," ucapnya tak lama setelah tiba di atas altar.
"Para calon Pelanggar, jalan apapun yang kalian terima nanti setelah anugerah, ingatlah selalu bahwa semuanya sama, digunakan untuk mengabdi pada cahaya-Nya. Jangan sampai kalian merosot ke dalam kegelapan karena keinginan terhadap kekuasaan. Semoga, di hari yang baru ini, cahaya memberkati kita. Baiklah, mari kita mulai upacaranya."
Dengan itu, dia segera berbalik dan berdiri di hadapan simbol Dewa Cahaya. Tiba-tiba kedua tangannya bersinar, di tangan kirinya muncul sebuah buku yang secara ajaib membalik-balik halamannya sendiri. Sedangkan, tangan kanannya diulurkan ke simbol Dewa Cahaya mengalirkan cahaya ke seluruh simbol.
"Wahai Cahaya,
Sang Pengusir Kegelapan,
Perwujudan Kemurnian,
berikanlah anugerah cahaya-Mu
kepada umat-Mu yang beriman," doa diakon Cahaya memenuhi ruang altar.
Dia mulai berdoa seraya mundur lima langkah ke belakang, di mana setiap langkahnya membuat tubuhnya bersinar. Bersamaan dengan diambilnya langkah terakhir, simbol Dewa Cahaya juga bersinar semakin terang, dan tujuh pancaran cahaya muncul darinya, mengalir ke tubuh ketujuh orang yang berdiri di atas altar.
Tubuh mereka mulai terangkat beberapa meter dari permukaan tanah, bersinar dengan cahaya suci. Tidak lama kemudian, mereka perlahan turun dan membuka mata mereka, menikmati perasaan kekuatan yang mengalir dalam tubuh mereka.
"Sebutkan jalan cahaya yang kalian peroleh," kata diakon sambil memegang sebuah berkas untuk mencatat anugerah mereka.
"Jalan Pemburu Iblis," orang pertama di sebelah kiri altar menjawab dengan kegembiraan luar biasa seraya mengepalkan tangannya. Tidak mau kalah, keenam lainnya buru-buru menjawab pertanyaan diakon.
"Pemburu Iblis."
"Diakon Cahaya."
"Jalan Penjaga."
"Penjaga."
"Diakon Cahaya."
"Pemburu Iblis."
Setelah mendengar jawaban mereka, ekspresi diakon menunjukkan kegembiraan. Tersenyum, diakon berkata,
"Bagus, tahun ini kita mendapatkan tiga pemburu iblis."
Dengan demikian, berakhirlah upacara Penerimaan Anugerah Dewa. Orang-orang bersorak gembira atas kelahiran Pelanggar baru, terutama kepada tiga orang Pemburu Iblis, memberikan mereka perasaan bahagia menyambut hari-hari baru yang akan datang.