Senin, tanggal 12, bulan februari.
Ketika pagi masih begitu pudar dengan warna biru, tampilan layar jam digital menunjukkan pukul [6:02 am].
Seorang pemuda yang sedang melamun di depan pintu tampak terdiam dalam pikiran sesaat dan untuk kemudian mengulurkan tangan pada ganggang pintu dan membukanya secara perlahan, kini pemuda tersebut berada di sisi lain pintu, dan kini keluar dari kamar apartemennya.
Dia kemudian melangkah secara perlahan melewati koridor menuju tangga turun dari lantai empat, namun sejenak berdiri menunggu di pintu kamar lain yang tak jauh dari sebelah kamarnya, dia tampak melamun lagi sejenak namun ketika telah memutuskan untuk berbalik badan lalu pergi, tiba-tiba pintu kamar di depannya terbuka dan seorang gadis muncul dengan terkejut heran.
Mata merah kulit putih, hidung kecil dan rambut yang sedikit pendek berwarna merah mahoni. Gadis yang mengenakan kacamata menyapa pemuda tersebut dengan lantang tapi lembut.
"Nou-kun?" ucap gadis tersebut jelas membuktikan bahwa dia mungkin kenal dengan pemuda ini wajar saja, soalnya mereka berada di apartemen yang sama yaitu "Apartemen Magnusa".
'Nouki arashi' yang saat ini akan melangkah pergi tiba-tiba terhenti oleh panggilan dari teman seapartemennya, Nouki dengan perlahan berbalik menampilkan ekspresi penyesalan, namun gadis bernama 'Igumo Riko' penuh dengan rasa akrab memulai sebuah perbincangan kecil sebelum mereka akan berangkat pergi ke sekolah.
"Hehh!, anda baru ingin berangkat sekolah juga yah, Nou-kun?" ucap igumo dengan begitu santun.
Nouki merendahkan alis, dengan membuang ekspresi datar dan pelamun, dirinya membalas dengan pasti.
"Ya, itu benar, Riko-Chan." Sembari Nouki berkata dan dengan gelisah menggaruk belakang kepalanya
Igumo seketika terlihat sedikit kesal dengan wajah merah merona menyatu dengan warna rambutnya, sembari menasehati Nouki.
"Sudah berapa kali aku katakan, jangan memanggil ku dengan nama belakang." Ucap Igumo dalam rasa malu, melihatnya, Nouki hanya bisa tertawa dengan ekspresi pasrah.
Setelah sedikit perbincangan kecil mereka secara berurutan mulai berjalan turun melewati tangga koridor dan kini berada di lantai tiga apartemen, saat tengah melangkah di koridor pandangan mereka tertuju pada seorang gadis yang baru saja keluar dari pintu kamarnya, Igumo dengan sigap menyapa perempuan di hadapannya.
Seorang gadis yang bernama 'Kiyomi Gura' berbalik dengan kaget, mata biru gelapnya membulat besar, rambut hitamnya yang halus berguncang, dan dengan gagap membalas sapaan Igumo.
"Iya!... Heh?, Igumo-Chan, Nou-Kun!?" desak Kiyomi, tampak heran namun Igumo dengan ceria mengajak teman dekatnya itu pergi sekolah bersama-sama, Nouki tampak melihat ke dua teman di hadapannya bersikap saling akrab.
Bertiga kini mereka berjalan keluar dari apartemen menyambut pagi yang cukup cerah dengan pantulan sinar matahari di bangunan sekitar jalan. Nouki menjalani hari yang sama seperti biasanya, berjalan diantara lahan rumput luas dengan air sungai dan pemandangan kota jepang di sisi lain jalan.
Nouki dapat dengan jelas menyaksikan berbagai bangunan dengan tinggi yang bervariasi dan jalan di antara perumahan, tapi apa lagi yang perlu terbenak dalam pikiran seorang seperti Nouki, sudah cukup lama dirinya tinggal sendiri di kota ini, bagai perasaan anak pedesaan yang telah terpuaskan.
Nouki hanya perlu berjalan kaki beberapa kilo meter menuju ke sekolah terdekat dari apartemennya, mengingat pemuda yang culun ini masih belum pernah mencoba belajar berkendara di usianya yang mendekati umur 19 tahun.
Belajar hal semacam berkendara sejak masih sekolah dasar memang memberi manfaat dengan keseruan. Tapi Nouki yang sekarang di masa sekolah SMA, tak lain hanyalah siswa biasa yang tidak bisa mengendarai sepeda motor, ataupun kendaraan lainnya kecuali sepeda roda manual.
Sifatnya yang dari dulu memanglah pemalas, Nouki terkesan nolep dan alergi bersosialisasi, namun kita mungkin akan langsung sadar bahwa sikap semacam inilah yang biasanya membuat seseorang dapat di buli.
Memang benar saja, salah satu murid dikelasnya yang bernama 'Kero Zatsuki' adalah seorang pembuli yang cukup menjengkelkan bagi Nouki, Kero sering kali mengatai Nouki dengan ungkapan buruk, "kau itu jelek", "dirimu adalah yang paling tidak berguna", bahkan sampai berkata, "lebih baik dirimu mati saja pecundang."
Namun Nouki yang tak bisa berbuat apa-apa akan kejengkelannya hanya bisa menyesuaikan karakternya yang pendiam di kelas. Untunglah di situ sahabat baiknya yaitu 'Kakuro Oreki' adalah seorang pembela di mata Nouki, di adalah laki-laki yang selalu berserah diri di setiap masalah yang di hadapi Nouki.
Namun apakah kehadiran teman semacam itu dapat membuat Nouki merasa aman?, mungkin. Tapi bagaimanapun itu kini Nouki dan kedua temannya telah tiba di sekolah mereka yang tampak seperti sebuah gedung berbentuk persegi panjang.
Nouki dan kedua temannya kini mulai memasuki kelas yang tampak ramai dengan dialog yang interaktif, laki-laki dan perempuan tampak berkumpul dalam beberapa kelompok atau sirkel yang terbentuk secara sosial.
Namun apa yang tampak menjadi perbedaan adalah ketika Nouki mulai mengikuti kedua temannya memasuki kelas, melangkah beberapa meter menuju ke bagian sudut kelas lalu duduk sendirian di luar perkumpulan lingkaran-lingkaran teman sekelasnya.
Ketika Nouki mencoba untuk menenangkan pikirannya dengan memandang bebas keluar jendela, tiba-tiba seseorang yang tak terduga datang menghampirinya, "lagi-lagi si pembuli yang menjengkelkan ini," kurang lebih isi pikiran Nouki, si pembuli, Kero, seperti biasanya datang lalu memukul meja Nouki dengan keras sembari berpose absurd di hadapannya.
"Hai nouki!" ucap si pembuli dengan suara berderit membuat orang seperti Nouki yang mendengarnya menjadi gentar.
Dan seperti biasa Nouki kemudian akan menyapa si pembuli meski dengan suara yang agak redup namun terdengar menjijikkan bagi si Kero ini.
"K-Kero!... Ada apa?... Kenapa kau menatapku seperti itu?!..." Nouki bergetar, mentalnya tidak stabil setiap kali berhadapan dengan pembuli ini. Kero tiba-tiba dengan kesal menginjak kaki Nouki membuatnya merintih kesakitan, sementara teman sekelasnya hanya bisa melirik dengan segan untuk membantu.
"Panggil aku Kero-San!!, dasar pecundang." Ucap si pembuli
Sementara si Nouki mencoba menahan sedikit demi sedikit rintihannya Kero kemudian menarik kepalanya dengan keras membuat kerusuhan dalam kesunyian.
"M-maaf kan aku Kero-San!" Nouki berkata dengan lantang mengeluarkan suaranya yang begitu memalukan, kini semua teman-temannya menatap ke arah mereka dan dari cara mereka memandang mengindikasikan sikap mereka terhadap Nouki.
Siswa bernama 'Josuke, Irigaki dan Tamaichi' dari kejauhan mereka menjeda percakapannya dan masing-masing melirik ke arah Nouki dengan ekspresi dingin. Ketiga siswa ini adalah murid paling populer di kelasnya.
'Yoki dan Hatake' yang merupakan kedua teman si pembuli menatap dengan seringai jahat di wajahnya ketika menyaksikan Nouki di buli, sementara teman-temannya yang lain menatap dengan diam tanpa melakukan apapun untuk Nouki.
Igumo yang saat itu juga sedang berbincang-bincang kini mulai menatap Nouki dengan raut wajah pasrah.
"Nouki..." Igumo mengucap dengan bungkam. Nasib Nouki bukan lagi suatu hal yang dapat terubah, sementara Kiyomi yang saat ini duduk di depannya hanya bisa melirik Nouki dengan perasaan yang mendalam.
Namun disaat itulah Kakuro menghampiri mereka, dengan sikap berani dan jiwa yang kuat Kakuro lalu menarik bahu Kero dengan keras memperingatinya akan pembulian terhadap Nouki. Sejenak mereka beradu kata, mengintimidasi dan menasehati.
"Hei hentikan kelakuan mu itu!, Kero!" ucap Kakuro dengan upaya membasmi pembulian ini.
"Heh?, Kakuro." Ucap Kero dengan tatapan yang menggelikan
"Apa maumu?, dasar penggangu!, bukankah lebih asik bagimu jika berbincang-bincang sesama anak orang kaya." Kero mencoba mengelak, namun, seolah tak sadar bahwa dirinya lah yang sesungguhnya pengganggu.
"Kau itu yang pengganggu!, mana mungkin aku bisa asik ketika temanku di buli tanpa ada yang membantu." Ucapan Kakuro dipenuhi dengan kilauan harapan, di saat seperti ini yang bisa Nouki lakukan adalah, tidak ada.
"Apa maksudmu Kakuro!" Kero membentak dengan nada yang mengancam
"Hoh, begitu?, lantas, apakah teman mu yang sampah ini akan bisa membelamu ketika kau di bentaki oleh ayahmu, hah!?" ucapan Kero seketika membuat Kakuro bungkam dengan ekspresi emosional.
"Kakuro..." Nouki menatap kearah Kakuro dengan wajah sampah yang menyedihkan.
Ketika Kakuro yang terdiam kehabisan kata-kata begitu emosi kepada Kero, tiba-tiba, suara pukulan meja mengalihkan perhatian, seorang gadis dengan tampilan yang tegas dan berparas cantik dan dengan rambut hitam bergaya ekor kuda.
"Sudah hentikan semua ini!— sekarang pelajaran akan segera di mulai, jadi persiapkan diri kalian masing-masing..." Seorang gadis tegas bernama 'Aiko Aikawa' dengan jiwa kepemimpinan dapat dengan langsung mengehentikan seluruh keributan dalam kelas tersebut.
Aiko adalah seorang ketua dalam kelas ini, dia merupakan murid perempuan paling cerdas dan paling tenang di segala kondisi, meski begitu kelebihan Aiko terdapat di sikap tegasnya itu, membuat siapapun langsung tunduk, wow!.
"Tch!" Si pembuli Kero yang mendengarnya pun hanya bisa memutuskan untuk berhenti dan juga Kakuro, sudah saatnya untuk dia pergi kembali ke kursi duduknya. Namun sebelum itu, Nouki memanggilnya dengan pelan dan Kakuro berhenti sejenak untuk berbalik.
"Kakuro!... Terimakasih..." Nouki dengan nada lembut
"Yah, serahkan semuanya padaku..." Ucap kakuro membalas sambil tersenyum bangga padanya.
[10.06 am]. Jam pertama baru saja selesai kondisi kelas yang sebelumnya ramai kini jadi lebih sunyi, suara angin dari luar jadi jauh lebih jelas. Dikala teman-temannya berada di luar dan sedang menjalani berbagai aktivitas Nouki malah memilih untuk duduk sendiri di kelas menatap pantulan dirinya di jendela kaca.
Nouki dikenal suka menyendiri di kelasnya dibanding keluar sejenak untuk mencari teman dan bersosialisasi, pikirnya adalah, bahwa setiap orang-orang yang dia temui tak sejalan dengan pikirannya, ini mengindikasikan sebetapa buruknya kehidupan sekolah si Nouki, meski dirinya tau bahwa penting untuk melakukan intraksi sosial.
Dirinya paling hanya keluar sebentar untuk pergi sarapan atau ke perpustakaan untuk belajar, Nouki tidaklah seperti murid pendiam pada umumnya yang terlihat biasa namun cerdas ataupun pendiam tapi punya bakat terpendam, tidak.
Nouki tak lebih hanyalah murid pendiam biasa yang bahkan bukan murid cerdas dan berada di bawah rata-rata, dirinya terkadang halu secara berlebihan menggangap siapa saja tidaklah secerdas dirinya.
Meski terdengar seburuk itu Nouki bukan lah orang yang suka berbaur dengan sesama remaja yang cendrung toxic dan tidak ramah, apalagi mengingat di era generasinya yang sekarang begitu tidak sesuai dengan karakter Nouki untuk berinteraksi secara sosial.
Namun hari ini Nouki memutuskan untuk keluar sebentar dari kelasnya untuk ke toilet. Saat baru keluar dari pintu kelas Nouki melihat Igumo berdiri dengan tenang di depan jendela kaca.
"Eh... Riko-Chan yah." Nouki menghampiri dengan pelan
Igumo berbalik sejenak untuk menyadari Nouki, seketika Igumo merasa sedikit kurang lebih '0,5 persen' kesal terhadap Nouki yang sering memanggilnya dengan nama belakang.
"Baru kali ini aku melihat mu keluar lebih awal dari biasanya, ada urusan apa, Nou-Kun?" Igumo menanyai dengan jelas dan penasaran
"Kebetulan aku ingin pergi ke toilet, jadi aku mungkin akan keluar sebentar kemudian kembali kekelas lagi." Jawab Nouki sembari melangkah pergi
"Begitu yah..." Igumo menghela nafas setelah mengatakan ini.
Namun setelah Nouki melangkah melewati Igumo, gadis tersebut kemudian memanggilnya lagi, kali ini seperti rencana spesial sebagai teman dekatnya.
"Ya, ada apa?" Nouki memalingkan wajah, Igumo tampak bersemangat ingin memberitahunya suatu hal
"Setelah ini maukah kau menemani ku keluar sebentar?, Nou-Kun?" Igumo memberitahu. Mendengarnya, Nouki tampak tidak tega menolak ajakan tersebut.
"Eh?, tapi aku—" belum selesai Nouki menjawab dengan alasan, Igumo kemudian berjalan pergi sembari memberitahunya
"Aku akan menunggumu di pintu taman, sampai jumpa Nou-kun." Igumo pun beranjak pergi lebih dulu dan akan menanti dengan pasti
Ketika Nouki yang saat itu tengah memikirkan mengenai ajakan dari temannya, Igumo, tanpa sadar dia telah tiba di toilet dan masuk menyalakan keran di wastafel lalu membasuh wajah dan menatap ke cermin di hadapannya.
Untuk semenit saja biarkan dia menenangkan diri dalam sunyi dan gelapnya gulita sembari menatap ke cermin, Nouki dapat melihat refleksi dari dirinya, wajahnya terlihat begitu gelap tertutupi bayangan menyedihkan akan masa lalu.
Namun di tengah rasa-rasa kalemnya Nouki mungkin tidak akan menyangka dirinya akan bertemu si pembuli, Kero dengan teman-temannya, itu mungkin sudah cukup sial untuk bertemu mereka, namun kali ini si pembuli bahkan melukai Nouki dengan memukulnya di wajah.
Nouki yang terpojok dan tak bisa kabur hanya dapat segan untuk melawan, kedua teman si pembuli dengan kejam menahan seluruh pergerakannya sehingga dirinya tak bisa berbuat apa-apa bahkan hanya untuk kabur dari penderitaan di hadapannya.
Sekali, dua kali. Sembari terus mengejek-ejek namanya, si pembuli menampar wajahnya di kedua sisi, membuat Nouki tak dapat menahan air matanya keluar, namun semua kondisi ini telah menjadi suratan takdir.
Hidup ironi seperti ini membuat Nouki muak, meski sudah seringkali mendapat perbuatan buli seperti ini, namun guru-guru yang mengajar di sekolahnya tak menanggapi yang mana itu sudah seharusnya tanggung jawab mereka. Meski di dalam kelas nya yang padat pelajar tapi hanya dirinyalah satu-satunya yang mendapat pembulian.
Penderitaanya kini baru berakhir setelah si pembuli Kero menarik leher bajunya dengan keras kemudian membuatnya jatuh tersungkur hingga wajahnya menabrak tembok meninggalkan pemuda sampah ini sendirian bersama penderitaan.
Kembali dari toilet, kini Nouki bertemu dengan Igumo yang tampak menunggu cukup lama, namun di pertemuan ini setelah Igumo berbalik melihat Nouki dirinya tampak terkejut dengan penampilannya.
"Nou-kun!, apa yang terjadi pada wajahmu!?" sembari Igumo memperhatikan dengan khawatir, Nouki hanya bisa tertawa pasrah dikala dirinya beralasan telah terjatuh saat akan keluar dari toilet.
"Bohong!!, kau pasti di buli lagi, Nou-Kun apa yang terjadi?" sementara Igumo yang berusaha menebak raut pasrah di wajahnya, Nouki berusaha untuk menenangkan perasaan temannya.
"Semua baik-baik saja, aku tidak apa-apa." Jawab Nouki dengan tubuh bergetar. Namun seketika dirinya terkagetkan oleh rasa ngilu ketika temannya, Igumo, menyentuh hidungnya yang memerah.
"Aw!" suara rintihan Nouki
Sekarang Nouki dan Igumo sedang bersama duduk di bangku taman yang sejuk dibawah bayang-bayang pohon, sembari meringankan luka dari tubuh Nouki, Igumo tampak seperti satu-satunya orang yang peduli, dengan halus hati selalu memperhatikan keadaannya.
"Bukankah sudah begitu lama semenjak terakhir kita duduk bersama di tempat ini." Ucap Igumo dengan penuh nostalgia.
"Itu benar, sudah semenjak semester terakhir, semuanya begitu cepat berlalu bukan?" jawab Nouki dengan sisa ingatannya. Mereka pun dengan sisa menit yang ada mulai berbincang mengenai kehidupan sekolah mereka di semester sebelumnya.
Masa-masa yang begitu berharga bagi masa depan anak muda. Meski begitu Nouki yang selalu diam termurung hanya bisa menghibur diri, menikmati sepi belajar diantara teori-teori yang terlintas bagai angin di pikirannya.
Sementara Igumo dengan bangga menceritakan tentang bagaimana serunya kebersamaan dengan temannya, belajar bersama dengan saling membantu, Igumo selalu bangga pada teman yang bisa selalu di percaya, dengan detail dirinya menjelaskan, bagaimana dia bisa saling bercerita, belajar memainkan alat musik bersama, berlatih olahraga, dan banyak lagi.
"Teman yang dapat di percaya yah..." Mendengarnya Nouki tampak senang meski dengan iri hati yang tak terpendamkan.
Nouki kini mulai kembali mengingat berbagai hal menyedihkan dan ironis dalam hidupnya yang tak berarti, dikala Igumo melihat tampilan suram di wajahnya.
'Tanggal 11 februari ' [9:33 pm]. Tepatnya kemarin ketika pagi terasa begitu sepi, semua orang menjalani aktivitas di kota, pergi bekerja dengan semangat. Tapi itu adalah hari yang sesak bagi Nouki ketika kucing peliharaan kesayangannya,'Joan', harus mati setelah tertabrak mobil.
Dengan berat hati Nouki membawa jasad kucing itu bersamanya untuk dia kuburkan dengan layak, yang mana itu dia kuburkan tepat di belakang apartemennya. Setelah mengubur jasad kucingnya, Nouki tampak begitu murung, semangat menjadi pudar di hatinya. Meski begitu ini adalah hal yang harus dirinya terima, lagipula dia kini tak perlu menghawatirkan kucing kesayangannya itu lagi.
Selain itu beberapa jam yang lalu sebelum dirinya berangkat pergi ke sekolah Nouki mendapat telpon dari kakak perempuannya, dia menerima pesan bahwa ibunya yang saat ini tengah di rawat di rumah sakit baru saja meninggal membuat hati dan pikiran Nouki begitu terpukul.
Kakak perempuannya yang bernama 'Risa Arashi' kini menjadi keluarga satu-satunya bagi Nouki. Risa yang waktu itu tinggal berdua dengan ibunya di rumah sakit memutuskan untuk pergi menemui Nouki di apartemennya, meski sampai sekarang dia belum datang.
Semua penderitaan ironi ini yang membuat Nouki semakin lebih murung dari biasanya, dia seperti tak dapat mensyukuri dengan benar meski ekonomi kehidupannya jauh dari kata buruk.
Setelah cukup lama bersantai bersama di taman, Nouki dan Igumo memutuskan kembali ke kelas mereka, Igumo seperti tak dapat memenuhi ekspektasinya, Nouki malah masih tetap terlihat lebih murung dari biasanya, Igumo pun hanya bisa menghela nafas dalam.
"Kau tidak perlu terlihat murung seperti itu, Nou-Kun, aku berjanji, akan selalu bersamamu ketika kau kesepian, seperti biasa, aku pasti akan mendengarkan setiap keluhanmu." Sembari Igumo tersenyum kepadanya. Nouki dengan tulus menerima janji itu.
"Terimakasih... Riko-Chan." Jawab Nouki. Gadis itupun tersenyum lagi kepadanya.
Namun di saat pertengahan jalan menuju ke kelasnya Nouki kembali berhadapan lagi dengan Kero si pembuli, sementara mengalihkan pandangannya ke bawah, si pembuli menyeringai dengan kejam, memanggil nama Nouki membuat tubuhnya seketika bergetar dan pikirannya terdiam.
"Hei Nouki, apa kabar mu, sepertinya kau membawa uang jajan yang banyak hari ini." Dengan senyum jahat, Kero tampak ingin memalak si Nouki. Membuat Nouki hanya bisa terdiam pasrah.
"Hentikan." Igumo dengan suara yang redam, mencoba untuk mengehentikan
"Hah!?, apa yang kau bilang Igumo!?" Tanya si pembuli dengan suara yang mengancam. Igumo kemudian menaikkan suaranya mengancam balik tanpa persiapan.
"Aku bilang hentikan perbuatan kalian!" teriak Igumo dengan ekspresi wajah kesal/marah. Si pembuli dengan kedua temannya kemudian tertawa, membuat ekspresi marah Igumo menjadi ekspresi kekhawatiran.
Kedua teman si pembuli kemudian memegang dengan erat kedua lengan Igumo membuatnya tak dapat bergerak bebas, sementara Nouki mencoba berteriak memohon, Kero dengan kasar meneriakinya balik untuk diam.
Igumo menatap Kero dengan kesal, tapi Kero tampak ingin melakukan hal yang jahat kepada Igumo terlebih dahulu, dengan tersenyum jahat sembari memuji-muji dada milik Igumo, si Kero tampaknya akan melakukan pemerasan terhadap seorang gadis.
"Hehe, lihatlah sebetapa indahnya dada milik mu, Igumo-Chan!" dengan kejam Kero tampak ingin melecehkan teman sekelasnya sendiri. Namun sebelum tangan cabul milik si pembuli ini menyentuh dada milik Igumo tiba-tiba.
Seorang teman kelas mereka yang bernama 'Mada Tomo' dengan sigap menahan bahu milik Kero membuatnya terhenti dengan senyap.
"Hei-hei!, apa maksudnya ini!?" ucap Mada menggertak, membuat Kero dan temannya takut dan langsung melepaskan Igumo.
"Ehh, Mada-San, dengarkan aku, ini hanya sebuah salah paham, aku yakin siswa paling cerdas dan populer di kelas kita bisa langsung paham." Kero mencoba menipu dayakan persepsi Mada, menggangap segala yang terjadi hanyalah salah paham.
"Begitu!?, mungkin aku tak perlu melaporkan hal semacam ini kepada guru— biar aku sendiri yang akan menanganinya!" ucap Mada sembari memposekan kedua tangannya seperti ingin menghajar ketiga pembuli di hadapannya. Hal tersebut membuat Kero dan kedua temannya ketakutan kemudian melarikan diri dari hadapannya.
"Terimakasih karena telah menyelamatkan Nou-Kun, Mada-San." Ucap Igumo memberi terimakasih
"Itu benar, terimakasih Mada-San." Ucap Nouki dengan rendah hati dan penuh rasa syukur. Namun setelah mendengar ucapan Nouki, Mada melirik dengan heran, sembari memberitahu alasan yang sesungguhnya.
"Heh, asal kau tau saja, Nouki-Kun, aku sebenarnya tidak ada niat membantumu, hanya saja karena para pembuli itu berani macam-macam pada Igumo-Chan, jadi aku harus bertanggung jawab juga." Jujur Mada
"Eh!, begitu yah..." Nouki memandang ke bawah dengan perasaan tak berguna bagi siapapun. Igumo juga menatap dengan heran pada Mada.
"Kenapa kau berkata begitu Mada-San!?" Tanya Igumo dengan heran. Mada dengan penampilan merendahkan menatap ke arah Nouki.
"Bukankah seharusnya kau yang menolongnya, Nouki-Kun?, mengapa kau malah hanya diam saja?" Mada berkata dengan sombong.
"Soal itu, aku..." Nouki mencoba untuk tidak terdiam namun segan untuk menerima kebenaran. Sembari menasehati, Mada beranjak pergi dari sana dengan ekspresi sombong.
"Kau pikir seseorang gadis akan mempercayaimu jika bersikap seperti itu, memang tidak salah jika mereka menyebutmu 'Figuran Rendahan' yang bahkan tak memahami perasaan seorang gadis." Ucap Mada seolah memberi solusi dengan sikap sombong sebagai siswa cerdas.
Di dalam kelas yang ramai dengan bangku kelas yang tersusun rapi para murid berkumpul menunggu kedatangan guru mereka. Seorang gadis populer bernama 'Harumi Nei' tampak kesulitan menangani kumpulan gadis cantik yang berkumpul di hadapannya, sering kali mereka berbincang mengenai keluarga Harumi, membicarakan tentang kegiatan yang di sukainya.
Harumi memanglah gadis yang sangat cantik di kelasnya, dengan rambut kuning perkamen, mata sekuning madu dengan kulit putih mulus, gaya rambut panjang teracak-acak memberi kesan unik, gadis dengan sifat rendah hati, dia mudah kaget akan berbagai hal aneh, membuatnya begitu imut.
"Apa itu benar, Harumi-San!?, adik perempuanmu akan mendaftar di sekolah ini juga tahun depan." Ucap sahabat Harumi yang bernama 'Remia Chika'.
"Yup!, itu benar, saat kita naik kelas nanti Meila-Chan akan bersekolah di sini juga." Ucapnya dengan bangga membayangkan adiknya dengan pakaian sekolah yang imut.
"Wahh!" semua teman-teman yang mendengarnya jadi terkagum-kagum.
Aiko yang saat itu melihat kemeriahan di hadapan matanya menghampiri dengan penasaran, Harumi dan teman-temannya saling membagi informasi, dan Aiko tampak senang, sembari memberitahukan bahwa sekolah mereka akan mengadakan acara festival olahraga minggu depan, dengan ceria menanti, mereka saling ingin tahu olahraga apa yang akan mereka ikuti.
Sementara di ujung sudut kelas dua gadis yang bernama 'Seichi Yamada dan Michiru Riku' saling mengobrol sebagai teman yang selalu setia bersama.
"Benarkah?, akan diadakan festival olahraga minggu depan?" tanya Michiru kepada Seichi dengan ekspresi keriaan.
"Benar!, aku baru saja mendengar infonya dari 'Tina-Sensei'." Jawab Seichi membuat Michiru kagum. Kedua gadis ini memang adalah sahabat dekat yang baik dan saling berbagi informasi satu sama lain, umur mereka juga sama dan punya hobi yang sama yaitu bermain basket. Mereka sering membicarakan tentang Mada Tomo siswa terkeren dan cowok terpintar di kelasnya.
Mada terkenal karena merupakan siswa peringkat 1 berturut-turut di kelasnya, selama masih di sekolah dasar sampai tingkat sekolahnya yang sekarang. Banyak wanita yang terpesona akan penampilannya, berkumpul dan bahkan sering mengikuti layaknya seorang artis.
Tepat pukul [11:07 pm]. Nouki tiba di kelasnya bersama Igumo dengan seketika Aiko menyambutnya kembali namun tidak dengan Nouki. Tak dipedulikan, tak diperhatikan dan tak dianggap, Nouki hanya terus melangkah menuju bangkunya melewati lingkaran-lingkaran temannya.
Pada biasanya Nouki hanya merasa seperti telah mencapai tujuan akhirnya ketika telah kembali duduk, termenung sendiri memperhatikan bayangannya di jendela, mulai berpikir secara filosofis menanti hal menarik atau buruk apa lagi yang akan tertulis dalam ceritanya.
Terkadang dalam beberapa menit Kiyomi yang duduk di hadapannya akan mulai berbicara kepadanya meski terkadang tidak memahami perasaannya yang campur aduk, namun Kiyomi dapat selalu memulai pembicaraan tersebut dengan bersikap tenang dan bertanya lebih awal sebelum memastikan ucapannya.
"Bukankah duduk menikmati cerahnya pagi di kelas memberi waktu-waktu yang berharga dalam hidup?" ucap Kiyomi dengan tutur kata yang berarti.
"Yah.. Memang benar, namun yang kau katakan sebelumnya benar adanya... "setidaknya kau harus keluar dari ruang yang terasa sesak bagimu ini, bahkan hanya untuk sarapan pagi", begitu kan yang pernah kau katakan." Ucap tanggapan dari Nouki. Kiyomi seketika berbalik dengan kaget, wajahnya memerah merona.
"Eh!, k-kau masih mengingatnya!?" Kiyomi yang awalnya tenang menjadi tersipu dengan malu. Dia berbalik lagi menyembunyikan rasa malunya pada Nouki.
Selain Igumo, kiyomi adalah teman yang akrab bagi Nouki. Mereka berdua terkadang berbincang satu sama lain, mengekspresikan pendapat mereka tentang makna hidup, dalam pikiran yang tenang mereka dapat saling memahami. Igumo yang saat itu tengah duduk tak jauh di samping Nouki yang hanya di batasi oleh satu bangku, menatap dengan heran sesaat, kemudian tersenyum kecil melihat mereka berdua.
Ketua kelas, Aiko yang sudah bersiap dengan tekad kemudian berdiri dari duduknya memerintahkan semua siswa yang duduk untuk berdiri, sesaat kemudian guru mereka 'Tina Hibi' masuk kedalam kelas menuju ke depan papan tulis berdiri dengan senyum di wajahnya, Aiko lanjut memberi perintah semua siswa kini menyambut guru mereka hari ini.
Tina adalah seorang guru sekaligus wali kelas mereka. Guru dengan tubuh kurus berambut coklat dan penampilan dada yang bohai, membuatnya tak kalah cantik dengan gadis-gadis yang ada dalam kelas Nouki, dan membuat siswa laki-laki terpesona. Dan kini saatnya untuk kelas tersebut melanjutkan jam keduanya.
—Bersambung—