Bersama, mereka kini menemukan pemberhentian akhir pada ruangan bawah tanah yang jauh lebih kacau dan suram. Nada kesunyian menempati pikiran, setelah mengelabui banyak tingkatan, mereka menemukan ruangan berisi teka-teki.
Tampaknya minim akan kehadiran monster labirin, namun memecah teka-teki bukanlah kemudahan karena terlihat seperti sebuah ruangan yang berisi banyak tulang-belulang menghiasi atmosfer sempit, diatasnya terdapat pecahan kristal tertanam di langit-langit gelap ruangan.
Nouki mencoba mendaki sebuah tangga kecil di hadapannya, menemukan sebuah kursi singgasana yang terbengkalai, siapa yang mungkin telah membangun tempat tersebut, tapi kini sekumpulan roh gelap muncul. Itu membentuk seperti sesosok roh manusia atau mungkin monster berwujud serupa terduduk bersama kursi di hadapan Nouki dan itu mulai memainkan melodi-melodi aneh dalam suara yang tersengal-sengal.
Nouki yang menatapi tampak tidak tertarik akan teka-teki semacam ini, mempermainkan suasana untuk membangun kesan horor alami, dirinya kemudian mengangkat senjatanya lalu menarik pelatuk, meledakkan energi sihir ke sosok roh dan menghancurkannya bersama singgasana angker.
Suara riuh mulai bergetar dengan vibrasi yang memenuhi ruangan, sesosok monster ular raksasa berwujud energi astral hitam muncul dari balik dinding ruangan. Monster yang memiliki tatapan bercahaya menunjukkan kekuatan akan kehadirannya yang membuat seluruh ruangan di lapisi bayangan gelap, energi tidak murni mulai terpancar hingga ke pikiran mereka.
Makhluk astral di hadapan mereka adalah "Cursed Spirit" (Roh Terkutuk), berasal dari alam lain yang di tempati oleh makhluk spiritual di luar lingkungan kesadaran ruang dan waktu. Ini adalah sedikit deskripsi akan misteri yang tengah mereka hadapi, Nouki sendiri tampak tidak bisa membaca statistik makhluk tersebut karena tidak memiliki aspek informasi.
Sia kemudian memberinya petunjuk. "Makhluk itu adalah Roh Terkutuk yang berasal dari alam di luar dimensi kita."
Mendengar pendapat tersebut, Nouki memerintahkan Kiyomi memberi serangan, berharap konfrontasi mistik akan langsung selesai namun saat Kiyomi menyerang menggunakan kemampuan elemen kegelapan, menembakkan energi bercahaya ungu yang meledak dan membakar dalam sekejap. Itu tak berpengaruh untuk wujud makhluk astral di hadapannya, melenyapkan kobaran api kegelapan yang menggeliat makhluk tersebut seperti dapat menyerap energi sihir di sekitarnya.
Kiyomi kemudian menciptakan pedang kegelapan, menyerang dari bawah keatas menggunakan lompatan yang dapat mengelabui hukum gravitasi, monster dalam posisi kemudian bergerak menerkam wujudnya namun seketika itu hanya menerkam angin, Kiyomi yang dapat berpindah dalam bayangan kini muncul di belakangnya memberikan tebasan pedang tanpa efek ke wujud monster terkutuk.
"Bahkan kekuatan kegelapan tidak cukup untuk menekannya, kalau begitu." Nouki kemudian meneriaki Kiyomi dengan sebuah perintah dan solusi, "Kiyomi!. Sebaiknya gunakan sihir elemental untuk menyerang makhluk tersebut, setidaknya untuk menahan pergerakannya."
Dengan mengangguk setuju Kiyomi kemudian mengalihkan jarak. Dari energi kegelapan yang tidak terbatas dirinya membentuk sebuah dinding sihir yang langsung menjebak monster dari dalam. Dinding sihir itu dapat kebal terhadap kemampuan yang dapat menyerap energi sihir, menyerangnya dari dalam menggunakan berbagai bentuk energi sihir.
Serangan elemen kegelapan, energi kekacauan, dan berbagai elemen mendasar seperti api, udara, air dan cahaya/petir. Dari balik dinding sihir, Kiyomi dapat menciptakan berbagai proyeksi sihir, kuantitasnya tak terhitung. Akan tetapi Roh Terkutuk mulai bergerak lincah menghindari serangan dan melahap energi sihir yang di tembakan.
"Monster ini, karena dia adalah perwujudan astral, maka hanya bisa menyerangnya menggunakan energi sihir tingkat dimensi..." Nouki yang melihat kondisinya sulit tanpa pikir panjang, maju menguji kekuatan kutukan.
Monster kutukan yang matanya menyala menatap ke arah Kiyomi menembus dinding sihir yang menjebak wujud astralnya, seketika kekuatannya di tiadakan dan pikirannya mulai melemah oleh ilusi, Kiyomi langsung jatuh tersungkur tak sanggup menopang kekuatan kutukan roh.
Sekarang saling berhadapan antara sesama kekuatan kutukan, Nouki berdiri anggun di hadapan monster kegelapan, tatapan si monster nampak membuat udara di sekitarnya berderik menyelimutinya dengan energi astral. Namun ketika Nouki mulai membuka matanya, menatap perlahan ke arah monster, seketika wujud astral Roh Terkutuk terguncang. Energi astral yang terkutuk mulai berhamburan kekuatannya langsung tiada.
Kiyomi yang terbangun dari ilusi dan Sia yang menyaksikan, heran pada momen yang membuat mereka takjub, hatinya terpesona ria. Kekuatan yang mewujudkan kekacauan menentang segala keabadian eksistensi.
Eye of Sacrifice adalah kekuatannya yang tersegel setiap saat atas kehendaknya, itu berisi berbagai pengaruh kekacauan dan pertentangan realitas, membuat segala hal yang di tatapnya mewujudkan apa yang mustahil dipengaruhi sebab dan akibat, membuat sifat bertentangan terhadap suatu anomali dan konsep.
Terlepas dari penghalang yang menjeratnya dan menemukan sebuah jarahan yang menuntunnya pergi, itu adalah sebuah "Batu Jiwa" yang tertanam dalam wujud Roh Terkutuk. Setelah mengamati melalui kemampuan analisis akhirnya membawa item misterius tersebut bersamanya.
"Kekuatan misterius. Itu berasal dari keberadaan alam lain," ungkap Nouki.
Dirinya menghampiri Kiyomi yang tengah meringkuk di bawah penyesalan memohonkan sebuah permaafan, gadis tersebut juga nampak memuji keanggunan tuanya. "M-maaf. Aku gagal melakukan tugas ku.." Kiyomi memohon pelan namun itu adalah ungkapan yang dapat di buktikan kebenarannya.
Nouki membalasnya yang mengeluhkan nasib, memberikan Batu Jiwa itu kepadanya selayaknya memberkahi kekuatan, Kiyomi memandangi Nouki yang meski hanya bidang datar yang tergambarkan di wajahnya. Sementara Sia memandangi mereka berdua menjalin kemitraan.
Posisi labirin sekarang semakin mendalam sampai ke dasar lautan, cahaya semakin redup dalam kegelapan, suara kekacauan bercampur aduk menciptakan melodi yang mengganggu pikiran. Semakin mereka menemukan ruangan di bawah pijakan semakin tidak terbukti batas dari setiap ruang labirin yang ada dalam pulau.
Ruangan yang lebih suram kini di telusuri, dan menemukan beberapa struktur aneh di dalamnya. Mereka tampak mengitari jalan yang bercabang untuk menemukan tangga turun, namun keadaan yang sunyi membawa mereka dalam kewaspadaan. Tiba-tiba segumpal cairan ungu membentuk sebuah tentankel, menyerangnya dari belakang dengan akan menjeratnya.
Kiyomi yang sigap langsung membentuk sebuah dinding sihir yang dapat menyerap elemen misterius kedalamnya. Itu bersifat meniadakan energi magis tanpa bisa menembus sampai ke dalam. Kini ruangan di buat bergetar oleh kehadiran monster slime yang muncul dari setiap sisi ruangan, membanjirinya dengan energi sihir yang sangat besar kini menyatu bersama ruang labirin.
Itu mulai membentuk wujud berbagai monster yang menyerang dengan kemampuan yang berbeda-beda, kecepatan yang berbeda-beda dan kekuatan yang berbeda-beda. Monster berbulu tebal pada tubuh raksasa, monster bercakar panjang bergerak amat lincah, sekumpulan monster serangga berukuran abnormal hingga monster dalam wujud yang tak dapat saya deskripsikan.
Kiyomi kemudian memusatkan kekuatan kegelapan pada kemampuan penciptaan, membentuk sebuah senjata berupa sabit besar yang kini di sebut "Withering Falx" dimana itu di hiasi aura kegelapan, lalu bergerak dengan lincah keluar dari dinding sihir.
Kiyomi yang bergerak menebas dengan wujudnya yang tak terlihat menumbangkan empat monster bertubuh besar, tanpa peduli seberapa besar ketahanan fisik monster itu membelah hingga ke titik materi terkecilnya, dalam kecepatan yang masih relevan dirinya dapat mengelabui kemampuan regenerasi monster-monster tersebut meski itu kurang dari beberapa detik.
Wujud mereka yang terbelah dan kehilangan kemampuan regenerasi kembali menjadi segumpalan cairan ungu. Sementara monster bercakar tajam bersaing dalam kecepatan mengejar-ngejar posisinya yang tidak terbaca oleh monster berbentuk bola raksasa terbang yang mencoba menavigasi pergerakannya.
Monster itu tampak mengeluarkan gelombang vibrasi yang berpantulan diantara bilik ruangan namun Kiyomi yang matanya tak bisa dilabui dapat melihat bentuk gelombang tersebut lalu membelahnya menggunakan Withering Falx. Kini dia berhasil meleburkan kembali seluruh wujud monster menjadi cairan ungu membuat energi sihir berceceran di bawah pijakannya.
Nouki, kini memandangi keadaan, sesaat wajahnya nampak masam, dari hadapannya monster lendir muncul menyatukan seluruh wujudnya yang berantakan. Wujud monster tersebut mulai menciptakan gelombang suara yang membuat ruangan bergetar untuk kesekian kalinya.
Berusaha untuk menerkamnya dengan wujud yang tidak pasti seperti apa, namun monster yang mencoba menelan tidak dapat menebus dinding sihir yang mengitarinya. Sia sejenak memerhatikan sebuah objek merah bercahaya dari dalam gumpalan lendir itu, dengan santai hati menginstruksikan petunjuk.
"Itu adalah inti sihir dari makhluk tersebut, Nouki harus menghancurkannya untuk mengakhiri semua ini." Sia dalam momen menegangkan, sebaliknya menunjukkan rasa tentram, tampak begitu percaya pada idola tekadnya.
Nouki kemudian mengangkat lurus tangannya menembakkan energi sihir dari senjata pemusnah, menembus dinding sihir tanpa menghancurkannya dan dalam durasi 0,5 detik langsung melenyapkan inti sihir, seperti membunuh dalang perampokan secara langsung tanpa interogasi.
Wujud elemen dari monster sihir tersebut kini terhambur menciptakan genangan yang dalam. Nouki mengamati sekitarnya penuh wujud cair membasahi ruangan, ditengah genang lendir dia menemukan kakak perempuannya terbaring tanpa bisa menyadarkan diri, akhirnya membawa gadis itu ikut dalam pangkuannya.
Kini mereka berhenti di area yang lebih tentram, sementara melihat kakaknya yang sulit untuk bangun, Kiyomi bertanya sebuah perihal kepada Sia, hingga Sia sempat tersentak karena gadis itu baru untuk pertama kalinya berbicara dengannya.
"Apa yang terjadi kepada Risa-Nee?, kenapa terasa seperti ada energi sihir dalam tubuhnya," tanya Kiyomi yang dapat merasakannya juga.
"Eh!,, a-aku sebenarnya mau bilang dari awal,, tapi sepertinya dia telah terinfeksi kekuatan kutukan dari monster." Sia sendiri pun memperhatikannya dengan heran, "tapi itu aneh,, dia masih punya kesadaran yang utuh sebagai manusia."
"Apa arti keanehan itu?" tanya Kiyomi lagi.
Sia lanjut mengungkap. "Terkena kutukan semacam ini, akan membuat manusia biasa berubah menjadi monster serupa," terangnya.
Nouki kemudian meraih tangan Risa, sekejap tubuh dia dan kakaknya mulai bercahaya dalam kegelapan, aura sihir pemusnah kutukan langsung memulihkan keadaan, Risa mulai terbangun dalam pangkuan adiknya. Keheranan timbul di wajahnya saat memandangi mereka bertiga dalam cahaya magis.
"Eh?.. Nouki..." Dengan suara yang lirih, rambut berantakan, dirinya memiringkan kepala untuk memandangi sekitar, apa yang masuk dalam pandangannya kini menimbulkan pertanyaan, "dimana ini? gelap sekali!"
Nouki melihat wajah menyedihkan dari kakaknya yang heran, akhirnya membalas spontan. "Apa kau masih ingat sebelumnya?" celetuk Nouki, menampilkan ekspresi beku.
Risa masih sempat terdiam, kemudian menatapnya. "Tidak. Aku tidak ingat lagi." Lalu kembali memalingkan pandangan.
"Siapa,,, mereka?" Risa spontan bertanya dalam pangkuan adiknya, Nouki, karena heran harus bagaimana akhirnya menjawab seadanya.
"Gadis berambut putih panjang. Dia adalah Sia. Dan yang berambut hitam pendek adalah Kiyomi... Sejujurnya aku tidak senang untuk menjawab pertanyaan ini jadi, kau bisa tanya mereka sendiri."
Saat menelusuri kedalaman ruangan mereka menemukan sebuah tempat yang di genangi air laut, itu tampak bercahaya dari bawah. Sejenak mereka berhenti, memandangi bongkahan kristal bersinar dalam air.
Risa yang saat itu tengah mencuci gaun hitam miliknya, untuk sementara hanya memakai kemeja putih tipis, sembarinya mengusap wajah dan membasahi rambutnya. Memulai perbincangan antara Dirinya dan Sia yang juga sedang duduk di pinggiran dan menyelamkan kakinya.
"Namamu.. Sia.. Kan?" ujar Risa. "aku Risa Arashi. Senang bertemu dengan mu!" salam Risa.
Sia kemudian mengangkat wajahnya. "Benar. Aku adalah Sia Delicti." Sesaat dirinya lalu memikirkan sebuah analogi, "Risa... Arashi?" pikir Sia heran.
"Apakah Risa adalah keluarga dekat Nouki?" tanya gadis Sia dalam wajah polos. Seketika pipih Risa memerah melihat keimutannya.
Risa yang kemudian membenarkan, "benar sekali, aku adalah kakak perempuan Nouki."
"Ngomong-ngomong, bagaimana kalian berdua bisa bertemu di tempat yang mencekam ini?" tanya Risa akan perihal sebelumnya. Sembarinya menatapi kolam bawah gua. Sia dengan antusias di hatinya mulai menceritakan awal mula pertemuan mereka yang janggal...
"Waktu itu, di dunia aheh yang tercipta di kekosongan, aku bertemu dengan Nouki yang sedang berjalan linglung mencari jalan keluar," sembarinya bercerita, memandangi kilauan kristal. Wajahnya bercahaya biru oleh pantulan air.
"Saat bersama dalam kekosongan, Nouki menceritakan padaku berbagai hal unik tentang manusia." Mendengar ucapan ini Risa agak bingung sendiri.
"Eh?. Kenapa Nouki mau bercerita hal semacam itu padamu?" Risa yang wajahnya digambarkan kebingungan–
"Aku juga mendengar jika Nouki ingin memahami sebuah makna eksistensi. Terdengar seperti inspirasi akhirnya aku memutuskan berhenti menjadi seorang dewa dan mulai ikut bersamanya, turun dari alam asal dan tiba ke dunia sebagai makhluk fana."
"Berhenti menjadi seorang dewa!?" sentak Risa karena baru menyadari keanehan dari ceritanya–
"Sekarang aku tidak memiliki kehendak lagi sebagai seorang dewa, tetapi di dunia yang ada sihir dan makhluk spiritual aku memperoleh berbagai kemampuan dari statistik."
Risa yang terdiam, menatapinya dalam kebingungan. Kiyomi menghampiri mereka dan matanya tertuju pada Risa, sudah cukup lama tidak berjumpa dengan orang dekat, Kiyomi menyapanya secara hangat memberikan bukti dirinya yang masih ingat.
"Lama tidak berjumpa. Risa-Nee, aku Kiyomi Gura." Sembarinya menundukkan kepala dia memberi rasa hormat.
"Eh?,,, Kiyomi– Gura!?" kejut Risa. Wajahnya penuh salah paham menyangka peryataan Nouki sebelumnya, "itu sungguh kamu??"
"Anda masih ingat yah. Aku juga tidak menyangka Risa-Nee bisa ada disini." Mereka saling menatapi tanpa sanggup menyangka jika keduanya bisa bertemu lagi, Risa menadah kepalanya yang berisi rasa pasrah akan keheranan saat ini.
"Kenapa Nouki tidak memberi kejelasan tentang hal ini dari awal?" bingung Risa. Setelahnya dia menghela nafas. Sementara Nouki di sudut ruangan yang gelap mengamati sebuah ukiran bahasa kuno tergores tidak sempurna pada dinding ruangan. Seolah gua bawah tanah yang menjadi ruangan labirin itu ditempati peradaban yang terkubur dalam kekacauan.
Dirinya menerjemah beberapa bahasa yang terukir. Itu mulai menampilkan visual teks berisi arti dari bahasa kuno tersebut... Tenebrarum Forma yang berarti sebuah wujud dari kekacauan, tidak pasti seperti apa, namun itu tengah menanti kehadiran mereka. Chao Spatium. Merujuk pada suatu ruangan di hadapan mereka. Nouki memaknai pesan tua itu seperti sebuah peringatan keras, menjanggal posisinya untuk mundur. "Beberapa ukiran lainnya tidak bisa di terjemah dengan baik. Pesan kuno yang belum selesai hingga akhirnya labirin ini menjadi sarang kekacauan—"
Sementara Ketiga pendampingnya yang masih berdiri di pinggir kolam bawah gua, memandang ke cahaya kristal dalam air yang menyinari tubuh mereka dengan pantulan gelombang. Risa yang saat ini duduk meringkuk di hadapan Kiyomi dan Sia, melihat sebuah bola bercahaya kelip dalam air yang dangkal, nampak berbeda dari pemandangan kristal yang tenggelam.
Dia memasukkan kakinya kedalam air membentuk beberapa langkah ke depan dan mencoba meraih bola bercahaya putih di bawahnya. Saat mengangkat bola bercahaya, itu mulai bereaksi. Cahaya kelip berubah menjadi statis dan kolam air bergetar menciptakan gelombang kecil di pinggirannya.
Sesosok monster Naga Air berkepala tiga muncul di hadapan mereka. Risa yang harus menyesal kini memandangi dalam kepanikan, wajahnya bergidik pucat saat melihat wujud monster. Saat Naga Air akan mulai bergerak Kiyomi menahannya ke dalam dinding sihir yang terbentuk sekejap.
Saat naga yang terkurung wujudnya, itu mulai mengaum keras sampai menciptakan gelombang suara yang menggetarkan dinding sihir namun tidak dapat menembusnya. Kiyomi mencoba membunuh monster yang terkurung dalam perangkap sihirnya, menembaki energi sihir pemusnah dan menciptakan elemen api untuk membakarnya. Namun setiap serangan hanya perlu di tahan oleh wujud fisik si monster.
Monster naga pun matanya langsung bercahaya dan dari perairan gua muncul sekumpulan monster dalam berbagai wujud menyeramkan, seketika mengepung ketiganya. Sia mengawal Risa untuk berlindung di sampingnya yang di sinari oleh cahaya sihir melingkar dari bawah.
Sedangkan Kiyomi menggunakan sabit besar memecah belah sekumpulan monster dalam sekejap. Saat semakin banyak monster yang mengepungnya Kiyomi terdesak bersama keduanya. Nouki pun datang menghampiri lalu menggunakan kekuatan artefak cincin di jarinya, sekejap seluruh monster yang mengerumuni, wujudnya melebur oleh sihir kutukan.
Nouki yang hanya berjalan santai menghampiri Sia. "Apa yang ada dalam dinding sihir itu?" tanya Nouki dengan nada serius. Namun ekspresinya datar. "Jika di perhatikan dari wujudnya, mungkin itu adalah Naga Air yang sering di sebut para dewa sebagai Hydra." Sia yang anggun menjawabnya.
"Hydra..." Setelah menggumam, Nouki kemudian maju ke bawah tatapan monster Hydra yang matanya bercahaya oleh amarah, ucapan Nouki tampak menantang bagi monster tersebut, "lihatlah dirimu!. Terkurung tanpa bisa berbuat apa-apa." Mendengar lisan itu sang monster menjadi emosi.
Nouki kemudian menatap wajah monster tersebut dengan mata pengorbanannya, seketika monster kehilangan seluruh kekuatan, tak dapat lagi mengauk keras. Saat monster yang melemah sampai tak dapat bergerak, Nouki mengarahkan pistol, menembak sampai menghancurkan salah satu kepala monster tersebut bersamaan dengan hancurnya dinding sihir.
Tubuh Hydra jatuh tenggelam ke dalam air dan wujudnya melebur hingga tidak terlihat lagi. Selang beberapa menit jembatan batu naik dari atas air mengarah ke sebuah pintu di ujungnya, Nouki bersama yang lain mulai melewati hingga mereka lanjut menyusuri ruangan dengan ketidakpastian...
—Bersambung—