Chapter 3 - Mengubah Penyesalan

Tanggal 13 februari. Keesokannya pagi bersemi memulai cerita selanjutnya, setelah sekolah yang kacau di liburkan untuk waktu yang panjang, diatas atap apartemen ketika matahari sejajar dengan tanah, Igumo yang terduduk sendirian merenungkan berbagai hal terakhir yang menyedihkan.

Dalam ingatan yang samar Igumo mengingat ketika terakhir kali dirinya melihat Nouki, saat akan berangkat ke sekolah bersama. Dirinya pun mulai memandang langit dengan kesedihan, ingatan masa kecilpun mulai terlintas dalam pikirannya ketika dirinya dan Nouki seringkali bermain berdua di taman bermain pada saat masih berumur sekitar 8 tahun...

Pada kejadian akhir setelah Igumo bersama yang lain berhasil keluar dari sekolah dengan selamat meski beberapa darinya mendapati luka bakar dan luka tembak yang cukup serius, sedangkan Igumo yang saat itu baru keluar dari sekolahnya dengan mendadak mencari keberadaan Kiyomi, Nouki dan Tina-Sensei namun nihil.

Risa yang saat itu kebetulan melihat Igumo tertunduk pasrah dengan khawatir menanyakan keberadaan adiknya. "Igumo-chan!, apa yang terjadi!?, dimana Nouki??, kenapa kau tidak bersamanya??" dengan penuh tanda tanya Risa bertanya dengan khawatir dan gelisah.

Igumo kemudian mengangkat wajahnya, menatap Risa dengan pasrah, air mulai menggenang di matanya. "Risa-senpai... M-maafkan aku..." Seketika Risa yang mendengar ucapannya itu menjadi semakin panik dan mencoba untuk mencari adiknya dengan khawatir.

Namun Igumo segera mengentikan pergerakannya yang dapat menerobos siapa saja, "Risa-senpai!, anda mau kemana!!" Teriak Igumo yang khawatir.

"Nouki!, aku harus mencari adikku!" Risa dengan tidak tenang meminta Igumo untuk melepaskannya namun sudah terlambat, keseluruhan bagian luar sekolah telah terbakar habis, hanya menunggu sampai petugas damkar menyelesaikan pekerjaannya, kini mustahil untuk mengakses sekolah tersebut bahkan untuk keluar dari sana...

Pada akhirnya pemeriksaan di sekolah tersebut akan dilakukan pada keesokannya harinya, dan hasil yang diterima dari pemeriksaan tersebut adalah ada dua siswa yang terjebak dan menghilang, menurut keterangan yang logis mustahil untuk keluar dari sekolah tersebut saat terjadi kebakaran, apa lagi ada para teroris yang mengepung.

Jadi dapat di pastikan siswa yang tak selamat telah mati dalam kobaran api atau terkubur reruntuhan sekolah. Dan kini polisi melakukan pencarian terhadap salah satu gurunya yang di sandera dan di culik oleh kelompok teroris...

Igumo yang saat itu sendirian kini membuka telponnya melihat berbagai kabar mengenai penyerangan teroris yang melibatkan sekolahnya. Lalu sebuah pesan dari ponselnya muncul...

*pesan dari Harumi Nei* [Igumo, bagaimana kabarmu, apakah perasaan mu masih terpuruk, aku harap semuanya sudah lebih baik.]

Igumo kemudian dengan tenang membalas pesan dari Harumi. [aku baik-baik saja.] Harumi yang membaca pesan balasan tersebut kemudian mengirim pesan lagi.

*pesan dari Harumi Nei* [kalau begitu aku ingin berterimakasih...] Igumo yang bingung kemudian menanyakan alasannya.

[kenapa tiba-tiba berterimakasih?] ucap pesan yang di tulis dengan bingung oleh Igumo, dikala perasaannya sedang bimbang.

*dari Harumi Nei* [karena sudah menolongku waktu itu, aku jadi sangat berterimakasih...] Setelah membaca pesan itu Igumo kemudian kembali mengingat kejadian saat dia bersama dengan Harumi mencari jalan keluar, dan tanpa disangka sebuah beton yang menahan lantai koridor diatas tiba-tiba runtuh, untungnya dengan sigap Igumo mendorongkan tubuhnya bersama Harumi yang tidak menyadari hal tersebut.

Setelah mengingatnya Igumo kini tersenyum dengan puji syukur, namun disaat yang sama dia juga mengingat Kiyomi yang dari awal membuatnya berangsur-angsur sedih.

Sementara Risa yang saat ini tiba di dalam apartemen milik adiknya, tampak merindukan sebuah momen kebersamaan. Barang yang begitu banyak dan menumpuk telah tersusun rapi, Nouki yang punya kebiasaan merapikan setiap barang dengan selera yang minimalis, kini telah membuat kakak perempuannya tampak merindukan hal tersebut.

Di hari yang sunyi dalam apartemen, Risa berbaring di atas kasur milik adiknya, menatap ke langit-langit kamar, hembusan angin seketika masuk melewati jendela ke dalam kamar yang sunyi, dan Risa yang sendirian mulai merenungi penyesalan. "Nouki... Maaf karena telah mengabaikan mu..." Sesaat kemudian, Risa yang mulai tertelan kantuk, tanpa sadar memejamkan mata...

Jam menunjukkan pukul [02:37 pm]. Siang hari yang panas telah berlalu. Kini angin mulai mengalirkan suara yang tenang... Dunia saat ini tampak normal bahkan tanpa ada Nouki lagi di sini, semuanya tidaklah berubah...

「AKAN TETAPI」—?

Segala pandangan kini teralihkan ke dalam pikiran yang kosong, semua begitu gelap dan hanya ada kehampaan yang mengartikan, sebuah suara misterius kemudian terdengar, seperti suara dari lubang hitam yang tengah menelan segalanya bahkan cahaya. Sebuah kesadaran kemudian berbicara dalam kehampaan yang gelap tersebut...

"Entah mengapa semua usahaku hanya seperti sebuah mimpi yang tak terwujud... Aku kehilangan segalanya yang bukanlah hal istimewa, namun sangat berarti... Hidup mereka yang menyedihkan, kenapa harus selalu berakhir dengan aku yang memandanginya. Kenapa realita begitu kejam pada mereka, dan juga seperti mempermainkan hidup ku..." Setelah merenung dalam setiap kata-kata tersebut, Nouki membuka mata kemudian mendapati dirinya saat ini tengah melayang dalam kekosongan.

"Apa ini?" Nouki yang terbangun heran mencoba memandangi sekelilingnya. "Apakah ini adalah kehidupan setelah kematian?..." Namun mau bagaimana manapun, yang ada hanyalah kehampaan bersamanya, Nouki bahkan tidak tau kearah mana di melihat dan menghadap kemana posisi tubuhnya sekarang.

Namun Nouki dengan kesal merapatkan giginya dan dengan wajah emosi, dirinya tampak tidak terima dengan nasibnya yang sekarang, terjebak dalam kehampaan dan kebingungan. "Apa-apaan ini!?, ini tidak seperti yang pernah saya bayangkan... Apanya yang kematian, disini bahkan tidak memiliki arti sama sekali..." Kini Nouki mulai mendengar suara misterius tersebut dengan wajah kebingungan...

Sesaat kemudian, Nouki tiba-tiba terbangun di tempat gelap setelah kembali mendengar suara misterius yang menghantuinya di kekosongan. Kali ini dia berada di semacam labirin yang terbengkalai dalam kegelapan. Nouki yang baru bangun memandangi dengan tidak tertarik, pikirannya hanya berisikan penyesalan sembari dengan pelan melangkah ke arah suara misterius.

"Hidup ini hanya berisikan kebingungan, semua nampak tak jelas, berkali-kali aku hanya memandangi kekacauan, dan segala hal yang tak terstruktur." Nouki yang saat ini merasa seolah-olah jiwanya telah terbuang dari kenyataan. Nouki yang sedang menjelajahi kehidupan setelah kematian kini tiba di sebuah ruangan besar seperti aula.

Dengan pelan menatap ke langit-langit dalam ruangan tersebut, nampaknya itu akan runtuh untuk kedepannya, Nouki setelahnya melihat sebuah pola melingkar yang sangat asing terukir di lantai, sejenak dirinya melangkah masuk ke dalam lingkaran tersebut, secara tiba-tiba memunculkan suara aneh yang di iringi dengan sebuah pusaran debu bercahaya, berkumpul diantara pusat lingkaran tersebut, menciptakan sebuah gumpalan energi misterius.

"Apa ini?, apakah ada hubungannya dengan kematian?..." Ucap Nouki dalam hati dan ekspresi bingung. Karena terbawakan rasa penasaran, Nouki kemudian mencoba menyentuh gumpalan energi yang berputar-putar seperti bola, dan seketika membuat pikirannya mulai mengakses berbagai ingatan tertentu dalam sepanjang hidupnya.

Nouki pun mulai kembali melihat seluruh ingatan menyedihkan dengan detail yang lebih jelas, memperdalam emosinya. Mulai dari masa kecilnya bersama Igumo yang di bawah oleh orang tuanya pergi menjauhi Nouki. Lalu momen ketika dia harus ditinggalkan dengan terpaksa oleh kakak perempuannya. Kemudian saat pertama kali memasuki sekolah SMA, namun dirinya tak pernah di lirik dan tak punya teman. Dan saat dirinya di buli dengan berbagai cara mulai dari awal sampai hari terakhirnya. Hingga ketika dirinya ditinggalkan saat penyerangan teroris di sekolahnya.

Air mata kemudian menetes jatuh dari wajahnya namun sekejap berubah menjadi api yang terbakar, kini kesadarannya kembali ke tempat terakhir dia berpijak, gumpalan energi kini telah menghilang dari hadapannya, seluruh ruangan kembali gelap.

「KEMUDIAN」—¿

Dalam kegelapan yang sesak tersebut kini Nouki mulai menyadari nasibnya yang sesungguhnya. "Apakah aku pantas mati seperti ini?... Seolah-olah pencipta realita mempermainkan hidup ku... Mereka pernah bilang akan berjanji dengan tulus... Apanya yang akan selalu bersama, pada akhirnya mereka tetap meninggalkan ku..."

"Apanya yang patut untuk di syukuri... Entah itu binatang, manusia ataupun dewa, semuanya tak dapat untuk di percaya... Mempercayai mereka adalah penyesalan terbesarku... Mengapa aku selalu berpikir kita tidak dapat merubah nasib... Aku tidak dapat menerima semua ini, ini bukanlah keadilan!!!" Nouki dengan penuh perasaan emosi mengungkap tekadnya yang sesungguhnya. "Aku tidak ingin kematian yang menyia-nyiakan seperti ini, segala hal jengkel yang membuat ku muak dan hilang rasa santai... Akan kuhancurkan semua itu!!..." Kini emosi mulai menyadarkannya kembali akan jati dirinya.

「SEKARANG」—!

Suara misterius dari luar angkasa kembali muncul, kini Nouki membuka matanya yang di penuhi dendam dan penyesalan, mengubahnya dari warna biru gelap, menjadi merah menyala. Nouki yang merasa remeh dengan berani menolak kematiannya. Seketika hembusan angin muncul dari arah yang tak beraturan, gravitasi mulai tak terkendali dan objek-objek kecil layaknya kerikil mulai melayang dan terapung di udara. Secara demikian memberikan hempasan kuat yang menghancurkan seluruh atap ruangan. Nouki lalu menatap ke atas melihat pemandangan kosmik dari gugusan bintang.

Seluruh tiang ruangan dan dinding di sekitarnya mulai retak terbawa gravitasi yang kacau, Nouki memandangi momen hancurnya dan terciptanya gugusan bintang di hadapannya. Pijakan di bawahnya mulai ikut retak dan sesaat kemudian hancur berhamburan. Di momen yang kompleks ini jiwa Nouki mulai melayang-layang di ruang hampa bersama sisa reruntuhan, dan suara nyaring terdengar di belakangnya, Nouki dengan pelan berbalik dan melihat sebuah gugusan bintang yang menyatu menciptakan galaksi.

Seolah-olah sedang terbawa arus, Nouki dengan kecepatan cahaya mulai berpindah dari satu posisi ke posisi lainnya melewati berbagai galaksi dalam waktu singkat dan memasuki berbagai gugusan bintang. Dalam gugusan bintang yang menyerupai kabut raksasa dalam ruang vakum, Nouki melihat berbagai objek kosmik seperti susunan tata surya, bintang-bintang dengan ukuran bervariasi, dan juga bintang mati yang menciptakan suara nyaring dan kacau.

Semakin jauh dirinya melayang, pikirannya kini mulai menghimpun setiap adegan yang terjadi dalam waktu singkat. Pikirannya yang saat ini berakselerasi dalam konsep pararel mulai menyaksikan berbagai hal yang terjadi di setiap sudut-sudut alam semesta, serta dengan jelas memahami seluk-beluk alasan semua itu tercipta. Dalam pandangannya yang tak terbatas Nouki melihat berbagai kemungkinan-kemungkinan yang relatif.

Sesaat setelah berakselerasi dalam ruang singularitas Nouki lalu terlempar kembali ke ruang hampa yang buta. Saat kembali membuka matanya Nouki melihat dengan jelas sebuah lubang hitam berukuran raksasa yang sedang tercipta. Dengan penuh detail Nouki melihat lubang hitam tersebut yang semakin membesar seiring waktu, dengan demikian itu mulai menghisap segalanya dan mengisi ruang hampa.

Nouki yang secara independen melampaui kausalitas melihat segala kekacauan kosmik berlalu tanpa pengaruh terhadap dirinya. Pikirannya yang kini berkeliaran di luar konsep waktu, telah menyaksikan berbagai hal yang menciptakan sejarah dimasa lalu dan berlalu cukup jauh ke masa depan. Bahkan pikirannya mengakses hingga ke dimensi kuantum, dimana segala keacakan ruang yang terjadi tak dapat di prediksi.

Dan kini Nouki yang telah menyaksikan itu semua, kembali ke dalam nasib hampa. Nouki lalu mengepalkan tangan dan berkata dengan tekad. "Tampaknya memang benar... Tujuanku sekarang hanyalah sebuah balas dendam... Kepercayaan?... Kurasa aku tidak butuh itu untuk kedepannya, yang jelas siapapun yang berani bertanggung jawab atas segala hal ini, entah itu manusia atau dewa. Maka akan kulenyapkan semuanya!" Dengan tekad yang kejam dia akan kembali bangkit. Seketika pandangannya yang berisi kehampaan kemudian di sinari oleh cahaya putih yang sangat terang dan bahkan menelan seluruh tubuhnya.

「AKHIRNYA」—

Kini Nouki muncul dalam tengah-tengah kobaran api dan pola sihir terukir di bawah kakinya, kemudian dia membuka mata yang menatap langsung ke dalam jiwa. Saat ini dia berada di dalam kelasnya yang kacau, secara keseluruhan terbakar api, namun dengan santai Nouki berjalan melewati bara api tanpa hangus.

Saat tengah berjalan keluar dari kelasnya, terlihat koridor yang sepi hanya berisi gumpalan asap, Nouki kemudian berjalan melewati setiap koridor tersebut tanpa rasa panik, di dalam asap yang tebal Nouki melihat dua orang teroris yang tampak ingin keluar melarikan diri, namun saat mereka berpapasan, teroris yang melihat seorang siswa sekolah berjalan santai di hadapannya kemudian mengeluarkan sebilah pisau, akan tetapi ketika salah seorang teroris akan menyerang Nouki dengan pisaunya, Nouki dalam sekejap melakukan gerakan pertahanan diri dengan menahan pergerakan teroris, lalu dengan sangat kuat mendorong kepalanya menghantam tembok hingga retak secara bersamaan.

Dalam kepanikan, teroris yang satunya kemudian mendekat untuk menyerang, namun Nouki dalam sekejap memutar rotasi tubuhnya lalu memberi tendangan yang langsung mengenai lehernya, membuatnya jatuh tersungkur dalam sekejap dan mematahkan tulang lehernya.

Setelah meniadakan dua orang teroris, Nouki kini beranjak pergi, dan dengan wajah emosi melewati berbagai kekacauan yang terjadi tanpa sikap peduli sama sekali, hingga dia tiba di tangga spiral ujung koridor tempat dimana dirinya berakhir menyedihkan, tanpa pikir panjang Nouki pun beranjak menaiki tangga. Hingga akhirnya dia tiba di puncak atap sekolah.

Di sana, sama seperti sebelumnya, para teroris berkumpul untuk melakukan penyerangan terhadap polisi dari atas, sementara di sisi lain gurunya, Tina-sensei yang bersama dengan Kiyomi, teman seapartemen Nouki, terbaring tidak sadarkan diri.

Hingga ketika para teroris melihat kehadiran Nouki dengan bingung salah satu diantara mereka mulai maju dengan mengancam, menunjukkan sebilah pisau dalam genggamannya. Akan tetapi hal tersebut tidak memberi perasaan takut pada Nouki sama sekali, malahan dengan tersenyum kejam Nouki yang hanya berdiri diam kemudian bergerak dengan sangat cepat.

Secara tiba-tiba dia muncul di hadapan teroris tersebut dan dengan tekankan kekuatan yang sangat gila, Nouki mencekik leher teroris tersebut sembari menahan tangannya yang menggenggam pisau. Tubuh teroris tersebut terangkat beberapa senti ke atas, dan dengan sangat keras Nouki menghantamkan tubuhnya ke kebawah hingga lantai atap hancur, membunuh teroris yang ada dalam genggamannya.

Teroris yang terkejut, melihat Nouki bergerak begitu cepat dengan gerakan yang tak dibaca oleh mata. Salah satu dari mereka kemudian maju lagi, saat hendak menembakki Nouki dari belakang, Nouki seketika berbalik lalu memberikan tendangan tepat ke wajah, menyebabkan tampilan wajah teroris tersebut remuk dan kacau.

Dan lagi, salah satu dari mereka maju dengan tangan kosong namun Nouki dengan gerakan khusus dan kecepatan tinggi, dapat dengan mudah menahan dan mengunci seluruh serangan. Saat teroris yang pergerakannya tertahan oleh Nouki, dengan ekspresi kejam dia menendang kaki si teroris dan langsung patah dalam sekali tendangan.

Saat teroris itu akan menembak Nouki dengan senjata dari jarak jauh, Nouki dengan kekuatan fisik super lalu melompat ke arah teroris dengan gaya yang membuat tubuhnya berputar-putar di udara, dan dengan perhitungan yang super akurat Nouki mendaratkan tendangan kakinya tepat di kepala teroris membuatnya hancur dengan semburan darah.

Secara beruntun seluruh teroris yang berdiri melihatnya kemudian bermajuan memberikan serangan. Nouki dengan tersenyum misterius mulai menanti setiap serangan tersebut. Dengan kecepatan tinggi Nouki mulai bergerak memberikan berbagai serangan balik kepada para teroris, dengan gaya yang kompleks, membuatnya menentang hukum gravitasi. Nouki seolah-olah sedang menari dalam setiap gerakannya, tanpa ada sedikitpun serangan yang bisa mengenainya.

Nouki kini mulai menjatuhkan setiap teroris yang kini berjumlah kurang dari dua puluh. Pemimpin teroris dari kejauhan melihat secara tidak percaya, Nouki dapat menahan dan menyerang 2-3 teroris sekaligus. Menjatuhkan mereka semua dengan luka yang sangat fatal, secara instan membunuh mereka semua.

Bahkan jika mereka menyerang dengan menggunakan senjata api. Nouki dapat menahan dengan mudah dan membalikkan setiap serangan. Nouki yang dengan menggenggam sebuah pistol dapat memberi tembakan akurat dari jarak menengah hingga jauh, para teroris kini hanya berjumlahkan delapan orang sementara Nouki yang dengan sadisnya membunuh para teroris yang dia buat sekarat. Mereka yang tersisa kini merasakan keraguan yang mendalam, tampak takut untuk menyia-nyiakan nasibnya.

Nouki kini memandangi mereka dengan kejam dan menanyakan keterangan, "Ada apa!?, apakah itu adalah wujud dari ketakutan??" Nouki sembari menanyakan, juga menunjukkan ekspresi kejam yang terpuaskan.

"Apa-apaan orang ini!" Ucap pemimpin teroris yang tak menyangka.

Sesaat setelahnya, Nouki dengan emosi yang tak tertahankan mulai menunjukkan kekuatan ciptaannya yang mengerikan. Dengan misterius dia mengangkatkan tangannya ke atas dan sebuah bola dengan kekuatan sihir muncul. Nouki mulai memberikan serangan berantai dalam ucapannya yang mengerikan, "Dengan ini, matilah kalian semuanya!" Seketika sebuah tembakan dari benda menyerupai pedang yang terbuat dari energi magis dengan sangat cepat di tembakkan melalui bola sihir tersebut, dalam sekejap membunuh seluruh teroris yang tersisa.

Dengan pelan Nouki kemudian mendekati Kiyomi yang tersungkur tidak sadarkan diri bersama dengan gurunya. Nampak bekas pukulan di wajah Kiyomi yang membuat mulutnya berdarah deras, sementara Nouki yang memandangi dengan ekspresi bengis tampak mengabaikan dengan tega, lalu meninggalkan mereka berdua terjebak dalam ketidaksadaran.

Akan tetapi ketika akan beranjak pergi, Nouki lalu memiringkan kepalanya dengan reflek, menghindari sebuah tembakan dari senjata sniper dari jarak yang sangat jauh untuk di pandang. Salah seorang teroris yang sedang berada di balik tembok-tembok gedung yang masih masa konstruksi sedang mengeker menggunakan scope senjata sniper nya. Namun Nouki yang berhasil menghindari tembakan tersebut kemudian berbalik ke arah sang penembak jitu, sembari menampilkan wajah emosi yang kejam.

Teroris yang melihat dengan keker dari kejauhan, tiba-tiba menjadi panik sembari melepas pandangannya dari alat keker. Akan tetapi dalam sekejap Nouki yang tiba-tiba muncul di belakangnya memberi kejutan dengan sebuah serangan yang langsung membuatnya mematahkan leher teroris tersebut. Nouki dari kejauhan gedung memandangi kehancuran sekolahnya sendiri tampa empati, dan secara pelan beranjak pergi.

Pukul [04:10 pm]. Kini dengan usaha keras para damkar mencoba menghentikan kebakaran yang akan menelan habis sekolah, selama beberapa jam kobaran api yang begitu besar diredakan. Para petugas yang meskipun di buat kesulitan, kini berhasil memasuki sekolah dan menyelamatkan beberapa siswa terutama Igumo bersama dengan teman-temannya. Tina-sensei dan Kiyomi yang tertinggal kini berhasil di selamatkan meski dalam keadaan tidak sadar.

Igumo dan Aiko yang saat itu melihat gurunya dan Kiyomi yang berhasil di selamatkan, dengan cepat berlari menghampiri dengan khawatir. Igumo yang melihat Kiyomi tampak terluka parah tidak sadarkan diri, dengan keras-keras Igumo mencoba meneriaki namanya agar sadar.

Namun mereka berdua tampak sekarat. Aiko dengan perhatian mencoba menenangkan Igumo yang mulai menangis sedih saat teman dekatnya di bawah pergi bersama dengan gurunya. Kini setelah kebakaran telah diredakan dan kekacauan telah berakhir dengan senja.

Aiko dengan sendirian tampak memperhatikan Igumo terduduk sendiri di pojok, memendam berbagai kesedihan. Hingga salah seorang petugas kepolisian menghampiri Aiko untuk membawakan sebuah laporan. "Apakah benar anda Aiko Aikawa?" Ujar pemimpin kepolisian bertanya.

Heran sesaat, Aiko kemudian menggelengkan kepala dengan serius, "?, iya, anda benar." Aiko yang heran tampak mengawatirkan sesuatu. Terlihat jelas dari mata hijaunya yang menggelap.

Kepolisian kemudian memberinya laporan penting yang berhubungan dengan teman-teman sekelasnya, "setelah kami melakukan pemeriksaan, dalam absen yang tercatat. Kelas 2-A, yang berjumlah 23 orang, kini telah berhasil di selamatkan kecuali 1 orang, yaitu, Nouki Arashi, sampai saat ini kami masih dalam pencarian. Saya harap informasi ini berguna." Ujar pemimpin kepolisian.

Setelah dia beranjak pergi, Igumo yang dari tadi juga mendengarkan kini menghampiri Aiko dengan ekspresi takut dan sedih bercampur dengan rasa khawatir. "Tidak mungkin... Nou-kun..." Dengan air mata yang berjatuhan mengenai tangannya, Igumo mulai pasrah akan kehilangan teman-temannya.

Aiko yang perhatian kemudian membujuk Igumo yang tersungkuk untuk tetap tenang pada harapan. "Igumo, aku minta maaf, karenaku kau mau tidak mau harus meninggalkan Nouki dan Kiyomi." Ucap Aiko dengan penuh penyesalan

Igumo kemudian menatap mata Aiko, dan memintanya untuk tidak terlalu melebih-lebihkan kesalahannya, "Aiko-san..." Dan kembali menundukkan kepala dengan penyesalan. "Kau tidak perlu meminta maaf, semua itu karena keputusan ku sendiri yang mengiyakan kemauan Kiyomi untuk tetap bersama Nouki."

Pukul [06:50 pm]. Senja kini bertransisi ke malam. Nouki yang saat ini berdiri di atas gedung raksasa, menyaksikan matahari terbenam di belakang sebuah gunung, menyisakan pemandangan langit berwarna merah pudar. Nouki yang melihat dengan tidak percaya, mencoba memahami konsep dunia yang telah dia pijaki, "jika memang benar ini adalah dunia yang tercipta ulang, maka hanya ada satu perbedaan di dalamnya, kali ini aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama." Ujar Nouki yang akan memulai tekadnya untuk mengubur segala kenyataan buruk dalam hidupnya.

Pukul [08:16 pm]. Nouki kembali ke apartemennya yang sunyi, berjalan diantara bayangan koridor tanpa dapat dilihat oleh siapapun. Saat dia mulai memasuki kamar apartemennya, terlihat Risa yang saat ini tengah berbaring di atas kasur milik Nouki dalam sedih, hingga tanpa sadar Nouki masuk untuk mencari handphonenya tanpa memperdulikan kehadiran kakaknya.

...

Saat tengah mencari handphonenya dari dalam laci, kakaknya, Risa, yang saat ini masih bersedih atas kepergian adiknya, duduk termenung dengan seluruh air mata mengalir di wajahnya. Nouki yang tanpa melihat dan mendengar memutuskan untuk berkata, "pikirmu, terus-menerus menangis akan membuat harapan mengabulkan segalanya?" Tanya Nouki tanpa berbalik sedikitpun.

...

Seketika risa yang mendengar suara familiar di telinganya, lalu mengangkat wajahnya yang murung dan berbalik. "Nouki?" Seolah-olah tak percaya dengan sadar. Nouki yang setelah berhasil menemukan handphonenya pun berbalik, dan saling menatapi...

Dan seketika, dengan puji syukur Risa memeluk erat adiknya, sembari berkata dengan ikhlas. "Ternyata memang kamu!!" Nouki yang terkunci dalam pelukan kakaknya hanya diam dengan ekspresi datar.

"Apa-apaan yang kamu lakukan di sini nee-chan?" Nouki dengan ekspresi kesal membentaki kakaknya.

Risa yang merasa tak percaya menjawab kekesalannya, "kakak begitu mengkhawatirkanmu tau, aku pikir akan bisa pergi menolongmu waktu kebakaran itu, pada akhirnya aku hanya bisa pulang dengan penyesalan, Igumo sebelumnya begitu sedih karenamu sedangkan Kiyomi belum sadar saat ini... Tapi yang penting sekarang Nou-Kun selamat." Ucap risa sembari tersenyum memeluk adiknya.

Ulah menjengkelkan dari kakaknya membuat Nouki kesal, dengan pelan memaksa melepaskan pelukan kakaknya, namun rindu yang memedihkan memperkuat ikatan persaudaraannya. Risa yang sayang tidak ingin lagi meninggalkan adiknya, Nouki yang kesalpun mengiyakan.

"Malam ini kakak akan menginap di sini, bolehkan! Nou-Kun?" ujar Risa. Namun dengan heran Nouki menolak, kakaknya yang juga heran memohon dengan jengkel, "pokoknya malam ini dan seterusnya aku akan tinggal disini." Ucap Risa dengan ogah menolak.

Nouki pun bingung dengan kakaknya yang kali ini lebih memperdulikannya. "Hah?... Tch... Terserah, lagi pula..." Sembari menatap ke kasur dengan serius. Kakaknya yang melihat ekspresi tersebut menjadi bingung juga sembari bertanya,

"ada apa? Nou-Kun?" tanya Risa yang sedikit bingung.

"Tidak! Lupakan saja... Aku mau keluar sebentar, kau tetaplah disini." Nouki setelah memberitahu, kemudian pergi keluar, sementara kakaknya yang sebelumnya masih bingung tersenyum lembut melihatnya.

...

Keesokannya pada pukul [05:33 pm]. Para siswa sekolah yang adalah teman-teman Nouki, berkumpul di taman samping sekolah yang telah hancur dan butuh di renovasi. Igumo yang baru datang pada jam tersebut di sambut oleh temannya, Harumi dan Aiko, Igumo melihat teman-temannya yang lain saat ini berkumpul dan gurunya Tina-sensei yang baru keluar dari Rumah Sakit mulai memberi sambutan. Namun sebelum itu...

Igumo yang masih termenung, mengingat tentang semalam saat dia di Rumah Sakit untuk melihat keadaan Kiyomi... Naasnya adalah, Kiyomi yang begitu sekarat telah dinyatakan meninggal karena Gagal Ginjal, menimbulkan suasana menyedihkan dalam hati Igumo...

Kini dengan hati yang berat gurunya memulai acara untuk mendoakan teman sekelas mereka yang telah pergi. Namun ditengah proses berduka, cahaya tiba-tiba muncul menyinari wajah Igumo yang sedang memalingkan pandangannya ke bawah, dan sebuah pola melingkar yang menyala muncul tepat di bawah kakinya, dengan wajah yang heran saat Igumo melihat teman-temannya yang lain, pola tersebut muncul di bawah kaki mereka semua. Begitu juga dengan guru Tina yang wajah sedihnya digantikan oleh ekspresi heran.

"Eh! Apa ini?" tanya Tina-sensei yang bingung.

Dengan demikian juga murid-muridnya yang saling bertanya-tanya. Hingga seketika satu persatu dari mereka tiba-tiba menghilang seperti debu bercahaya di udara, guru Tina yang melihatnya hanya bisa pasrah selagi dirinya juga ikut menghilang dari sana. Seluruh teman kelasnya yang ada disanapun menghilang, suasana seketika menjadi sepi.

...

Sementara di sisi lain cerita, Risa yang baru saja bangun dari kasur adiknya, dan adiknya sendiri, Nouki, yang entah tidur bersama kakaknya atau tidak tapi tampak sedang duduk di pinggir atas kasur.

"Nouki? Kamu sudah bangun duluan yah." Tanya Risa yang baru bersama rasa sadar.

Nouki pun kemudian berdiri mengambil baju di lemari, setelah itu memberitahu Risa hal yang tak perlu jadi urusannya, "kebetulan kau sudah bangun, aku akan keluar sebentar untuk pergi ke sekolah." Mendengarnya Risa sontak kaget dan kehilangan wajah kantuknya.

"Eh? Tapi bukankah kemarin sekolahnya baru mengalami kebakaran!?" keluh Risa pada adiknya.

"Aku hanya akan pergi untuk melihat, jika tidak ada tempat yang Ingin kau pergihi, lebih untung kau disini saja." Ucap Nouki dengan terserah.

Meski Risa telah memberitahu namun Nouki tampak bosan mengurung diri seperti di kehidupan masa lalunya. Risa yang mendengar ocehan adiknya dengan sigap beranjak dari tempat tidur untuk pergi sarapan, sementara Nouki yang akan segera keluar tampak mengabaikan. Hingga ketika Nouki akan membuka pintu. Tiba-tiba cahaya muncul di belakangnya. Untuk sesaat dia berbalik melihat sebuah Pola Sihir di lantai kayu apartemennya, dengan heran Risa juga memandangi hal tersebut, Risa tampak bertanya-tanya namun Nouki yang paham hanya terus memandangi dengan menanti suatu hal. Hingga ketika cahaya dari Pola Sihir tersebut semakin terang sampai memenuhi seisi ruangan—

「TIBA-TIBA」—??

—Bersambung—