"aku cari kayu bakar dulu ya" Arin mengajukan diri.
"Kamu disini aja, tenang udah aku siapin semua, menggunakan skill 'konstruksi instan' ku"
"waaah rasanya nyaman sekali kalau ada kamu, aku udah ngga kaget lagiii"
"Apa kamu mau Kasur? Aku bisa bikin pake skillku..biar aku tidur dibawah."
"gausah gapapa aku juga kaya kamu aja tidur dibawah"
"Aku bikin Kasur aja yang agak gede biar tidurnya ngga sakit badan kalo bangun."
"hehe iya iya"
Nima pun membuatkan Kasur dengan skillnya.
"uh dingin sekali, anu..maaf kalau ngga sopan, boleh ngga kamu peluk aku?" Ia menarik sedikit bajuku dengan malu karena merasa kedinginan.
"Ha??? Nggak..bukan..maksudnya apa ngga apa-apa?" Aku terhentak dan terkaget-kaget dengan perilakunya.
"iya.."
"Kalau gitu…maaf kalau kurang nyaman." Aku mulai mendekapnya dengan canggung namun aku yakin ini pasti lebih nyaman dan hangat daripada tidak sama sekali.
Nima pun memeluknya tanpa ragu.
"makasih ya" Arin memejamkan matanya dan malu-malu mengatakannya, pipinya pun merona setelah dipeluk olehku.
"Ya..(gila..ini jauh lebih baik daripada sendiri..pantas saja dulu sewaktu masih di bumi banyak orang-orang di sosial media yang post kemesraan mereka berpelukan saat tidur dengan pasangannya dikamar..ternyata nyaman sekali rasanyaaaaaaaa)"
Nima memeluk arin di dadanya agar hangat. Arin pun memeluk Nima dengan hangat, ia menempelkan wajahnya ke dada Nima, hal ini membuat wajahnya sedikit memerah karena ini pengalaman pertama baginya. Sampai ia bisa merasakan detak jantung Nima di telinganya. Pipi arin memerah karena malu sebab ini pertama kalinya ia memeluk seorang pria karena sebelumnya walaupun banyak pria yang menyatakan cintanya pada arin tapi selalu ia tolak, makanya ini merupakan pengalaman pertamanya di peluk seorang pria.
"(ternyata senyaman ini tidur dipeluk seseorang)" itu yang Arin pikirkan setelah pertama kali dalam hidupnya ia mengetahui rasanya memeluk dan dipeluk seseorang.
"(kalau dipikir-pikir ternyata badannya mungil ya, apa tubuh seorang perempuan memang seperti ini?? Aduh dadanya menyentuhku…sialaaan empuk sekali..aku gatau dadanya sebesar ini karena ia memakai baju zirah sebelumnya siaaaaal..dan juga haruum sekaliii. Arin maaf kalo aku mikir yang nggak-nggak…yah habisnya situasinya seperti ini!! Udah jangan mikir apa-apa lagi sebaiknya aku tidur….)"
Beberapa jam kemudian…
Dengan mata melotot "(ASUUUUUU MANA BISA TIDUR KALO BEGINIIIII)"
Pagi pun tiba, Arin terbangun agak kaget melihat di depan matanya ada wajah Nima yang tengah tidur pulas.
"(aaaaaaaaa, dekat sekaliii.. kalo diliat-liat lagi dari deket ia memang tampan…aku gabisa gerak, takut ia bangunnnnn)"
Tak lama Nima bangun dan kaget melihat arin sedang memandangnya di depan matanya.
"Anu, apa ada yang aneh di wajahku?"
"ngga, ngga ada apa-apa..aku mau bangun daritadi cuman gabisa gerak karena kamu masih meluk, jadi klo aku bangun pasti aku ngebangunin kamu jadi aku nunggu kamu bangun aja kaya gini" ia mencoba meyakinkan sambil tersenyum.
"Aiiiih maaf kalau begitu haha"
"yah aku juga seneng karena dipeluk" ia tersenyum dan menatapku.
"Ah iya….haha..haha…"
Mereka pun berkemas dan langsung melanjutkan perjalanan menuju ibukota.
Beberapa jam setelahnya mereka pun sampai di ibukota dan langsung mencari penginapan dan meletakkan barang bawaan mereka. lalu pergi mencari makan.
"Rin habis ini aku mau ke guild dagang, kamu mau ikut apa mau keliling? Gapapa ngga ikut juga inikan perjalanan pertamamu..kamu bisa keliling dulu nanti kita ketemu lagi di penginapan…"
"ok, sebenernya aku juga mau liat-liat sekitar sini hehe, karena aku belum pernah ke ibukota sebelumnya"
"Iya, kalau gitu sampai jumpa nanti.."
"daaah, hati-hatiiii"
"Kamu juga."
Nima mencari tempat yang sepi dan menyiapkan keperluannya.
"Karena butuh uang untuk mendirikan usaha dagang, sebaiknya aku bersiap-siap dulu…"
Menciptakan benda 'koin emas besar'.."koin emas..koin emas..koin emas..koin emas..koin emas..koin emas…koin emas..koin emas..koin emaaaaaaas…KOIN EMAAAAAAAAAS!!!!"
"Membosankan sekali..sepertinya cukup dengan ini…jeng jeeeeng 50 koin emas besar siap digunakan hahahahaha..tapi kekuatan sihirku terkuras banyak sekali dan staminaku menurun drastis…kalau bukan karena butuh aku ngga mau kayak gini lagi dasar.. Sebaiknya aku langsung pergi ke guild dagang.."
Nima pun tiba di guild dagang dengan skill teleportasinya sambil memakai skill search..ia langsung menghampiri resepsionis guild.
"Permisi saya mau daftar anggota guild dagang.."
"baik, tolong isi dokumennya terlebih dahulu, saya akan jelaskan dulu karena ini guild dagang jadi disini tidak ada tes dan semacamnya tetapi anda perlu izin dari sini untuk kegiatan kedepannya dan untuk itu dikenakan biaya untuk pembuatan izin sebesar 20 koin emas besar"
"Baik, ini 20 koin emas besar dan dokumennya..."
"Terima kasih, apa nama usaha dagangnya sudah yakin dengan 'usaha dagang dunia lain' karena ini tidak dapat diubah untuk kedepannya"
"Saya yakin."
"baik tolong tunggu sebentar, akan saya urus dulu izinnya"
Beberapa menit kemudian resepsionis itu keluar dan memberikan surat izin atas usaha dagang dunia lain.
"ini izinnya sudah diterbitkan, untuk kedepannya mohon bantuannya..apabila ada pertanyaan silahkan ditanyakan kami selalu terbuka untuk pertanyaan, guild juga bersedia membeli barang jika memang barangnya berkualitas dan memang diperlukan..jadi jangan sungkan bila ingin menjual barang, silahkan kontak kami kapanpun"
"Baik, terima kasih atas informasinya"
Nima pun meninggalkan guild dagang.
"Akhirnya, dengan ini mimpiku bisa segera tercapai menjadi pengusahaaaaa wahahaha…mmm pengusaha dunia lain..boleh juga, baiklah kira-kira apa yang akan kulakukan selanjutnya…karena sudah jam 7 malam sebaiknya aku kembali ke penginapan."
Gerimis turun sepanjang perjalanan menuju penginapan. Aku berjalan menikmati hujan pertamaku di dunia lain, berjalan dengan cepat, bersenandung menikmati hujan, menerobos jutaan tetes air sambil bernyanyi seperti orang gila.
"kamu lama sekaliiii?" arin bertanya, tangannya membelai rambutku yang basah terkena air hujan dunia lain pertamaku ini.
"Maaf aku terlalu asik menikmati hujan" aku menjawab tanpa menoleh dari wajahnya yang putih bersih dengan rambut Panjang hitam terurai yang tampak sangat cantik itu.
"Kamu aneh sekali, apa ngga dingin?"
Aku mengangguk. Tanganku sampai menggigil karena dingin dan ia dengan cepat mengambil handuk lalu mengelap rambut dan wajahku yang basah dengan handuk tanpa kuminta.Dingin.
"sebaiknya kamu mandi dulu nanti takut demam"
Aku kembali mengangguk sambil menatapnya tanpa berkata apapun karena masih kaget dengan sikapnya yang manis itu, dan segera menuju kamar mandi.
"jangan lama-lama, habis mandi ayo makan.." sepertinya arin masih tertarik dengan reaksiku barusan, ia langsung mengikutiku karena ia baru pertama melihatku begitu, ia berpikir itu manis sambil tertawa kecil, lalu meletakkan handuk di depan kamar mandi.
"iya aku ngga lama ko"
Setelah mandi kami berdua mencari makan keluar penginapan dan mencari kedai terdekat dengan makanan yang belum biasa kami makan, mencoba mencari makanan yang berbeda di tengah ibukota pertama yang kami datangi.