Selama perjalanan kami sempat beristirahat Ketika kekuatan sihirku turun secara drastis, dan tak terasa malam pun tiba. Kami pun mencari tempat yang cukup aman dan nyaman untuk mendirikan tempat istirahat selama malam ini.
Setelah mendirikan bangunan sederhana dan membasuh diri masing-masing, kami pun menyiapkan api unggun dan membakar daging untuk kami santap.
Setelah perut kosong kami terisi barulah mulai keluar semua percakapan-percakapan yang ingin kulontarkan daritadi selama terbang dengan arin. Seperti perjalananku sebelumnya aku pun mengeluarkan gitar dari penyimpanan dimensi dan mencoba bersenandung di malam hari sebelum tidur. Arin agak terkejut dan tak menyangka bahwa aku bisa memainkan alat musik dan mencoba menyuruhku menyanyikan lagu untuknya sebelum tidur di depan api unggun yang tengah menyaksikan kami berdua dengan senyap dan tanpa sedikitpun mengeluarkan kecurigaannya.
"kenapa kamu baru ngeluarin gitar sekarang? Kukira kamu Cuma pria yang kuat aja, ternyata punya jiwa seni juga ya" ia sedikit mengejek sambil tertawa pelan di depanku.
"hei hei walau begini juga jiwa seniku lebih kuat dari kemampuan pedang, sihir dan fisikku loh. Ini yang lebih aku banggakan dari itu semua hahaha" aku tertawa sambil mencoba memainkan gitar dan bersiap untuk menyanyikan lagu pertama.
"ooooo keren keren, berarti aku bisa berharap lebih nih kalo hal ini bisa kamu banggain, berarti harus bagus yaa" ia menepuk tangannya sambil melihat ke arahku dengan tatapan antusias.
"semoga ya" aku mulai fokus pada gitarku.
Karena ia bilang begitu aku spontan langsung menciptakan skill-skill baru yang berkaitan dengan musik agar terlihat keren dan tidak memalukan didepannya, apa ini kekanak-kanakan ya?
Menciptakan skill 'aura idola', dengan skill ini siapapun yang melihatku bermain musik maupun bernyanyi akan terpesona dengan aura yang terpancar dari si pengguna skill dan akan terasa sebagai idola mereka bagi mereka yang sedang mendengarkannya.
Kemudian 'lantunan sempurna' dengan skill ini maka semua nyanyian yang kunyanyikan akan selalu sempurna terdengar di telinga orang yang mendengar dan akan selalu membekas di pikirannya. Bahkan jika hubungan keduanya sangat dekat skill ini bisa membuat pihak yang mendengar akan selalu memikirkannya selama beberapa hari.
Terakhir adalah skill 'kharisma dalam bermusik', dengan skill ini aku akan terlihat sangat berkharisma dan tampak seperti orang yang berbeda ketika sedang berhubungan dengan musik, mereka yang melihatku akan hanyut dalam pertunjukkan musik milikku seolah pikirannya sedang diterpa ombak besar dan ditelan masuk ke dalamnya lautan bernama musik yang bertemakan diriku.
Dengan posisi memegang gitar, aku langsung mengaktifkan skill 'maestro musik' dan semua skill yang baru saja kuciptakan tadi secara sekaligus agar efek yang keluar akan luar biasa dan berdampak bagi si pendengar, yaitu Arin.
Aku menyanyikan 2 lagu tanpa jeda dengan disaksikan arin bertemakan tentang 'pulang' dan 'keindahan' seperti yang biasa kunyanyikan sebelumnya. Nada dan irama mulai terasa bersatu di udara dan saling bersahutan serta mendengungkan telinga di sekitarnya dengan perasaan bahagia dan penuh kenyamanan yang hangat serta membangkitkan ingatan lalu mengingatkan perasaan yang pernah dilupakan oleh si pendengar sebelumnya. Perasaan yang mereka rindukan. Perasaan yang lama ingin mereka rasakan kembali. Perasaan tentang rumah dan keluarga. Perasaan tentang orang-orang yang mereka cintai. Keindahan akan kepulangan.
Ia menatapku, menatapku sangat dalam dengan matanya yang indah itu. Seolah masuk kedalam diriku, memikirkanku, meresapi setiap kata-kata yang keluar dari mulutku. Meraba tubuhku dengan matanya yang kian sayu itu. Mata yang merindukan kebahagiaan dan ingin melupakan semua kesedihannya. Mata yang terjebak dalam kesendirian.
Ia memahami arti dari setiap kalimat yang baru saja ku nyanyikan tanpa mengeluarkan suara. Ia tersenyum tipis lalu menghampiriku yang sedang duduk diseberangnya sambil meminkan gitar dan bernyanyi.
Ia menatapku sejenak dan meletakkan kepalanya dibahuku untuk bersandar, ia memejamkan matanya sampai terlelap di bahuku tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Dari kulit wajahnya bisa kulihat pantulan sinar api unggun yang terang terpantul lagi karena kulitnya yang sangat menawan.
Ku lirik wajahnya yang cantik itu sambil sesekali membetulkan posisi kepalanya agar tak terjatuh. Masih kulanjutkan senandungku sambil melihat bintang-bintang di langit yang masih saja begitu indah itu seperti biasanya.
Malam yang dingin itu berlalu dengan cepat, karena kurasa akan hujan. Aku segera memasukkan gitarku ke dalam penyimpanan dimensi dan menggendong arin ke Kasur di dalam rumah sederhana kami yang kuciptakan menggunakan skill. Kubaringkan badannya yang terasa sangat lembut itu diatas Kasur dan tidur di samping dan memeluknya. Dengan ditemani sedikit cahaya di tengah temaramnya lampu tidur saat itu.
Persis Ketika hujan tiba dan angin menyeka tempat peristirahatan sementara kami dengan iramanya. Malam pun terlewati tanpa kata-kata lagi diantara kami berdua.
Pagi sekali ia terbangun, mendapati tubuhnya sedang dipeluk oleh pria yang tengah menjadi rekan perjalanannya itu, ia merasa ada yang berbeda dengan perasaannya. Perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mulai merasa bahwa pria yang sedang memeluknya ini lebih dari sekedar rekan perjalanan baginya. Tapi ia ragu apakah perasaannya akan terbalaskan dengan indah atau gugur di jalan bersama perjalanannya. Tentu ia merasa ragu dan menahan semua keinginannya untuk mencoba memiliki pria itu.
Ia hanya mencoba memeluknya, merasakan hangat pelukannya dan menatapnya sambil sesekali memainkan rambut pria dihadapannya. Ia berpikir lebih jauh namun pikirannya terus menahannya sampai akhirnya pria itu pun terbangun dan mendapati tengah di tatap dengan hangat oleh wanita yang ada di depannya.
"aku masih mau tidur sebentar" setengah terbangun aku berbicara padanya.
"mmm iya lanjut aja gapapa" ia menjawab sambil mengusap bagian belakang kepalaku dan memelukku dengan erat.
Badannya terasa harum, aku selalu bisa mencium harum tubuhnya Ketika tidur yang membuatku merasa nyaman dan ingin selalu ada dalam pelukannya.
Waktu berlalu dengan cepat dan kami pun terbangun pada siang hari lalu melanjutkan perjalanan menuju tujuan kami.
"udah siap terbang lagi?"
"iya" ia mengangguk sambil mengikat rambutnya yang Panjang itu.
"oke ayo" aku pun menggendongnya di depan dan terbang menggunakan skillku.
Waktu mulai beranjak setiap detiknya Ketika kami berdua mematung tanpa kata, bukan karena tak suka. Hanya saja kami tak tahu hendak membahas apa. Apalagi sesekali Tindakan konyolku tidak mencairkan suasana, apa candaanku terlalu kolot hingga ia sampai tak tertawa? Ah tak tahu lah.
Beberapa hari berlalu begitu saja dan kami tiba di hutan gelap timur laut. Hutan yang terkenal karena banyaknya monster tipe kegelapan dan konon katanya, siapa pun yang masuk kesana tak pernah punya kesempatan untuk kembali ke tempat asalnya. Pulang.