"Nimaaa, makanannya sudah jadi" Arin memanggilku dari arah ruang makan disamping dapur rumah kecil ini.
"karena katananya sudah jadi, akan langsung kupakai." aku memakai katanaku di pinggang dan merapikannya.
Nima bergegas menuju ruang makan tempat Arin berada.
"waaah, apa-apaan sarung katana yang berkilauan itu? Itu senjata barumu?" ia bertanya sambil berjalan kearahku karena penasaran.
"iya, ini katana baruku" aku mengangguk dan sedikit menarik katanya agar terlihat oleh Arin.
"boleh aku lihat?" ia bertanya sambil menyembunyikan rasa antusiasnya dariku.
"iya, nih buka aja. Jangan terkejut yaaa" aku memberikan katana berlianku pada Arin.
Ia pun segera menarik katana itu dari sarung pedangnya.
"Gilaaaaaa, ngga mungkin kan keseluruhan ini dari berlian?" ia melihat ke arahku sambil bertanya membelalakkan matanya.
"menurutmu…hahaha"
"gimana bisa? Berlian seukuran kecil aja sangat luar biasa mahal. Tapi katana ini seutuhnya terbuat dari berlian, ini sudah seperti perhiasan berjalan, bukan senjata. Ah sayang sekali jika dipakai bertarung senjata seindah inii. Dan juga pasti sangat kokoh karena terbuat dari berlian. Yang terpenting adalah bagaimana senjata ini bisa seringan ini? Keren banget"
"apa kamu lupa kita sedang berada di tambang berlian? (yah, sebenarnya bukan berlian dari tambang ini sih)"
"ah…baru inget. Apa aku boleh punya yang seperti iniiii?" ia memelas dengan wajah cantiknya yang tak bisa kutolak.
"karena senjataku ini unik jadi hanya ada satu, apa kamu ngga keberatan aku bikinnya dari campuran berlian dan mithril?" aku mencoba menawarkan terlebih dulu karena aku udah punya kejutan untuknya.
"iyaiya mau" ia mengangguk dengan penuh semangat. Kakinya terlihat berjinjit.
"sebenernya aku udah jaga-jaga kalo kamu bakal mau, jadi aku udah siapin dari awal" aku mengeluarkan katana dari penyimpanan dimensi yang baru kubuat bersamaan dengan katanaku.
"waaaaah, indah sekaliii sarung pedangnya. Terima kasiiih Nimaaaaa" ia melompat dengan riang dan langsung memelukku dengan erat.
Ia langsung menarik katana itu dari sarung pedangnya.
Bilah katana yang terbuat dari berlian dan ukiran indah menjadikannya memantulkan cahaya menuju ke berbagai arah. Dengan gagang pegangan yang terbuat dari mithril dan kulit yang membuatnya nyaman di genggam. Tak hanya itu, sarung pedang berwarna putih bersih dengan ukiran petir menjadikannya cocok dengan tubuh arin yang putih menawan. Itu menambah keanggunannya, sungguh terlihat gagah, menawan, dan mempesona.
"bilahnya indah seperti punyamu, aku suka sekali"
"syukurlah"
Kami pun menyantap hidangan yang sudah tersaji di depan mata kami dan langsung istirahat.
Pagi yang cerah di hutan rimbun yang hijau, aku dan arin mencoba berkeliling di lingkungan sekitar. Sekalian arin ingin sekali mencoba senjata barunya. Kami mencari monster terdekat.
"Itu dia, mengapa ada golem besi di hutan seperti ini?"
"entahlah, karena dia keras sepertinya cocok untuk senjata barumu Rin"
"tentu saja hehe"
Ia langsung mencoba menebasnya dengan kekuatan normal tetapi hanya menimbulkan goresan di tubuh golem itu.
"waaaah keras sekali"
"coba incar pergelangan kakinya" aku berteriak memberitahunya dari jarak yang cukup jauh.
Arin mengangguk dan mempersiapkan skillnya.
"(ini pertama kalinya aku melihat arin bertarung. Ternyata ia lebih menawan saat bertarung. Sialan hatiku dag dig dug begini.)"
"Jurus Pedang Bulan Pertama, Kilauan Cahaya Bulan" ia menggunakan skillnya dan bergerak cepat menuju golem itu.
Kekuatan sihirnya meluap-luap melalui pedangnya, aura yang keluar sangat luar biasa. Perasaan tertekan ini. Hahaha. Ternyata peringkat mithril memang luar biasa. Ia menebas golem itu dengan sangat cepat dan kuat dari enam penjuru mata angin, seperti ada enam orang yang melakukan serangan. Ia memang luar biasa. Wanitaku. Eh, rekanku maksudnya. Ehem.
Aku pun menghampirinya.
"serangan peringkat mithril memang beda ya, hahaha kuat dan elegan sekali"
"biasa aja, kamu jangan lebih-lebihin deh. ini karena katananya yang sangat tajam, kokoh, dan paling penting sangat ringan" ia sedikit malu dengan pujianku barusan.
"Apa itu skill pedangmu?" Aku bertanya penasaran.
"Ini berbeda, Semua bentuk serangan baik menggunakan pedang maupun senjata apapun kan dinamain 'jurus' bukan 'skill'. Kalo mendeteksi logam seperti yang kamu lakukan baru namanya skill, masa kamu gatau." ia menjelaskan padaku yang tidak tahu apa-apa ini.
Aku terdiam.
"(Sial, sepertinya selama ini aku banyak salah paham. Aku benar-benar gatau apa-apa tentang dunia ini. Biarpun begitu aku bakal tetep pake nama 'skill' biar gampang)"
"hahaha tentu saja, cukup kan ngetes nya. Ayo kembali" aku memalingkan badan dan berjalan ke arah sebaliknya.
"tunggu duluuuu, ngga adil masa aku aja yang ngetes pedangnya. Setidaknya kamu juga. Kebetulan disana ada golem lagi. Aku sangat sangat sangat mau lihat gerakan katanamu tau. Gerakan indah yang waktu itu kamu lakukan saat memburu Salamander masih kuingat sampai sekarang" ia menarik bajuku dengan kuat, tak membiarkanku lepas dari genggamannya.
"haiiiiih, iya iya" aku mengiyakan, mengangguk pelan dan pasrah.
Aku langsung menuju kehadapan golem itu.
"(apa dengan skill 'swordmaster' aja cukup? Melihat arin melakukannya tadi dengan serius sepertinya dia memang sangat keras.)"
Menciptakan skill 'pedang hampa'..
"Pernapasan Kegelapan, Pedang Hampa bentuk Kedua, Tebasan Vertikal"
Nima berjalan dengan santai dan tenang menuju golem itu dengan tangan yang sudah siap mengayunkan pedangnya, golem pun berlari menerjang nima yang tengah berjalan. Aura pedang yang keluar dengan tenang dari katananya terasa menenangkan dan juga menakutkan pada saat yang bersamaan. Tiba-tiba Nima bergerak dengan cepat tanpa bisa diikuti oleh mata dan sudah melewati golem itu, golem itu terbelah secara vertikal dengan cepat tanpa bisa diikuti oleh mata Arin.
Arin pun terkejut dengan apa yang sedang ia lihat. Yang lebih mengejutkan adalah ia tak mendengarkan suara apapun dari tebasan pedangnya Nima.
"Itu terdengar sangat sunyi dan hampa seperti terjerumus kedalam kegelapan yang tiada ujungnya, tak ada apapun yang terjadi, tak ada siapapun disana, hanya kesendirian, sunyi tak ada suara. Padahal secepat apapun pedang menebas sesuatu pasti menimbulkan suara walau kecil sekalipun, tetapi ini sangat sunyi dan lingkungan disekitarnya juga ikut menjadi sunyi, tak ada suara sama sekali. Ini jurus yang berbeda dibanding sebelumnya, yang dulu kulihat lebih berwarna dan indah serta ayunannya lebih tajam. Yang ini terasa sunyi dan sangat kuat, walaupun sangat kuat tetapi ayunan pedangnya terasa sangat lembut."
Tiba-tiba Nima berada di sampingnya dan menepuk pundak Arin.
"udah kaan"
Arin terkejut karena tiba-tiba nima berada di sampingnya, padahal tadi jelas-jelas ia masih berada di dekat golem yang sudah ia bunuh. Tanpa mengeluarkan suara sama sekali, dan Arin tak bisa merasakan auranya.
"bagaimana bisa kamu menebas tanpa meninggalkan suara apapun? Sangat sunyi seperti itu?"
"(aku gabisa bilang kalo itu skill yang baru aja aku ciptain kaan..haduh) kayaknya Cuma beruntung.."
"hooo, lagi-lagi rahasia…dasar" ia menjawab ketus dan memalingkan wajahnya.
Kami pun kembali ke tambang dan melihat hasil jadi berlian-berlian itu sebelum pergi dari tambang ini.
"waah berkilauan sekali, indahnyaa.. berlian sebanyak iniii memang luar biasa." Arin memegang salah satu berlian yang sudah berbentuk kubus itu dan terlihat sangat menginginkannya.
"(Wajahnya manis sekali, sialan.)"