"terima kasih makanannya Nima, saat ini tujuan perjalananmu kemana?" tanya nana sedikit penasaran.
"Aku mau bertualang dan berkeliling dunia, bukannya ini sangat menyenangkan dan mendebarkan hehe"
"sepertinya menarik, tapi kami belum bisa sepertimu sayang sekali, terima kasih makanannya, kami berhutang padamu, kami janji akan membalasnya suatu saat nanti" ia menatapku dengan ramah sambil memegang rambutnya yang terbawa angin.
"Kalau begitu sampai jumpa semoga dapat bertemu lagi denganmu, kami ke arah sini"
"Iya terima kasih, sampai jumpa lagi"
"(sepertinya menarik melanjutkan perjalanan dengan wanita secantik mereka, sayang sekali huhu)"
Beberapa hari pun berlalu dan Nima menemukan pemukiman dengan penduduk yang sedikit.
"sepertinya ini desa karena penduduknya tidak banyak seperti sebelumnya."aku berjalan sambil memperhatikan sekitar.
Ia ingin bermalam disana..karena penampilannya yang seperti keluarga bangsawan dan sangat tampan. Nima dijegat di jalan oleh beberapa bandit.
"Yooo, sepertinya nasibmu sedang tidak bagus malam ini" ia menghalangi jalan dengan gerombolan anak buahnya dan menghisap sebatang rokok di mulutnya yang penuh asap.
"Siapa kalian? Lebih baik kalian pergi dari sini sebelum terluka" aku mencoba menggertak sambil memegang katanaku.
"hei hei.. sombong sekali, sebaiknya tinggalkan seluruh harta dan pakaianmu disini lalu pergi daripada terluka..hahaha" ia masih menyombongkan dirinya karena menang jumlah.
"Pffftt banyak omong sekali.."
"kurang ajar..serang dia.."
Mengaktifkan skill 'pedang dewa'…
Asap putih keluar dan aura pedang yang luar biasa menunjukkan taringnya..lalu slaaaash..
Craaaaat, tangan bandit itu buntung satu. Mereka terkejut karena tidak bisa melihat pergerakan Nima.
"aaaaaaaaargh-apa itu barusan?? Apa itu mungkin??? Apa yang kalian lakukan, cepat serang dia" pemimpin bandit itu panik sambil memegang bahunya karena takut kehabisan darah.
Dalam sekejap Nima menghajar para bandit itu dengan tinjunya.
"Pergi kalian!!! Aku ngga akan kasih kesempatan yang kedua looh"
Mereka pun pergi, berlari sempoyongan tanpa arah.
"Sejujurnya aku agak merasa bersalah memotong lengan tadi huhu, ternyata kekuatanku agak gila rupanya, padahal aku bergerak secara sederhana tapi efek keluaran energinya luar biasa sekali. Sebaiknya aku agak hati-hati dalam memakai skill untuk kedepannya. Sudah larut juga sebaiknya aku pergi ke penginapan."
"Pertarungan perdanaku sepertinya tidak begitu buruk"
Di penginapan Nima memikirkan kembali rencananya setelah datang ke dunia yang lain ini, apakah ia bisa pulang kembali dari sini, dan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa saja muncul nantinya, karena itu ia membuat skill-skill baru yang lebih normal dan biasa agar tidak terlalu menarik perhatian.
Keesokan harinya Nima melanjutkan perjalanannya.
"Coba kita liat map dulu, mmm dari sini sepertinya butuh waktu beberapa jam ke ibukota kerajaan jika terbang..yah daripada jalan, ini lebih baik jika ingin menuju ibukota."
Menggunakan skill 'fly'…
Nima pun terbang menuju ibukota kerajaan..di tengah-tengah ia bertemu perempuan yang tengah diserang sekelompok monster, ia pun turun dan membantunya.
Menggunakan skill 'aura pedang' dan 'swordmaster'..
Sring sring sringgg…craaaaat darah monster pun muncrat kemana-mana.
"Kamu gapapa?" Aku mengulurkan tangan sambil membantunya berdiri.
"iya gapapa, anu..sebenarnya mereka monster buruanku, aku jadi ngga enak karena ngga ngapa-ngapain"
"kukira kamu lagi diserang mereka wahaha, maaf ya ganggu.." aku terkejut karena sepertinya terlibat dengan hal yang tidak seharusnya.
"namaku arin, petualang peringkat mithril" ia menyodorkan tangannya yang agak mungil dan putih kehadapan ku.
"wow, aku Nima. Aku juga petualang, aku peringkat emerald..senang bertemu denganmu." Tentu langsung ku genggam tangan putihnya itu yang menawan.
"eh iyaa, apa ngga masalah monster ini aku yang bawa ke guild? Maksudku walaupun ini misi yang ku ambil tapi kamu yang membunuh monster-monster itu kan..?"
"ngga apa-apa lagian itu juga karena salah paham haha.."
Arin heran dengan pria yang ada di depannya karena penampilannya agak unik dan menurutnya itu keren.
"(apa itu tadi serangan peringkat emerald. kurasa dia bukan petualang biasa.. sebenernya aku yang mithril juga pasti butuh beberapa jam untuk membunuh 6 ekor salamander api dan es tapi dia menebasnya seperti menebas tahu dengan santainyaaaaaa, siapa dia sebenarnya??)"
"tujuanmu mau kemana tuan?"
"ibukota.."
"maaf jika tidak sopan tapi apa sebenarnya tujuan perjalanan tuan ?"
"hmmmm, kalau dibilang tujuan pun sebenarnya aku hanya ingin mencoba mengelilingi dunia ini, menikmati indahnya alam dari benua benua baru yang akan kudapati nantinya..sangat mendebarkan wahaha.."
"apa tuan bilangggg? Anu…. Tuan Nima, apa aku boleh ikut perjalananmu?? Sebenarnya mimpiku juga menjelajahi seluruh dunia ini..mencapai tempat-tempat baru yang belum pernah aku datangi sebelumnya, tapi tidak ada rekan yang percaya dan mengerti seberapa menyenangkannya bila dapat bertualang keliling benua, apa boleh?"
"Aku sih ngga masalah tapi apa boleh kamu memutuskannya begitu apalagi dengan orang yang baru saja kamu temui? Dan panggil aku Nima saja."
"oh jangan khawatir, aku punya skill yang bisa menilai karakter seseorang, jadi aku yakin kamu bukan orang jahat hehe" ia tersenyum dan menatapku dengan penuh antusias sambil mengangguk mengerti.
"(apa ngga apa-apa wanita secantik ini ikut begitu saja???? Secantik iniiiiii? Dengankuuuu??? Apa di dunia ini ikut begitu saja dengan seseorang apalagi lawan jenis itu normal? Yah kalaupun normal aku masih bisa maklum karena ini dunia lain, jika di bumi jelas berbeda ceritanya…yang lebih penting AKU NGGA SENDIRIANNNN LAGIIIIIII DAN DAPAT REKAN SECANTIK INIIII, apa keberuntunganku baru saja habis kupakai semua? haha)"
"Apa ada keluarga yang bakal keberatan kalau kamu ikut denganku?"
"aku hidup sendiri tenang saja"
"ah, maaf kalau pertanyaanku ngga sopan.."
"ngga..ngga apa-apa sungguh"
"iya baiklah.."
"aku perlu berkemas jadi apa kamu ngga keberatan kalau kita kerumahku dulu sehabis aku beresin permintaan guild?"
"Iya gapapa, apa mau langsung berangkat?"
"iya"
Mereka pun menuju guild untuk menyelesaikan permintaan dan langsung ke rumah arin.
"Rumahmu cukup sederhana untuk peringkat mithril..apa kamu menabung uang penghasilanmu?"
"iya hehe karena biaya hidupku cukup kecil dan ingin pensiun diniii" ia menjawab dengan berapi-api.
"Apa hanya itu yang mau kamu bawa?"
"iya lagian aku kan gabisa bawa barang terlalu banyak"
"Aku punya penyimpanan dimensi, kalau kamu mau kamu bisa bawa pakaian lebih banyak atau barang yang penting lainnya"
"apaaaaa???? Bukannya penyimpanan dimensi itu skill yang sangat jarang?"
"ahahaha apa iya, biasa aja kok"
" (sialaaan aku gatau kalau ini jarang digunakan didunia ini sekalipun, yah karena arin rekanku mulai hari ini jadi kurasa ngga masalah)."
"kamu udah makan? Aku masakin dulu ya.."
"Iya…dengan senang hati aku terima tawarannya hehe..kebetulan dari pagi aku belum makan.."
" hei hei emang boleh petualang belum makan sebelum menjelajah? Kalau ngga ada energi kan bisa bahaya"
"hahaha iya juga."
Beberapa saat kemudian makanan pun selesai dihidangkan.
"Waaah kamu pinter masak rupanya, dan juga ini enak sekalii.."
"ngga usah berlebihan deh"
"hahaha"
Setelah istirahat dan makan, mereka melanjutkan perjalanan.
"ayok"
"tunggu sebentar, kamu ngga mikir kita bakal jalan kaki ke ibukota kan? Apalagi hampir malem."
"Lalu?"
"ah tenang, maaf kalau ngga sopan tapi tolong tahan sebentar walaupun malu"
"apa maksudnya?"
Wuuuuuuussh..Nima menggendong arin dan langsung terbang menuju ibukota.
"aku ngga kaget kok…nggak sama sekalii…"
"Baguslah.."
"tapi dipikir-pikir lagi juga bukannya manusia gabisa terbaaaang??"
"Anggap aja kamu orang spesial yang bisa terbang mulai saat ini…"
Beberapa jam kemudian.
"Gilak..kukira ngga akan sejauh ini..ternyata jauh sekali ibukota kerajaan, aku ngga habis pikir butuh berapa lama kalau jalan kaki. Malam ini kita bermalam di daerah sini dulu ya arin? Ternyata terbang berdua selelah ini."
"kamu ngga mikir aku berat kan?"
"Hahaha ngga kok, hanya saja sebelumnya aku belum pernah terbang sambil bawa orang, bisa dibilang kamu orang pertama yang kubawa terbang"
"senang mendengarnya" ia tersenyum kecil sambil memalingkan pandangannya dari arahku.
"(Apa dia malu?)"