Chereads / Master of LYNK / Chapter 58 - Bab 3, Chapter 58: Niat Baik dari Hati yang Murni

Chapter 58 - Bab 3, Chapter 58: Niat Baik dari Hati yang Murni

Di rumah, Nenek Jo duduk di kursi dapur dan sangat khawatir dengan Leta. Di samping Nenek Jo, masih ada Zaka yang menemaninya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki yang memasuki rumah.

"Nenek!" saut Leta yang memasuki rumah.

Leta berlari ke arah Nenek Jo dan langsung memeluknya.

"Leta... " Nenek Jo memeluk Leta dengan erat.

"Maaf, Leta sudah membuat Nenek khawatir," ujar Leta yang masih memeluk Nenek Jo.

"Tidak, ini salah Nenek baru memberitahumu sekarang," ujar Nenek Jo yang juga masih memeluk erat Leta.

Tidak lama kemudian, Aruta juga datang ke dapur. Namun wajah Aruta terlihat penasaran akan sesuatu. Zaka yang melihat itu pun bertanya, "Apa ada sesuatu, Aruta?"

Aruta menoleh ke arah Zaka dan berkata, "Leta berkata dia bisa melihat jejak Raven. Apa maksudnya?"

"Oh itu," sela Nenek Aruta dengan tangannya yang masih memeluk Leta. "Leta juga memiliki kelebihannya sendiri. Jika Nenek bisa melihat energi LYNK pada diri seseorang, Leta mampu melihat energi LYNK yang bertebaran dan bahkan mampu membedakannya," lanjut Nenek Leta.

"Begitu ya. Tapi bagaimana bisa?" tanya Aruta.

"Nenek pun tidak tahu. Mungkin ini kelebihan dari Leta," ujar Nenek Jo yang menoleh ke arah Leta yang masih memeluknya.

"Begitu ya," ujar Aruta.

Leta sendiri masih memeluk Nenek Jo dan tenggelam dalam pikirannya. Dia mengingat setiap kejadian manis bersama Ayah dan Ibunya. Namun ada satu momen yang paling Leta ingat saat berpelukan dengan Nenek Jo.

***

Di suatu sore yang cerah, Leta sedang bersama kedua orang tua tercintanya. Leta sedang menikmati daun berguguran saat itu. Daun-daun berguguran, langit berwana jingga, sungguh suasana yang indah dan romantis.

"Mama, kemarilah!!" panggil Leta di tengah daun-daun kering yang berguguran.

"Iya iya," Ibu Leta, Marie dengan senyuman indah mulai menghampiri buah hati tercintanya. "Ada apa, Nak?" tanya Marie mulai berjongkok di depan Leta.

Leta berbalik ke arah Marie dan tangannya menggenggam sebuah bunga yang indah. Leta mulai memasangkan bunga itu di telinga Marie.

"Mama cantik, cantik sekali! Wanita tercantik yang pernah ada!" ujar Leta menyeringai.

Marie tidak kuat menghadapi betapa manisnya Leta membuat hatinya hampir meledak. "Aahhh terima kasih banyak."

"Leta menemukan bunga itu tergeletak. Bunga seindah itu tidak layak berada di tanah. Bunga itu harus berada di sesuatu yang sama indahnya. Dan Ibulah yang paling cocok untuk itu," ujar Leta dengan senyuman manis di akhir.

"Ahh... ahhh... " Suara Marie bergetar dengan pujian Leta dan wajahnya menjadi sangat amat merah.

"AHHH!! Kamu manis sekali!! Ibu sangat bersyukur pernah melahirkan malaikat sepertimu!" Marie memeluk Leta dengan erat dan suaranya yang cukup keras. 

Leta balik memeluk Marie dan senyumannya dengan senyuman lebar dan cinta yang tak terbendung lagi.

"Hmm sayang-sayangan tapi gak ajak-ajak ya," ujar John menghampiri Marie dan Leta yang berpelukan.

"Hey ayolah. Malaikat kecil ini pantas mendapatkan pelukan hangat dan penuh cinta dari Ibunya, bukan begitu, Anak manis?" ujar Marie yang masih memeluk Leta. "Tapi malaikat kecil ini tentunya berasal dari ayah yang luar biasa~" ujar Marie menggoda John.

John tersipu dan berkata, "hehe, dasar penggoda handal."

Di tengah kebersamaan keluarga kecil itu, fokus Leta tak sengaja melihat seorang nenek-nenek yang berjalan cukup lambat membawa barang belanjaan. Namun bukan itu yang membuat Leta terfokuskan kepada Nenek itu. Leta melihat junoi mengerikan yang berada di depan jalan yang akan Nenek itu lewati.

Junoi itu memiliki mulut yang sangat besar namun dengan posisi tidak normal yaitu posisi vertikal. Kedua matanya berada di pipinya. Badannya cukup besar dan buncit. Tangannya sangat panjang dan seperti berusaha meraih Nenek itu.

"Papa, Mama, itu makhluk apa?" tanya Leta menunjukkan jari telunjuknya ke arah junoi itu.

Marie dan John terkejut saat Leta menunjuk ke arah junoi yang berada di depan Nenek itu.

"Kau bisa melihatnya?" tanya Marie terkejut.

"Bukan saatnya bertanya seperti itu, Marie. Kita harus cepat!" ujar John berlari ke arah junoi itu.

Tangan panjang dari junoi itu mulai semakin mendekat ke arah Nenek itu. 

Dengan cepat, Marie juga berlari namun ke arah sang Nenek.

Marie dengan sengaja menyenggol Nenek itu dan membuat beberapa barang belanjaan Nenek itu terjatuh.

"Ah, maaf Nek," ujar Marie.

"Aduh, lain kali hati-hati ya," ujar Nenek itu dengan nada biasa tidak marah sama sekali. Nenek itu mulai berusaha mengambil barang belanjaannya kembali. Marie juga ikut membantu Nenek itu.

Sedangkan di sisi lain, John berlari menerjang junoi yang ada di depan jalan nenek itu. Junoi itu yang awalnya mengincar si nenek menjadi terkejut saat melihat John berlari menghampirinya. John melebarkan matanya dan mengeluarkan gelombang kejut dari matanya. Gelombang kejut itu membuat tubuh junoi itu menjadi kaku dan tidak bisa bergerak. Junoi itu sendiri bingung apa yang terjadi pada dirinya.

Si nenek sendiri tidak sadar dengan John karena si nenek tidak bisa melihat ataupun mendengar kekuatan gelombang kejut dari John barusan. Nenek itu hanya fokus memungut barang belanjaannya yang terjatuh.

Saat sang nenek mencoba mengambil beberapa apel belanjaannya, tidak sengaja apel itu jatuh dari tangannya dan menggelinding ke arah junoi tadi. Si nenek yang tidak bisa melihat junoi sama sekali hanya berfikiran untuk mengambil apelnya. Sontak Marie menjadi panik dan memanggil nenek itu.

"T-tunggu, Nenek! Biar aku saja yang mengambilnya!" panggil Marie.

"Tidak apa-apa. Nenek bisa mengambilnya sendiri," ujar Nenek itu sembari terus berjalan mengejar apelnya yang menggelinding itu.

"Tunggu, Nenek!" seru Marie yang berlari mengejar nenek itu.

Tiba-tiba Leta datang dan mengambil apel yang menggelinding itu. Beruntung apel itu menggelinding belum terlalu dekat dengan junoi itu membuat Leta masih aman. Leta langsung berlari ke arah nenek itu dan memberikan apelnya.

"Ini, Nek," ujar Leta memberikan apelnya.

Nenek itu menerima apel yang diberikan Leta dan berkata, "wah terima kasih banyak ya anak manis."

Marie datang dengan nafasnya yang terengah-engah karena berlari tadi. Namun Marie masih berusaha mengatakan, "Hah... Hah... Kau benar-benar anak yang baik, Leta."

Leta pun tersenyum lebar mendapat pujian dari si nenek dan ibunya. 

Di sisi lain, John dengan melompat ke arah wajah junoi itu dan dengan tangan kanannya yang diselimuti energi LYNK, John mendaratkan bogeman mentah kepada junoi itu. Kepala junoi itu pun hancur seketika setelah terkena bogeman dari John. Junoi itu terjatuh dan menghilang menjadi asap bewarna hitam.

John mendarat di tanah dengan kedua kaki dan tangannya. Dia langsung berdiri, merapikan bajunya, dan menghampiri nenek tadi. 

"Ah, John," saut Marie yang baru saja memasukkan barang belanjaan Nenek tadi ke tas milik Nenek itu.

"Papa!" saut Leta.

"Halo-halo," sapa John. "Apa kau tidak apa-apa, Nek?" tanya John kepada Nenek tadi.

"Aku tidak apa-apa," jawab Nenek itu sembari mengalungkan tas belanjaannya di pundaknya. "Apa kalian satu keluarga?" tanya Nenek itu.

"Ya, kami sekeluarga," jawab John.

"Ohoho. Keluarga yang manis sekali ya. Khususnya putri kalian. Dia cerdas, manis, dan cantik. Aku yakin kalian sangat bersyukur memilikinya sebagai putri kalian," ujar Nenek itu.

"Tentu saja. Dia putri kami yang sangat imut, manis, dan menggemaskan," ujar Marie berjalan ke arah Leta dan menggendongnya.

"Mama!" Leta memeluk Marie. Marie pun balik memeluk Leta sembari menggendongnya.

"Dia sangat berharga. Aku jadi ingin memeluknya sesering mungkin," ujar Marie yang masih menggendong Leta.

"Hoho baiklah kalau begitu. Terima kasih banyak ya sudah membantu Nenek tadi," ujar Nenek itu kepada Marie.

"Eh tidak-tidak. Saya yang menabrak Nenek tadi. Seharusnya, saya yang minta maaf," ujar Marie kepada Nenek itu.

"Oho, tidak perlu tidak perlu," ujar Nenek itu. "Dan untukmu, putri kecil yang membantu Nenek tadi, Nenek punya sedikit hadiah untukmu. Tidak banyak, tapi semoga kau suka," ujar Nenek itu merabai isi tas-nya dan mengeluarkan sebuah loli-pop.

"Woah... Terima kasih banyak, NEK!!" ujar Leta dengan matanya yang berbinar-binar sembari menerima loli-pop itu.

"Hmm hmm. Siapa yang sangat senang di sini?" tanya Marie kepada Leta yang ada di gendongannya. Leta hanya menjawab Marie dengan tawa.

"Aku dikucilkan lagi ini," ujar John yang kembali merasa sedikit iri.

"Jangan iri begitu dong, sayang~" ujar Marie dengan tatapan menggoda kepada John.

John hanya bisa tersipu lagi dengan Marie.

"Hoho, aku doakan kalian akan selalu begini untuk waktu yang sangat lama," ujar Nenek itu. "Kalau begitu, Nenek ini pamit dulu ya. Sampai jumpa semua," pamit Nenek itu dengan senyuman hangat.

"Sampai jumpa juga, Nek," salam John, Marie, dan Leta.

Setelah Nenek itu pergi, Marie mulai berkata kepada Leta yang ada di gendongannya, "Lihat, Nak. Kita sudah membuat seseorang tersenyum dengan bantuan kita."

"Ya, Leta sangat senang melihat orang lain tersenyum!" ujar Leta dengan senyuman lebar.

"Hehe. Ibu harap kau bisa membantu banyak orang seiring waktu berjalan," ujar Marie kepada Leta.

John berjalan mendekati istrinya dan berkata kepada Leta, "Ingat Leta, selama kau bisa membantu seseorang dan bantuan itu bertujuan baik, maka bantulah. Tumbulah menjadi gadis yang cantik dan bermanfaat bagi orang lain."

***

Kembali ke saat ini, Aruta, Zaka, Leta, dan Nenek Jo memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum melakukan penyelidikan di pasar.

Pagi harinya, Aruta dan Zaka bangun. Pergi mandi, mengenakan pakaian, dan menuju dapur. Di dapur, Nenek Jo sudah memasak makanan dan Leta sudah duduk manis di meja makan. Nenek Jo memasak telur mata sapi, sup kacang kaleng, beef bacon, dan membuat secangkir teh untuk setiap orang.

Setelah selesai sarapan, tanpa menunggu lama-lama, Aruta dan yang lain langsung menuju pasar memulai penyelidikan. Setiba di pasar, Nenek Jo mulai menuntun yang lain ke area di mana dia terakhir kali melihat Raven. Mereka pun sampai di jalan tempat Nenek Jo berpapasan dengan Raven.

"Nenek sudah tua tapi semoga Nenek masih ingat tempat Nenek berpapasan dengan teman kalian," ujar Nenek Jo sembari berjalan.

"Tidak apa Nenek Jo. Untuk sekarang ayo kita-" Mereka melewati kedai es krim yang pernah dikunjungi oleh Zaka dan fokus Zaka langsung buyar ke kedai itu. "Kita menggok dan cari yang segar-segar," ujar Zaka putar haluan.

"Hey, saat-saat begini masih sempat-sempatnya mikir es krim!" ujar Aruta.

"Leta juga mau!!" ujar Leta berlari mengejar Zaka.

"Ehh?!" Aruta kaget semuanya malah pindah haluan ke kedai es krim.

"Baiklah, biar aku yang traktir es krim ini!" ujar Zaka kepada Leta.

"Yeay!!" Leta kegirangan.

"H-hey aku juga mau!" akhirnya Aruta menyusul Zaka dan Leta meninggalkan Nenek Jo sendirian.

"Haduh dasar anak muda," ujar Nenek Jo menghela nafas namun senyum tipis muncul di ujung bibirnya.

Setelah beberapa saat, Aruta, Zaka, dan Leta melanjutkan perjalanan dengan es krim di tangan mereka. Setelah beberapa saat berjalan, tiba-tiba kucing yang tadi malam berada di jendela dapur, datang dan melompat ke arah es krim milik Zaka membuat es krim Zaka terjatuh ke lantai.

"Ah?! dasar kucing sialan!!" umpat Zaka. Kucing itu mulai menjilati es krim Zaka yang sudah terjatuh di tanah. "Hoy! lihat saja, kau akan membayar ini dasar kucing sialan!!" umpat Zaka yang emosi.

Aruta pun datang dan memegang pundak Zaka. "Hey sudahlah. Apa kau mau es krim punyaku saja?" tanya Aruta. 

"Hah, tidak usah. Aku beli lagi saja nanti," ujar Zaka.

Namun di sisi lain, kucing tadi sempat berhenti memakan es krim dan melihati Aruta. Tatapan kucing itu benar-benar fokus kepada Aruta. Saat Aruta dan yang lain melanjutkan perjalanan, kucing itu pun mulai melanjutkan memakan es krim Zaka yang terjatuh.

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sampai di tempat Nenek Jo berpapasan dengan Raven.

"Kalau tidak salah, Nenek Jo terakhir kali melihat gadis itu di sini," ujar Nenek Jo. "Leta, apa kau melihat sesuatu?"

Leta mulai menarik nafas panjang dan berkonsentrasi dengan penglihatannya. Leta pun melihat jejak LYNK dari Raven dan wanita misterius yang bersamanya. 

"Ya, aku melihatnya. Ada dua jejak energi yang cukup tebal," ujar Leta.

"Dua?" tanya Nenek Jo sedikit terkejut.

"Apa ada yang salah, Nek?" tanya Zaka.

"Ada beberapa jejak energi yang dapat dilihat oleh Leta. Jika jejak energi LYNK yang dia lihat samar-samar dan sedikit berantakan, maka itu adalah Orang biasa yang energi LYNK nya tidak stabil. Jika jejaknya samar-samar namun teratur, kemungkinan orang yang meninggalkan jejak itu memiliki energi LYNK yang stabil. Jika jejaknya cukup tebal dan teratur, orang yang meninggalkannya dapat menggunakan teknik LYNK," jelas Nenek Jo dengan suara serius.

"Begitu ya," ujar Zaka.

"Baiklah, Leta. Tolong pimpin jalan kemana jejak itu mengarah," ujar Aruta.

"Baik!!" Leta mulai berjalan mengikuti kemana jejak itu mengarah sedangkan yang lain mengikuti di belakangnya.

Leta berjalan dan membawa yang lain di sebuah gang yang cukup sempit. Leta pun terhenti.

"Uh? Ada apa Leta? Kenapa berhenti?" tanya Aruta.

Zaka yang penasaran pun berjalan lalu berjongkok di samping Leta sembari bertanya, "Ada apa, Leta?" Namun Zaka terkejut saat melihat Leta dengan matanya yang terlihat bingung.

"Ada apa, Leta?" tanya Nenek Jo.

"Aku melihat ada dua jejak tambahan. Salah satunya cukup tebal seperti jejak milik teman Kak Aruta dan yang mengikutinya. Namun satu jejak lagi memiliki jejak yang tebal, sangat tebal dan pekat," jawab Leta.