Aruta dan Zaka memulai perjalanan mereka. Mereka menuruni tangga yang menuju ke bawah tanah itu. Begitu gelap tangga itu. Jika saja Aruta dan Zaka tidak membawa ponsel mereka untuk senter, mungkin mereka tidak bisa melihat apapun sekarang.
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka berdua menemukan sebuah pintu yang menjadi ujung dari lorong itu. Zaka mulai mendekat dan membuka pintu itu dengan penuh waspada. Saat Zaka membuka itu terdapat ruangan yang cukup besar di baliknya dan diterangi oleh sinar lampu.
"Oh? Ada ruangan," ujar Zaka mematikan senter dari ponsel hp nya diikuti oleh Aruta.
Mereka pun mulai memasuki ruangan itu. Ruangan itu cukup luas dan lumayan tinggi.
"Pantas saja tadi kita turun tangganya lama sekali," ujar Aruta.
Ruangan itu dihiasi beberapa perabotan yang sudah cukup berdebu, namun belum rusak. Lampu yang masih menyala, kursi goyang, dan lain-lain.
"Bagaimana lampu ini bisa masih menyala?" tanya Aruta.
"Lampu ini sudah menyala sejak kita datang tadi. Tetaplah waspada," ujar Zaka sembari melihati sekitar.
"Baik!" ujar Aruta.
Mereka mengecek ruangan itu dengan seksama namun tidak menemukan apapun. Hanya beberapa barang seperti lampu dan kursi. Di tengah ruangan itu terdapat meja yang cukup panjang dan kursi-kursi yang berjajar di sekelilingnya. Terdapat juga dua pintu yang berada di sisi kanan dan kiri ruangan itu. Namun tetap saja, Aruta dan Zaka tidak menemukan apapun yang aneh.
"Mungkin lebih baik kita ke ruangan berikutnya saja," ujar Aruta
Namun Zaka tidak bereaksi apapun dengan perkataan Aruta. Zaka lebih mendekat ke sebuah meja. Di atas meja itu, ada beberapa gelas dan piring yang tertata rapi. Zaka mulai mengambil salah satu gelas di meja itu. Tiba-tiba, Zaka membanting gelas itu ke lantai hingga gelas itu pecah.
Aruta pun terkejut melihat itu dan bertanya, "Kenapa kau membanting gelas itu?"
"Cuma mencoba-coba," jawab Zaka. "Baiklah, ayo ke ruangan berikutnya. Ada dua pintu. Apa kita berpencar lagi?" tanya Zaka.
"Baiklah, ayo berpencar lagi," jawab Aruta.
Mereka berdua mulai berjalan menuju pintunya masing-masing. Aruta menuju pintu sisi kanan sedangkan Zaka menuju pintu sisi kiri. Namun belum sampai tiga langkah Aruta berjalan, tiba-tiba Zaka menyeru Aruta untuk berhenti.
"Tunggu!" seru Zaka.
Aruta terkejut dan langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Zaka.
"Ada apa?" tanya Aruta.
"Ada yang datang," jawab Zaka.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah kedua pintu yang akan mereka tuju. Benar saja, dua ekor junoi mendobrak pintu itu hingga hancur dan keluar. Kedua ekor junoi itu langsung mencoba menerkam Aruta dan Zaka.
Salah satu junoi melompat duluan mencoba menerkam Aruta dan Zaka. Beruntung mereka berdua sempat melompat menghindari junoi itu. Junoi itu pun jatuh menghantam lantai hingga membuat lantai di bawah junoi itu hancur. Dan lebih mengejutkannya lagi, di bawah lantai itu bukanlah tanah melainkan masih ada ruang. Junoi itu pun terjun bebas dari lantai yang dia rusak tadi.
Aruta yang kebetulan berada cukup dekat dengan lubang itu mencoba melihat. Aruta pun melihat betapa dalamnya ruangan yang berada di bawah lantai itu.
Namun di tengah-tengah fokus Aruta yang masih tertuju dengan lubang itu, tiba-tiba junoi yang lain melompat mencoba untuk menerkam Aruta. Beruntungnya, Zaka dengan cepat melesat dan memukul junoi itu, membuat junoi itu sedikit terpental. Namun junoi itu tidak menyerah begitu saja. Tidak lama setelah terpukul Zaka, junoi itu kembali bangkit dan mencoba menerkam Zaka.
"Zaka!" Aruta berusaha mendorong Zaka menghindari terkaman junoi itu.
Namun tiba-tiba sebelum Aruta berhasil mendorong Zaka, Zaka mendorong Aruta terlebih dahulu membuat Aruta terjatuh.
"Aruta, jelajahi lantai ini. Aku akan menyelidiki lantai dasar!" perintah Zaka sebelum diterkam oleh junoi tadi.
Junoi itu menerjang Zaka dan mendorongnya menuju ke lubang yang dibuat oleh junoi pertama tadi. Junoi yang menerkam Zaka tak bisa menghentikan lompatan terkamannya dan Zaka pun akhirnya terjun bebas bersama junoi itu.
"Zaka!!" teriak Aruta.
Namun sudah terlambat, junoi itu membawa Zaka bersamanya terjun bebas dari lubang itu.
"Tidak usah khawatir, aku kan penyihir juntoshi juga... " teriak Zaka sembari terjun semakin dalam ke dalam lubang itu.
Aruta yang tadinya terjatuh karena di dorong oleh Zaka, kini mencoba berdiri. Dia kembali mengintip ke arah lubang itu untuk sesaat.
"Semoga kau baik-baik saja, Zaka," gumam Aruta.
Sesuai perintah Zaka, Aruta berbalik dan mulai mencoba mengecek semua ruangan yang ada di lantai ini.
Pertama, Aruta mencoba mengecek ruangan yang ada di bagian kanan ruangan ini. Pintunya telah hancur karena junoi tadi jadi Aruta tidak perlu repot-repot membuka pintu. Setelah beberapa saat mengecek, Aruta tidak menemukan apapun yang penting selain sebuah pintu kayu bewarna hitam yang sepertinya mengarah ke ruangan selanjutnya. Posisi ruangan itu tepat di belakang ruangan Aruta dan Zaka ketika pertama kali masuk.
Namun Aruta tidak memilih langsung memasuki ruangan itu. Dia kembali ke ruangan awal dan kini mencoba mengecek ruangan yang berada di sebelah kiri. Pintu dari ruangan itu sama-sama hancur karena junoi tadi. Interior ruangan itu sama seperti interior ruangan yang kanan tadi. Lagi-lagi Aruta tidak menemukan sesuatu yang penting selain sebuah pintu yang sepertinya mengarah ke ruangan yang sama seperti di pintu ruangan sebelah kanan tadi. Pintu itu sama-sama bewarna hitam.
Setelah yakin tidak ada yang dia temukan, Aruta pun mulai menuju ke arah pintu hitam itu. Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi. Pintu yang mengarah ke ruangan depan tadi, tiba-tiba telah diperbaiki entah oleh siapa. Aruta dengan cepat berjalan ke arah pintu itu dan membukanya. Ruangan depan pun terlihat baik-baik saja seperti tak ada apa-apa yang terjadi. Lubang yang tadi ditinggalkan oleh junoi yang menyerang juga telah diperbaiki. Semuanya seperti kembali seperti semula.
"Huh? Apa yang terjadi?" Aruta bingung.
Namun Aruta tidak bisa terus berdiam di satu tempat saja. Aruta pun berjalan kembali ke arah pintu hitam tadi dan berniat mengecek ruangan yang ada di balik pintu itu. Aruta berjalan mendekat ke pintu itu. Dengan mantap, Aruta mulai membuka pintu hitam itu.
Dia pun melihat sesosok wanita besar yang sudah berdiri di hadapannya. Tingginya melebihi Aruta. Rambut wanita itu sangat panjang. Bola matanya tidak ada. Wajahnya sangat pucat seperti mayat. Mulutnya pun tidak memiliki lidah ataupun gigi. Dan kepalanya tidak menyatu di atas tubuhnya, melainkan dibawa oleh kedua tangan makhluk itu. Wajah makhluk itu menghadap ke arah wajah Aruta dan berada persis di depan Aruta muka.
"Hai~ Ta~ mu~ ku~"
***
Di sisi lain di pintu masuk ruang bawah tanah yang berada di permukaan. Pintu itu terbuka lebar karena Aruta dan Zaka lupa menutupnya tadi. Sunyi sekali suasana di sekitar pintu itu. Hanya angin berhembus, dan beberapa suara deritan engsel pintu yang berkarat. Sunyi sekali sebelum akhirnya, sesuatu berlari masuk ke dalam pintu itu.