Aruta melihat wajah makhluk itu persis berada di depan wajahnya.
"BWAHH!!" Aruta berteriak dan terjatuh ke belakang.
Junoi itu memulai serangan pertamanya dengan melempar kepala yang dia pegang ke arah Aruta. Beruntung Aruta memiliki reflek yang bagus sehingga dia dapat berguling menghindari kepala itu. Namun saat kepala itu meleset dan mengenai lantai di sebelah Aruta, kepala itu langsung menciptakan ledakan yang membuat Aruta terpental.
Aruta terpental namun dia berusaha menahan dirinya agar tidak terpental terlalu jauh. Setelah Aruta berhenti terpental, Aruta mencoba berdiri. Namun saat berdiri Aruta melihat kepala tadi yang terpental seperti bola basket setelah meledakkan lantai. Kepala itu membuka mulutnya lebar-lebar dan meneriakkan suara teriakan yang sangat keras. Teriakan kepala itu begitu keras bahkan sampai membuat Aruta kembali terpental hingga menabrak dinding. Dinding yang ditabrak Aruta pun sampai ikut retak dan Aruta tersangkut di sana.
Aruta tak menyerah. Tanpa membuang-buang waktu, Aruta berusaha membebaskan dirinya yang tersangkut dan berhasil. Aruta pun langsung melesat mengarahkan tinjuan energi LYNK nya kepada kepala junoi itu.
Namun dengan sangat cepat, badan Junoi itu datang menghadang Aruta. Junoi itu mengepalkan tangan kanannya dan memunculkan energi LYNK pada tangannya itu. Junoi itu langsung memukulkan dan meledakkan energi LYNK itu membuat ledakan yang cukup besar. Ledakan itu menghancurkan beberapa properti di ruangan itu dan lantai kayu ruangan itu juga, membuat debu berterbangan dimana-mana.
Setelah memukul Aruta, Junoi itu mulai berjalan kembali mengambil kepalanya. Namun tiba-tiba dari balik debu yang bertebaran itu, Aruta muncul menerjang junoi itu dengan tangan kirinya yang memegang sebuah pintu rusak yang dia gunakan sebagai tameng. Kepala Junoi yang berada di lantai terkejut dan mengendalikan badannya untuk melindungi diri dengan menyilangkan tangannya.
Saat Aruta sudah sangat dekat, pintu itu berubah menjadi asap bewarna hitam dan kembali ke asalnya. Pada saat itu juga terlihat tangan kanan Aruta yang sudah mengepal erat dengan energi LYNK yang membara. Junoi itu terkejut dan Aruta yang sudah sangat dekat membuat Junoi itu tak punya waktu untuk menghindar.
Aruta pun mendaratkan pukulan fatal ke arah perut Junoi itu dengan tangan kanannya. Energi LYNK di tangan kanan Aruta juga ikut meledak membuat Badan Junoi itu terhempas dan menabrak tembok dengan sangat keras.
Tanpa membuang-buang waktu, Aruta segera melesat menargetkan kepala Junoi itu yang masih tergeletak di lantai. Aruta melapisi kaki kanannya dengan energi LYNK dan melompat siap menginjak kepala Junoi itu dengan sangat keras.
Aruta pun berhasil mendaratkan pijakan kakinya ke kepala Junoi itu dan membuat ledakan yang cukup besar.
"Haha, aku menang," ujar Aruta.
Namun betapa terkejutnya Aruta ketika dia hanya melihat sebuah kursi anak kecil yang hancur. Dia barusan menginjak kepala junoi bukan? Aruta sendiri kebingungan dengan apa yang terjadi.
"Huh? Kemana junoi tadi?" gumam Aruta melihat sekeliling.
Aruta yang semakin bingung mulai mencoba mengecek ruangan selanjutnya tempat Aruta menemui junoi tadi. Aruta mulai memasuki ruangan itu dan ruangan itu tampak rapi.
Aruta mulai berkeliling dan tak ada barang yang aneh. Hanya beberapa kursi, meja, dan piring di atasnya. Tapi aneh juga sih. Kota ini sudah terbengkalai lama sekali kan? Tapi sepertinya tidak juga, lagi pula ini sepertinya medan sihir. Setidaknya itu yang dipikirkan Aruta.
Aruta mulai berbelok dan sempat mengedipkan matanya. Tiba-tiba seluruh ruangan itu menjadi sangat terbengkalai. Kayu-kayunya sudah sangat tua dan barang-barangnya berserakan dimana-mana. Aruta terkejut dan melihat sekeliling. Dia pun sangat terkejut ketika melihat kepala Raven yang berada di atas sebuah piring.
"Ahhh!!" Aruta sempat berteriak dan mengedipkan matanya lagi. Dan semua perabotan di ruangan itu kembali normal.
"Bajingan! Aku benci horor loh. Tolol banget aku gabung ke penyihir ini," ujat Aruta sembari menggedor-gedorkan kepalanya di dinding di sebelahnya. "Tapi yasudahlah."
Aruta melihat ke sekeliling dan melihat satu pintu lagi. Aruta mencoba membuka pintu itu. Saat membukanya, Aruta melihat sebuah tangga turun yang mengarah kiri.
"Oh? Sepertinya aku akan ke lantai selanjutnya," gumam Aruta.
Tangga itu gelap sekali membuat Aruta mengeluarkan hp nya lagi dan menyalakan senter hp nya.
"Fiuh untung saja hp ini tak rusak," ujar Aruta kepada dirinya sendiri. Aruta pun melanjutkan perjalanannya menuruni tangga itu.
***
Di sisi lain, Zaka baru saja selesai mengurus junoi yang tadi membuatnya jatuh. Junoi itu tertusuk oleh duri darah Zaka tepat di perutnya. Zaka kini berada di ruangan yang sangat gelap bahkan Zaka hampir tak bisa melihat apapun. Namun ya dia sudah lumayan senior. Jadi dia bisa mengalahkan junoi itu. Tangan kanannya dipenuhi dengan luka dan berlumuran darah.
"Sepertinya tak usah ku sembuhkan dulu lah ya. Siapa tahu aku masih harus berkelahi," ujar Zaka melihati tangan kanannya. "Baiklah, apa ada yang lain disi- eh??" Zaka terkejut ketika dia menoleh dan tak melihat junoi yang menancap di duri darahnya. Melainkan sebuah pintu.
"Hah?" Zaka kebingungan dan melihati pintu itu.
Saat Zaka mengedipkan mata, tiba-tiba ruangan Zaka menjadi terang benerang dengan lampu-lampu yang ada di atas ruangan itu.
"Loh? Ini ruangan?" gumam Zaka. Zaka melihat ke atas dan melihat atap ruangan itu tak terlalu tinggi. Padahal dia ingat pasti bahwa dia terjatuh sangat dalam tadi. "Atapnya rendah banget," gumam Zaka.
Zaka pun mulai melihat ke sekeliling. Ruangan yang ada di sekitarnya sekarang merupakan sebuah gudang berdinding kayu. Dinding-dinding kayu gudang itu sudah sangat kusam dan lapuk. Beberapa rak di gudang itu terjatuh namun sisanya masih berdiri dengan beberapa barang-barang yang sudah sangat tua.
Zaka berkeliling dan melihat sebuah meja dengan secarik kertas di atasnya.
Dia benar-benar iblis. Dia lebih mirip malaikat pencabut nyawa dari pada manusia. Gadis itu tak boleh terus hidup. Kita harus membunuhnya.
"Raven?" gumam Zaka.
Zaka melanjutkan menulusuri gudang itu. Saat dia mencoba mengecek sebuah rak barang, tiba-tiba lampu di gudang itu mati membuat gudang itu menjadi gelap total. Zaka mulai mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter. Dan dia sempat sedikit terkejut saat melihat sebuah kepala manusia tepat berada di hadapannya di atas rak barang tadi. Kepala itu sudah sangat busuk bahkan kulitnya seperti menyatu dengan tengkoraknya.
"Tempat macam apa ini? Medan sihir? Tapi aliran LYNK nya seperti bukan medan sihir," gumam Zaka.
Zaka terus melanjutkan perjalanannya namun dia tiba-tiba mendengar suara seseorang berlari di belakangnya. Zaka langsung mengarahkan senter ponselnya ke arah belakangnya namun tak ada siapapun di belakangnya. Zaka tak memusingkannya dan lanjut berjalan kembali ke depan.
Dia menemukan beberapa mayat di sepanjang perjalanannya. Beberapa ada yang kepalanya terpisah dari tubuhnya. Ada yang tubuhnya terbagi menjadi dua, dan lain-lain.
Zaka pun sampai di sebuah tempat di gudang itu dimana tak ada rak barang sama sekali. Namun ada sebuah kursi kayu yang berdiri di tengah-tengahnya. Zaka mulai menghampiri kursi itu. Namun sekali lagi terdengar suara seseorang berlari di belakang Zaka. Zaka kembali mengarahkan senternya ke arah belakang dan tak menemukan siapapun. Tak ada orang maupun junoi.
Zaka kembali memandang ke arah kursi itu. Zaka yang penasaran mulai duduk di kursi itu. Namun tepat ketika Zaka duduk, Zaka melihat seseorang mengayunkan kapak ke arah Zaka. Zaka terkejut dan langsung melompat menghindari kapak orang itu. Namun ketika Zaka selesai melompat, dia tak melihat siapapun. Hanya kursi tadi yang terjatuh karena Zaka yang tiba-tiba melompat.
"Huh? Tempat apa sih ini?" gumam Zaka kembali berdiri.
Zaka kembali fokus dan melihat ke sekeliling. Dia menemukan sebuah pintu kayu. Dia pun mulai menghampiri pintu itu. Perlahan-lahan Zaka semakin mendekat ke pintu itu. Dan ketika Zaka membuka pintu itu, Zaka melihat Raven yang berada di depannya dengan kedua bola matanya yang hilang. Raven mengeluarkan teriakan mengerikan dan mulai mencoba menerkam Zaka.
Zaka terkejut setengah mati dan langsung mengeluarkan blood spike nya.
"Blood Sp- huh?" Tiba-tiba entah apa yang dipikirkan Zaka, Zaka menghentikan blood spikenya tepat sebelum mengenai sosok Raven itu.
Zaka mengedipkan mata dan melihat sosok Raven itu berubah menjadi Aruta yang terkejut karena Zaka menodongnya dengan blood spike.
"Hey Zaka, ini aku. Kenapa kau menodongku?" tanya Aruta yang mengangkat kedua tangannya.
"Oh maaf-maaf," ujar Zaka menarik kembali darahnya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Zaka.