Beberapa saat yang lalu.
Aruta mulai menuruni sebuah tangga. Lorong tangga itu cukup sempit dan gelap. Hanya ada cahaya senter ponsel yang menemani Aruta selama menuruni tangga itu. Aruta terus menuruni tangga itu. Sudah beberapa menit berlalu namun Aruta belum sampai di dasar tangga itu.
"Tangga ini panjang sekali," gumamnya.
Semakin Aruta menuruni tangga itu, Aruta mulai mendengar suara-suara aneh. Suara langkah kaki, suara benda terjatuh, dan lain-lainnya. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada suara langkah kaki yang dari suaranya, langkah kaki itu berjalan mendekat ke Aruta. Langkah kaki itu semakin keras dan semakin jelas. Sampai pada suatu momen, tiba-tiba ada suatu bayangan yang menerjang Aruta dan senter ponsel Aruta mati seketika. Aruta yang terkejut pun reflek menendangkan kakinya ke arah bayangan aneh itu. Aruta bisa merasakan kakinya mengenai sesuatu.
"Hah! Kena kau!" gertak Aruta.
Akhirnya senter ponsel Aruta pun menyala lagi dan Aruta melihat bayangan aneh itu berlari kabur darinya.
"Hey! Mau kemana kau!"
Aruta langsung berlari mengejar bayangan itu. Namun setelah beberapa saat berlari, Aruta tak kunjung sampai di bayangan itu dan suara langkah kaki dari bayangan itu pun terdengar semakin menjauh.
"Huff sialan. Kemana bayangan aneh itu."
Aruta pun meneruskan perjalanannya menuruni tangga itu dengan berjalan. Menit demi menit berlalu. Setiap menitnya terasa begitu lama sekali. Dan akhirnya, Aruta sampai di ujung tangga itu dan terdapat sebuah pintu di sana. Aruta membuka pintu itu dan melihat interior sebuah gudang.
"Uh? Ada gudang di sini?" gumam Aruta memasuki gudang itu.
***
Aruta mulai memasuki gudang itu dan tiba-tiba pintu di belakangnya terbanting dengan sendirinya. "DUARR!!"
"Wah?!" Aruta sedikit terlompat. "Sialan. Kemana bayangan aneh itu pergi?"
Sembari memegang senter ponselnya, Aruta mulai berjalan maju. Dengan bantuan senter ponselnya, Aruta melihat sebuah kursi tua yang terjatuh, rak-rak barang yang sudah kusam, dan lain-lain.
Aruta terus berkeliling dan melihat tumpukan barang di suatu sudut ruangan. Tak terlalu aneh. Namun saat Aruta mengedipkan matanya, tiba-tiba tumpukan barang itu berubah menjadi tumpukan mayat dan darahnya yang masih mengalir segar. Tak hanya itu, seluruh ruangan menjadi berlumuran darah. Ada beberapa bagian tubuh yang terpisah seperti tangan tanpa badan, kaki tanpa badan, kepala tanpa badan yang bergeletakan di mana-mana.
Aruta terkejut dan sempat mengeluarkan teriakan. Saat dia berkedip, tiba-tiba semua tumpukan mayat itu hilang. Semuanya menjadi kembali normal hanya sebuah gudang biasa yang gelap.
"Apa itu tadi?" gumam Aruta.
Aruta berhenti sekejap untuk mengambil nafas dan menenangkan diri sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya Aruta menemukan sebuah pintu coklat dengan gagang yang terbuat dari kuningan. Aruta membuka pintu itu dan melihat sebuah perpustakaan di dalamnya.
"Loh? Di tempat beginian kok ada perpustakaan?" gumam Aruta sembari memasuki perpustakaan itu.
***
Aruta mulai memasuki perpustakaan itu dengan matanya yang melihat ke sekeliling. Perpustakaan megah dengan pencahayaan yang redup beserta karpet merah yang berada di jalan utama perpustakaan itu.
"Haduh kok udah banyak banget sih kejadian anehnya. Masa tadi gudang kumuh tiba-tiba ada perpustakaan. Udah kalungku dirampok sama kucing tadi," gerutu Aruta sembari terus berjalan.
Namun saat Aruta masih menggerutu, tiba-tiba Aruta menabrak sesuatu dan terjatuh.
"Aduh duh duh." Saat melihat ke atas, dia melihat ada sebuah meja yang berdiri di depannya. Dan saat dia melihat kesekeliling, akhirnya Aruta sadar dia sekarang berada di area membaca.
Aruta kembali berdiri dan melanjutkan berjalan. Aruta pun sampai ke area buku lagi yang ada di sebrang area baca itu. Aruta kali ini lebih fokus dari sebelumnya. Dia penasaran dengan buku-buku apa yang ada di sana dan mulai mengambil salah satu buku yang ada di sana. Buku yang diambil Aruta memiliki sampul bewarna emas polos.
Aruta mulai membaca sebentar buku itu yang kurang lebih membahas tentang seseorang, padang pasir, kudeta, dan... otak Aruta tak terlalu pintar untuk mengerti isi buku itu. Aruta pun langsung menutup buku itu dan mengembalikannya kembali ke tempatnya.
"Orang gasuka baca gini disuruh baca," ujar Aruta kepada dirinya sendiri.
Aruta melanjutkan berjalan dan bertemu dengan sebuah lukisan malaikat maut yang berada di atas sebuah kastil. Saat Aruta melihat lukisan itu, Aruta memegang dadanya dan merasakan detak jantungnya sedikit lebih kencang.
"Hmm? Ada apa ini?" gumamnya.
Aruta tak berlama-lama di sana dan langsung pergi. Aruta berjalan kembali ke area membaca dan terus berjalan ke area buku tempat Aruta memasuki perpustakaan ini. Saat Aruta pergi ke arah pintu dia masuk tadi, dia melihat pintu itu sudah tertutup rapat dan ketika Aruta mencoba membukanya, dia gagal.
"Oh mantap."
Aruta hanya bisa menghela nafas panjang dan kembali berkeliling di area buku itu. Akhirnya Aruta sampai di sebuah lukisan seorang gadis. Gadis itu menggunakan gaun biru yang sungguh menawan. Rambutnya bewarna kecoklatan. Wajahnya juga cantik dan indah dipandang. Namun ketika Aruta mengedipkan matanya, tiba-tiba area wajah di lukisan itu menjadi bewarna hitam dan meneteskan cairan aneh bewarna hitam. Aruta sangat terkejut sampai terjatuh kebelakang. Namun ketika dia mengedipkan matanya, lukisan itu kembali menjadi normal namun dengan wajahnya yang tak jelas karena kali ini, cat di area wajahnya berantakan.
"Haduh aku udah berkali-kali kena beginian kok masih kaget sih," ujar Aruta sembari kembali berdiri.
Aruta kembali mengelilingi perpustakaan itu sampai kembali di area baca. Dia area baca, dia beristirahat sejenak dengan duduk di salah satu kursi di sana. Namun tepat saat dia duduk, matanya tak sengaja melihat sebuah pintu yang terbuka di ujung area baca itu. Aruta pun tak jadi duduk dan pergi ke arah pintu itu.
"Oke, apa lagi yang akan kutemukan sekarang," gumam Aruta memasuki pintu itu.
***
Di sisi lain, Zaka berada di ruangan yang diterangi sebuah bola lampu yang terkadang berkedip mati. Ya paling tidak lampu itu cukup terang untuk Zaka melihat tanpa bantuan senter ponselnya. Ruangan itu sama terbengkalainya seperti gudang sebelum Zaka memasuki perpustakan tadi. Sebuah ruangan yang tak terlalu jelas ruangan apa ini.
Ada beberapa boneka dan boneka kayu di sekitar ruangan itu. Untuk boneka kayu mereka tak memiliki mata dan boneka lainnya hanya memiliki pandangan kosong. Namun entah mengapa Zaka merasa seolah para boneka itu sedang menatapnya dengan tajam.
Zaka masih berjalan maju namun dia sangat waspada. Dia memasukkan tangannya ke dalam kantong celananya walau sebenarnya tangan Zaka mengepal erat di dalamnya.
Semakin Zaka meneruskan berjalan, Zaka merasa semakin diperhatikan entah dari siapa. Zaka terus berjalan sampai suatu ketika, Zaka yakin merasakan ada orang di belakangnya. Zaka pun dengan cepat berbalik dan melihat Aruta yang ada di belakangnya.
"Oh? Ternyata Aruta," ujar Zaka.
"Kamu kayaknya tegang banget," ujar Aruta memegang pundak Zaka.
"Ya gaada salahnya waspada kan?" ujar Zaka. Tapi entah mengapa, Zaka merasa sensasi aneh yang mengganjal ini belum menghilang.
***
Di sisi lain, Aruta memasuki pintu di area baca itu dan menemukan ruangan yang dipenuhi boneka juga. Aruta terus berjalan maju dengan sedikit cepat karena merasa tidak nyaman dengan boneka-boneka itu yang sepertinya melihatinya.
Aruta terus berjalan lurus hingga akhirnya dia bertemu dengan Zaka dan betapa terkejutnya dia ketika melihat dirinya sendiri yang berada di samping Zaka.
"Hey, Zaka! Hati-hati!" saut Aruta.
Namun saat Zaka melihat kearahnya, ekspresi Zaka malah berubah menjadi waspada dan berjalan mundur bersama sosok "Aruta" yang ada di sebelahnya.
"Loh? Zaka? Kau kenapa? Ini aku Aruta!"
Di sisi lain dari sudut pandang Zaka, Zaka melihat seekor junoi mengerikan yang ada di depannya. Junoi itu memiliki kepala bengkak yang besar dan tubuh yang kerempeng sampai menunjukkan rusuk tulangnya.
Zaka mulai menyayat tangannya dengan pisau kecil yang dia bawa dan mulai bersiap melancarkan blood spike.
"H-hey Zaka, apa yang kau lakukan?" tanya Aruta yang merupakan sosok junoi di pandangan Zaka.
Zaka mengeluarkan gumpalan darah yang siap untuk menembakkan blood spike namun Zaka merasa ragu-ragu untuk menembakkannya.
"Hey Zaka, apa yang kau pikirkan? Cepat serang junoi itu!" ujar sosok "Aruta" yang ada di sebelah Zaka.
Zaka pun mengambil nafas dalam. "Blood sp-!!"
Tiba-tiba seseorang berlari masuk.
"BERHENTI!!" teriak Leta yang berhenti di sebelah Aruta.