Aruta, Zaka, dan Nenek Jo menoleh ke arah pintu dapur dan benar saja, Leta sudah ada di sana.
"Kalian bilang... Ayah dan Ibu sudah... mati?" ujar Leta dengan suara lirih menahan air mata.
"M-maafkan Nenek, Leta!" ujar Nenek Jo kepada Leta dan langsung mengeluarkan air mata.
"Tidak, Ayah dan Ibu tidak mungkin mati!!" ujar Leta dengan suaranya yang kali ini cukup lantang.
"Leta... " ujar Aruta.
"Tidak!! Kalian semua berbohong!! Ayah dan Ibu tidak mungkin mati!! Kalian semua BERBOHONG!!!" teriak Leta berlari dari dapur.
"Leta!" saut Nenek Jo.
Nenek Jo mulai melangkahkan kakinya berusaha berlari. Namun tiba-tiba Nenek Jo merasa kakinya sakit dan mulai kehilangan keseimbangan. Zaka dengan cepat mengambil sebuah kursi di meja makan dan beruntungnya ketika Nenek Jo jatuh, dirinya terjatuh ke kursi yang di bawa oleh Zaka membuat Nenek Jo jatuh terduduk di kursi itu dengan aman.
"Leta... " ujar Nenek Jo yang khawatir namun kakinya masih sakit. Dirinya juga masih memegangi kakinya yang sakit itu dengan kedua tangannya.
Zaka dengan sigap berkata, "Aruta, kejar Leta! Aku akan menjaga Nenek Jo di sini."
"Baik!" tanggap Aruta.
Aruta dengan sigap langsung berlari mengejar Leta. Dia melihat pintu rumah yang terbuka. Sepertinya Leta lari dari rumah. Aruta bergegas keluar dan berkeliling mencari Leta.
"Leta! Leta!" selalu diucapkan Aruta selama beberapa detik sekali. "Kau dimana?"
Beberapa saat Aruta berkeliling di area rumah tapi tidak ada tanda-tanda Leta sama sekali. Aruta terus berkeliling namun tak kunjung menemukan Leta. Akhirnya, Aruta mencoba mencari Leta di dalam hutan. Bermodalkan senter dari ponselnya,
Aruta berjalan di tengah sunyinya hutan. Sungguh sunyi dan gelap. Tidak ada sedikitpun cahaya kecuali dari cahaya hp-nya. Hutan benar-benar gelap. Aruta kesulitan melihat apa yang ada di depannya bahkan apa yang dia injak. Pernah satu kali kaki Aruta menginjak ranting pohon menimbulkan suara yang cukup keras yang membuat Aruta melompat terkejut.
"AHH!! Apa tadi?!" teriak Aruta terkejut membuat hp-nya hampir saja terjatuh.
"Fiuh hampir saja."
Aruta melihat ke bawah untuk memastikan apa yang dia injak. Dan dia hanya melihat ranting pohon. Aruta menghela nafas lega setelah tidak menginjak yang aneh-aneh. Namun saat Aruta melihat ke bawah juga, Dia tak sengaja melihat kalung biru yang diberi Kuroto kini sedikit lebih cerah dari sebelumnya. Tidak berubah terlalu jauh, tapi itu masih tetaplah aneh. Aruta pun mengabaikannya saja.
Aruta berniat melanjutkan perjalanannya namun sebelum Aruta sempat melangkah, notifikasi berdering di ponselnya. Aruta sempat terkejut lagi saat notifikasi di ponselnya berdering. Setelah tahu itu dari notifikasi ponselnya, Aruta pun menghela nafas panjang. Aruta mulai melihat layar ponselnya dan terlihat Zaka yang mengirim pesan.
"Nenek Jo baik-baik saja. Bagaimana dengan Leta? Apa kau sudah menemukannya? Nenek Jo sangat khawatir," pesan yang ditulis Zaka.
"Aduh Leta. Kamu dimana sih," desah Aruta mengeluh. "Tapi di hutan kok ada sinyal?" tanya-nya heran.
Aruta mulai mengetik pesan balasan bahwa dirinya belum menemukan Leta. Namun saat Aruta mengirim pesan balasan, internetnya kembali menghilang membuat pesan Aruta tak kunjung terkirim.
"Sinyal binatang! Waktu aku yang ngirim pesan malah ilang," umpat Aruta.
Namun mata Aruta tidak sengaja terfokus dengan pemandangan yang ada di balik ponselnya. Aruta melihat sebuah jalan yang diterangi oleh senter ponselnya dan terlihat seperti ada jalan keluar dari hutan di ujung jalan itu.
Aruta mulai berjalan mengikuti jalan yang ada di depannya. Perlahan namun pasti, Aruta terus berjalan sembari melihat ke sekeliling jika ada Leta di sana. Beberapa saat berlalu dan akhirnya Aruta sampai di penghujung jalan itu. Sebuah padang rumput kecil pun terlihat dan bintang yang begitu indah menghiasi langit malam di atas padang rumput kecil itu. Padang rumput itu mirip sekali dengan padang rumput yang ada di markas Penyihir Juntoshi.
Tidak lama kemudian, terdengar suara rintih tangisan seseorang. Aruta yang penasaran dengan sumber suara itu mulai berjalan ke arah suara itu. Sumber suara itu semakin dekat dengan Aruta seiring Aruta berjalan. Setelah sudah cukup dekat, Aruta pun melihat Leta yang duduk dan mengeluarkan rintihan tangisan itu.
"Leta," panggil Aruta.
"HAH!!" Leta terkejut. "K-Kakak pembohong! Kenapa Kakak ada di sini? Pergi! PERGI!! Ayah dan Ibu tidak mungkin mati!" ujar Leta dan tangisannya semakin deras.
"Leta... " Aruta hanya bisa memeluk Leta.
"Ayah dan Ibu... Mereka tidak mungkin mati... "
"Maaf Leta. Tapi itu yang terjadi," ujar Aruta yang semakin mengeratkan pelukkannya.
"Ayah... dia orang yang luar biasa. Selalu bermain denganku. Selalu membelikan hadiah spesial untuk Leta. Hiks hiks," ujar Leta mengusap air matanya.
"Ibu... dia orang yang sangat baik. Walau Leta membuat masalah... senyumannya tidak pernah hilang dari wajahnya. Hiks hiks. Ayah... Ibu," Air mata Leta lebih deras dari sebelumnya.
"Leta... boleh dengarkan kakak sebentar?" tanya Aruta dengan nada yang luar biasa lembut.
"Hiks... hiks... uh?" Leta mulai menaikkan kepalanya dan menatap ke arah wajah Aruta.
"Leta... Kakak yakin, Ayah dan Ibu Leta tidak mau melihat Leta menangis seperti ini. Kakak yakin Ayah dan Ibu Leta ingin Leta selalu tersenyum. Ayah dan Ibu Leta pasti ingin tawa menghiasi wajah Leta. Mau dimanapun Ayah dan Ibu Leta berada, mereka pasti akan selalu menemani Leta tidak peduli apa yang terjadi," ujar Aruta dengan saura yang begitu lembut berusaha menyentuh hati kecil Leta.
Mendengar perkataan Aruta, Leta mengingat pengalaman masa lalunya.
***
Di sebuah padang rumput di siang hari yang cerah, Leta bermain bersama kedua orang tuanya. Leta masih sangat kecil saat itu. Digendong oleh sang ayah dan ayah bergerak memutar. Seru sekali membuat Leta mengeluarkan tawa lepas saat itu. Tidak berhenti sampai situ, ayah juga melempar-lempar kecil Leta membuat Leta melayang di udara dan kembali lagi gendongan sang ayah. Tawa tidak bisa lepas dari wajah Leta saat itu.
Sang Ibu mulai iri dan berkata, "Hey hanya bersenang-senang dengan Leta dan istrinya dilupakan?"
"Hehe jangan bilang begitu." Tiba-tiba sang ayah menerkam sang Ibu dengan tangan kanannya ke pelukan erat yang dipenuhi dengan cinta.
Senyuman pun ikut menghiasi wajah sang Ibu. Ayah, Ibu, dan Leta saling berpelukkan saat itu. Momen yang sangat hangat dan membahagiakan bagi keluarga kecil ini.
"Aku sangat mencintaimu, Marie," ujar sang Ayah.
"Aku juga sangat mencintaimu, John," ujar sang Ibu.
"Dan tentunya, Kita sangat mencintai Leta," ujar mereka berdua menghadap ke arah Leta.
Leta dengan tangan kecilnya mencoba untuk memeluk Ayah dan Ibu namun karena tangannya terlalu kecil, Leta hanya bisa memegang kain baju yang ada di lengan ayah dan ibu.
"Hehe lucunya. Kau benar-benar anak yang manis," ujar Ayah.
Sembari menikmati pelukan ayah dan tangan Leta yang menggenggam kain lengannya, Ibu berkata kepada Leta, "Nak... semoga kau tumbuh menjadi putri yang indah. Semoga kehadiranmu selalu membawa kebahagiaan dan manfaat bagi orang lain. Berjanjilah kepada Ibu, tawa itu tidak akan pernah pudar dari wajah Leta."
***
"Ya... mungkin kakak benar. Leta tidak boleh bersedih berlama-lama. Bukan ini yang Ayah dan Ibu inginkan. Leta adalah anak kuat!" ujar Leta berusaha menghentikan tangisannya dan mengusap air mata yang tersisa.
"Itu baru Leta!" ujar Aruta.
Leta mulai berdiri dan berkata, "Kak Aruta dan Kak Zaka sedang mencari teman Kakak yang menghilang kan?"
"Eh? Bagaimana Leta bisa tahu?" tanya Aruta.
"Leta menguping agak lama tadi sebelum muncul di dapur. Maafkan Leta sudah lancang menguping," ujar Leta menundukkan kepala.
"Tidak apa-apa. Tapi ini berbahaya. Leta tidak perlu ikut membantu kami," ujar Aruta.
"Tapi Leta ingin membantu!" ujar Leta memaksa.
"Tapi ini berbahaya Leta! Leta masih kecil. Leta jangan ikut kami!" ujar Aruta berusaha membujuk Leta.
"Tapi Leta memiliki kekuatan yang sama dengan Kak Aruta dan Kak Zaka. Teman kalian adalah seorang gadis dengan kekuatan semacam sihir kan?" ujar Leta dengan nada yang meninggi.
Aruta pun kaget dengan pernyataan Leta.
"Kumohon, kalian sudah menolong Leta. Sekarang saatnya Leta membantu kalian. Leta bisa melihat jejak sihir dari teman Kak Aruta. Mungkin Leta bisa membantu kalian dengan kemampuan Leta ini."