Aruta dan Zaka pun memulai perjalanan mereka. Di tengah perjalanan, mereka sempat bercakap-cakap sesaat.
"Kita tidak bisa kembali lagi ke penginapan itu. Wise pasti akan sangat marah kepada kita," ujar Zaka kepada Aruta.
"Ya. Kita pasti tidak akan keluar hidup-hidup jika Kita kembali ke penginapan itu," ujar Aruta.
"Hmm, mari kita coba pergi ke desa. Siapa tahu kita punya tempat untuk menginap," ujar Zaka.
"Oke, daripada kita bermalam di tengah hutan," ujar Aruta."Ya semoga saja kita bisa kuat berjalan ke desa."
Aruta dan Zaka pun berjalan ke arah desa. Beruntung mereka menemukan jalan setapak yang ada di hutan itu. Dan arah jalan itu juga mengarah ke desa. Paling tidak jalan setapak itu dapat memudahkan perjalana mereka.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba mereka mendengar teriakan seorang anak kecil.
"TOLONG!!"
Aruta dan Zaka pun terkejut mendengar suara teriakan itu. Mereka pun segera bergegas ke arah suara itu berasal.
Ketika sampai, mereka pun melihat seorang anak kecil yang berusaha berlari dari kejaran sesosok Junoi. Junoi itu berwujud sangat mengerikan dan menjijikan untuk dilihat. Makhluk itu seperti singa, namun kepalanya bukanlah kepala singa melainkan 3 buah kepala manusia yang sejajar. Ketiga kepala itu tidak memiliki bola mata dan mulutnya terbuka lebar. Dari lubang mata dan mulutnya mengeluarkan darah yang membasahi pipi dan dagu masing-masing wajah itu. Memiliki sepasang tangan di area depan tubuhnya dan sepasang kaki singa di belakang tubuhnya.
"Apa? Junoi di siang bolong begini?!" ujar Aruta sembari meneruskan berlari bersama Zaka.
"Tidak! Kita jangan memikirkan itu untuk sekarang!" saut Zaka sembari melanjutkan berlari. Tangan kanannya juga berada di saku celananya dan meraba-raba seperti mencari sesauatu di dalam kantongnya.
Tidak lama kemudian, Zaka pun mengeluarkan sebuah pisau lipat dari sakunya. Dia pun segera membuka lipatan pisau itu dan memunculkan mata pisau dari pisau itu. Zaka mulai mengangkat pisau itu ke depan dadanya dan mata pisau itu digenggam oleh tangan kirinya. Zaka pun menyayat tangan kirinya hingga darah menetes dari telapak tangannya.
Zaka dengan cepat melipat kembali pisau miliknya dan memasukkannya kembali ke saku celananya. Dari telapak tangan kirinya yang mengeluarkan darah, ada sebuah gumpalan darah yang mulai melayang ke arah tempat yang sudah Zaka tentukan.
Di sisi lain, Junoi itu masih berusaha mengejar anak kecil itu. Anak kecil itu masih berusaha berlari sekuat tenaga dari Junoi itu. Mereka pun terus kejar-kejaran hingga akhirnya, si anak kecil melewati tempat gumpalan darah milik. Tidak lama kemudian, Junoi itu juga melintas di atas gumpalan darah milik Zaka. Zaka pun mengangkat tangan kanannya dengan keras sembari berseru, "Blood Spike!!"
Seketika gumpalan darah itu berubah menjadi sebuah duri yang sangat besar dan menusuk langsung perut Junoi itu. Anak kecil yang tadi berlari pun terjatuh karena efek getaran dari sihir milik Zaka. Anak kecil itu pun menoleh ke belakang dan hanya tercengang melihat Junoi itu terjebak di sebuah duri darah besar yang menembus dari perut hingga punggungnya.
Junoi itu meraung kesakitan dan meronta-ronta berusaha lepas dari duri darah itu. Junoi itu mulai memukul-mukul duri darah yang menancap di perutnya berusaha menghancurkannya. Zaka mulai memperhatikan Junoi itu memikirkan apakah dia bisa melakukan sesuatu.
Zaka pun melihat mata dan mulut Junoi itu yang mengeluarkan darah.
"Hah, merepotkan saja. Untung Aku tidak perlu terlalu berusaha ekstra," ujar Zaka sedikit mendesah.
Zaka pun menghentakkan kedua tangannya ke depan. Seketika beberapa tangan keluar dari darah yang ada di muka Junoi itu. Tangan-tangan itu pun mulai menggenggam area wajah Junoi itu dan mulai menarik seperti mencoba untuk melepas paksa ketiga kepala Junoi itu. Junoi itu pun kesakitan dan tangannya yang awalnya memukul-mukul duri darah yang menancap pada perutnya, kini berusaha meraih wajahnya untuk mencoba mencabut semua tangan darah itu.
Namun tanpa Junoi itu sadari, tepat di bawah kedua tangannya sudah ada dua gumpalan darah yang melayang dan siap diaktifkan oleh Zaka. Kedua gumpalan darah itu pun berubah menjadi sepasang tangan besar yang menggenggam kedua tangan Junoi itu. Junoi itu pun terkejut dan berusaha melepas kedua tangannya sembari ketiga kepalanya di tarik oleh tangan-tangan darah yang cukup kecil di masing-masing wajahnya.
"Aruta!!" saut Zaka.
"Ya!" balas Aruta.
Aruta pun mulai melesat ke arah depan Junoi itu sembari mengepalkan tangan kanannya. Dari tangan Aruta, energi LYNK pun mulai muncul dengan kobaran energi yang membara. Aruta melompat dan menghantam wajah paling kanan dari Junoi itu dengan sangat keras. Energi LYNK yang ada di tangan kanan Aruta seketika meledak. Pukulan Aruta sangat kuat hingga membuat wajah dan duri darah yang menancap di perut Junoi itu hancur. Kedua tangan Junoi itu juga putus karena masih terjebak di genggaman tangan darah milik Zaka. Darah dari Junoi itu pun bercucuran keluar.
Junoi itu terhempas keras hingga menabrak salah satu pohon yang cukup besar. Junoi itu pun tergeletak di sana dengan kepala kanannya yang hancur dan kedua tangannya yang putus.
Di sisi lain, Aruta terkejut karena Junoi itu mengeluarkan darah.
"Darah?!" tanya Aruta sedikit terkejut.
"Ini adalah keunikan dari Junoi ini," ujar Zaka menghampiri Aruta. "Beberapa Junoi memiliki keunikan mereka sendiri. Ini bukan pertama kalinya aku berhadapan dengan Junoi yang mengeluarkan darah."
Zaka perlahan mengangkat kepalanya dan melihat salah satu tangan Junoi itu yang putus masih ada di genggaman tangan durinya. Tangan Junoi yang putus itu meneteskan darah. Zaka mewadahi darah itu dengan tangan kanan-nya dan mendapat beberapa darah Junoi itu. Aruta melihat apa yang Zaka lakukan dan mengangkat kepalanya ke atas dan melihat tangan Junoi itu yang mulai menghilang menjadi asap.
"Meskipun mengeluarkan darah, struktur tubuh Junoi ini masih terbuat dari energi LYNK. Jadi kita masih bisa memanggil makhluk ini sebagai Junoi," ujar Zaka.
Di sisi lain, dengan gemetaran Junoi itu berusaha untuk bangkit. Junoi itu juga berusaha untuk menumbuhkan kembali kedua tangan dan kepalanya. Kedua tangannya pun perlahan-lahan tumbuh. Luka yang ada di kepala kanannya sembuh dan juga mulai menumbuhkan kembali kepala yang baru.
Di sisi lain, Zaka sedang sibuk bermain-main dengan darah Junoi itu yang membasahi telapak tangan kanannya. Aruta sendiri langsung berwaspada melihat Junoi itu mulai menyembuhkan diri. Aruta pun berancang-ancang untuk melaju namun tiba-tiba tangan kiri Zaka merentang dan menghadang Aruta seolah menyuruh Aruta untuk tidak maju ke Junoi itu.
"Ayo kita akhiri di sini saja," ujar Zaka.
Tidak lama kemudian, Junoi itu mulai merasa ada yang aneh di dirinya. Seluruh tubuh Junoi itu tiba-tiba membengkak dengan pembengkakkan yang tidak wajar. Seketika Junoi itu pun meledak dan menyemburkan darah yang sangat banyak seperti ember di wahana air yang penuh dengan darah. Darah Junoi itu pun membasahi sekitarnya. Dedaunan, tanah, dan batang pohon yang ada di area ledakan darah dari Junoi itu pun seketika bewarna merah. Junoi itu pun tiada.
Kedua tangan darah Zaka yang tadi memegangi tangan dari Junoi itu mulai berubah menjadi asap hitam dan menghilang.
"Dan... penyelamatan selesai," ujar Zaka kepada Aruta.
"Lalu bagaimana dengan darah-darah Junoi itu? Akan sangat menyeramkan jika ada Orang yang lewat daerah ini dan melihat darah-darah itu," ujar Aruta kepada Zaka.
"Tenang saja. Coba lihat darah-darah itu lebih teliti," ujar Zaka memasukkan kedua tangannya di saku celananya.
Aruta menyipitkan matanya dan berkonsentrasi melihat bekas darah dari Junoi tadi. Aruta pun melihat asap samar bewarna sedikit kehitaman yang sepertinya uap dari darah itu.
"Mau bagaimanapun, darah itu adalah bagian dari Junoi itu. Dan tubuh Junoi seratus persen terbuat dari energi LYNK. Jadi darah itu juga sebenarnya adalah energi LYNK dan akan ikut menghilang. Namun secara kebetulan, energi LYNK yang ada di Junoi ini sepertinya memiliki keunikan hingga menghasilkan objek. Jadi objek hasil dari energi LYNK tadi akan menghilang sedikit lebih lama," ujar Zaka kepada Aruta.
"Begitu ya... Aku tidak paham," ujar Aruta dengan wajah bodohnya.
"Ya intinya kau tidak perlu khawatir. Darah-darah itu akan menghilang nanti," ujar Zaka kepada Aruta.
Aruta pun hanya mengangguk.
"Junoi tadi menargetkan seorang anak kecil. Sepertinya Junoi itu mengira Anak kecil tidak akan bisa melakukan perlawanan jadi Junoi itu tetap maju walaupun masih siang begini," ujar Zaka.
Mendengar perkataan Zaka seketika Aruta teringat dengan Anak kecil tadi. Dari tadi Aruta dan Zaka terlalu fokus bertarung dan melupakan Anak itu.
"Tunggu, mana Anak kecil tadi?!" tanya Aruta menoleh kebelakang dan sedikit panik.
Zaka pun ikut menoleh ke belakang dan matanya mencari Anak kecil tadi.
"A-aku di sini," suara Anak kecil terdengar dari bawah.
Aruta dan Zaka pun menundukkan kepala dan melihat Anak kecil itu sudah ada di dekat mereka.
"Hah syukurlah," ujar Aruta menghela nafas.
Aruta mulai berlutut dengan satu kaki di depan anak itu dan memberikan senyuman hangat.
"Apa kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" tanya Aruta.
"Tidak," ujar Anak kecil itu dengan suara kecil.
"Syukurlah. Siapa namamu?" tanya Aruta.
"Leta!" jawab Anak kecil itu.
"Leta ya. Aku Aruta. Kau bisa memanggilku Kak Aruta. Di sebelahku adalah Kak Zaka." Zaka tersenyum hangat, mengeluarkan tangan kanan dari sakunya, dan memberi lambaian tangan kepada Leta.
"Kenapa Leta ada di tengah hutan sendirian? Di mana rumahmu?" tanya Aruta.
Namun bukannya menjawab pertanyaan Aruta, Leta malah mengarahkan jari telunjuknya menunjuk ke arah belakang Aruta dan Zaka.
"Di belakang Kakak!" ujar Leta.
"Ada apa? Monster tadi? Tenang, Kak Aruta dan Kak Zaka sudah mengurusnya. Dia tidak akan mengganggu Dek Leta lagi," ujar Aruta dengan nada lembut.
"Tidak, bukan dia. Di belakang Kakak!!"