Zaka dan Raven memakan isi keranjang itu dengan sangat cepat. Mereka begitu lahap memakan semua makanan itu.
Beberapa saat kemudian, Kuroto datang membawa sekantong plastik penuh dengan minuman.
"Halo halo! Aku kembali," saut Kuroto.
Betapa terkejutnya Kuroto saat melihat isi keranjang itu yang habis dimangsa oleh kedua anak kecil itu.
"W-wow cepat sekali. Kalian banyak makan ya," ujar Kuroto.
Namun walau begitu, melihat wajah imut mereka berdua yang belepotan dengan makanan sudah membuat hati Kuroto senang. Sendawa kecil pun keluar dari mulut Zaka.
"Aduh sepertinya kalian kenyang sekali ya. Minumlah ini untuk melancarkan perut kalian mencerna makanan-makanan itu," ujar Kuroto mulai mengeluarkan minuman dari isi kantong plastiknya.
Zaka dan Raven pun mulai menyerbu minuman itu dan meminumnya. Senyum kecil muncul di ujung bibir Kuroto melihat kedua Anak itu.
"Baiklah. Minumlah yang banyak. Dapatkan banyak gizi dan tumbuhlah dengan sehat agar menjadi penyihir yang hebat!" ujar Kuroto dengan penuh senyuman kepada Zaka dan Raven.
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Setelah mereka selesai minum minuman yang dibawa Kuroto, mereka mulai beres-beres dan kembali ke mansion. Raven disuruh oleh Wise untuk mandi sedangkan Zaka kembali ke kamarnya.
***
Tak terasa tiba-tiba hari sudah mulai petang seakan-akan matahari berlari menuju ufuk barat. Beberapa saat kemudian, cahaya mentari pun padam digantikan oleh cahaya rembulan.
Pada saat itu di dalam mansion, Zaka sedang memakan kue di dekat Gren. Wise sudah pulang sedangkan Kuroto sedang membeli makan malam. Haruki sendiri sudah bersiap untuk meninggalkan mansion dan pulang. Sebenarnya Haruki baru saja pulang dari misinya namun karena sudah larut, Haruki lebih memilih untuk langsung pulang saja.
"Selamat malam Zaka. Bu Haruki pulang dulu," ujarnya berpamitan kepada Zaka.
"Baik, hati-hati di jalan Bu," ujar Zaka.
"Hehe terima kasih ya Nak," ujar Haruki. "Oh ya Gren, jangan lupa janjimu," ujar Haruki kepada Gren.
"Janji? Oh, yang aku kalah taruhan waktu itu."
Beberapa waktu lalu, Gren pernah bertaruh dengan Haruki tentang makanan apa yang dibawa oleh Kuroto saat jam makan siang. Gren menebak Kuroto akan membawa ayam bakar sedangkan Bu Haruki mengatakan bahwa Kuroto akan membeli roti bakar. Gren sempat mengatakan bahwa ayam bakar sudah seperti belahan jiwa Kuroto yang tidak bisa terpisahkan. Mereka berdebat hingga akhirnya Gren memasang taruhan. Haruki tidak gentar sama sekali dan ikut memasang taruhan. Namun saat Kuroto kembali ke mansion, Kuroto datang dengan membawa roti bakar. Gren sempat terkejut dan bertanya kepada Haruki, bagaimana Haruki bisa tahu? Haruki menjawab bahwa Kuroto mengirim pesan bahwa dia akan membeli roti bakar dan bertanya apakah Haruki ingin titip. Gren pun hanya bisa mematung saat kalah taruhan dan berkata dia hutang dulu untuk uang taruhannya. Kuroto yang tidak tahu apa apa hanya bisa bertanya dengan polos, "Kalian kenapa?"
Kembali ke saat ini, wajah Gren pun seketika menjadi muram.
"Huhu uangku... " ujarnya mulai mengeluarkan uang dari dompetnya.
Tiba-tiba Haruki berkata, "Sudah tidak usah. Aku juga tidak suka berjudi."
"Uh? Serius?" tanya Gren.
"Ya, uangmu sudah habis diperas anak-anak," jawab Haruki dengan senyum tipis di ujung bibirnya.
"I-iya, enggak salah," ujar Gren.
"Yasudah, aku pulang dulu ya," ujar Haruki sembari berjalan keluar dari pintu mansion itu.
Gren sendiri sudah kadung berkeringat dingin duluan waktu Haruki membahas tentang pertaruhan tadi.
"Fiuh untung saja Dia cuma bercanda," ujar Gren sembari mengusap keringatnya.
Zaka sendiri hanya diam dan mengamati kelakuan Gren. Zaka melihatnya sembari mengulang pembicaraan Gren dan Haruki tadi di dalam pikirannya.
"Janji ya... " gumam Zaka.
Tiba-tiba mata Zaka terbelalak seperti mengingat sesuatu. Zaka melompat dari sofanya dan langsung berlari keluar. Gren terkejut dengan aksi Zaka yang sangat tiba-tiba itu.
"Hey Zaka, kau mau kemana?!" saut Gren memanggilnya.
"Aku ada janji dengan Raven. Aku pergi dulu!" saut Zaka menjawab Gren sembari terus berlari.
Saat Zaka sudah cukup jauh, Gren sadar bahwa Zaka tidak membawa senter dan hari sudah larut..
Gren pun langsung melesat dengan kecepatan tinggi mengambil senter yang ada di laci kamarnya. Setelah mengambil senter itu, Gren kembali melesat menuju depan mansion. Tangan Gren mulai berancang-ancang untuk melempar senter itu. Senter itu dipegang di tangan kanan Gren dan dari tangan kanannya, muncul samar-samar energi LYNK yang melapisinya. Gren pun melempar senter itu dan senter itu melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Di sisi lain, Zaka yang sedang berlari, menoleh ke arah Gren dan melihat senter yang melaju ke arahnya. Dengan sigap, Zaka berhenti dan bersiap menangkap senter itu. Saat senter itu sudah semakin dekat, Zaka pun melompat dan Dia berhasil menangkap senter itu dengan kedua tangannya di atas kepalanya. Setelah menangkap senter itu, Zaka pun menyalakan senternya dan lanjut berlari menjauh dari mansion.
"Terima kasih Pak!!" saut Zaka.
"Berhati-hatilah," ujar Gren dengan suara lirih sembari melihat Zaka yang berlari menjauh dari mansion.
Zaka terus berlari dan berlari. Dia mengingat janjinya dengan Raven.
***
"Bagaimana kalau nanti malam kita kesini?"
"Boleh."
***
Zaka sadar hari sudah larut dan gelap sedangkan Raven belum kembali di mansion. Raven mungkin masih menunggunya di padang rumput itu. Zaka mempercepat larinya hingga dia melewati Haruki yang sedang bersiap memasuki mobilnya. Haruki sempat terkejut melihat Zaka yang berlarian saat larut malam begini.
"Loh? Nak, mau kemana?" saut Haruki kepada Zaka.
"Ada janji dengan Raven, Bu!" saut Zaka menjawab Haruki.
"Hati-hati Nak!" saut Haruki kepada Zaka.
***
Setelah beberapa saat berlari, Zaka akhirnya sampai di jalan setapak yang menuju padang rumput itu. Zaka sendiri sudah kelelahan karena terus berlari hingga ke tempat ini dan memutuskan untuk melanjutkan dengan berjalan kaki di jalan setapak itu.
Sunyi sekali malam itu. Langkah demi langkah, Hembusan nafas, semua bisa didengar oleh Zaka. Bahkan Zaka mampu mendengar suara jangkrik yang berada di kejauhan. Sangat sunyi rasanya seperti hanya Zaka seorang satu-satunya manusia yang melewati jalan setapak itu pada saat itu.
Zaka masih berusaha memberanikan diri untuk melewati jalan itu. Dia memikirkan Raven yang mungkin masih menunggunya. Zaka terus berjalan dan beruntungnya selama berjalan, Zaka tidak menemukan kejadian yang tidak mengenakkan. Dia pun akhirnya sampai di jalan masuk padang rumput itu.
Tiba-tiba, suara ranting terinjak terdengar jelas di telinga Zaka dari arah belakangnya. Zaka pun memutar kepalanya dan langsung melihat ke belakang. Saat dia melihat ke arah belakangnya, Zaka tidak melihat apapun kecuali pepohonan biasa. Zaka mulai berfikir ini adalah keusilan dari Raven lagi.
"Hey apa Kau mencoba mengusili aku lagi? Itu tidak akan terjadi untuk kedua kalinya," ujar Zaka.
Tiba-tiba, ada sesuatu yang memegang tangan Zaka. Namun Zaka sendiri tidak terkejut pada hal itu karena kejadian sebelumnya.
"Tidakkah Kau mencoba untuk memperbarui trikmu? Aku sudah tidak terkejut lagi," ujar Zaka.
Saat Zaka kembali memutar badannya, matanya langsung terbelalak dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Bukannya Raven, Zaka malah melihat sesosok Junoi yang sedang memegangi tangan kanannya.
Zaka melihat sesosok wanita dengan wajahnya yang berkeriput. Hidungnya cukup panjang. Salah satu matanya hanya bewarna putih dan sepertinya buta sebelah. Badannya sangat kurus hingga tulangnya terlihat, bahkan kakinya tidak memiliki kulit dan hanya tulang. Serta sosok itu memiliki kuku-kuku tangan yang panjang. Tangan kiri sosok itu memegang tangan kanan Zaka sedangkan tangan kanannya memegangi sebuah lesung.
"Apa kau tersesat, Anak kecil? Biar kuantar ke rumahku. Kau bisa menginap satu malam di sana," ujar Junoi itu.