Chereads / Nusantara Juvenile War [AU] / Chapter 2 - CHAPTER 01

Chapter 2 - CHAPTER 01

"Sial, tak kusangka pak tua bangka itu setuju. Kalau begini mah aku terpaksa harus hadir. Tapi gapapa juga, hanya perlu bertanding kan?. Masuknya juga gratis, dapat untung 20% dari masuk tv. Dan lagi, dapat makanan kantin gratis. Sebenarnya aku hanya mau meminta karinya, tapi yang lain juga enak. Hm, ini mah satu dayung dua tiga pulau terlampaui hehehe."

Lya melewati bawah jembatan untuk sampai ke rumahnya dengan melompat senang. Tapi kemudian senyum lebarnya itu menghilang tiga anak SMP yang tampak mengganggu nenek penjual air pinggir jalan dan dua perempuan yang merekam

"Hey nek berikan kami uang. Kami mau mendaftar NJW, kau tak mau melihat anak-anak seperti kami sukses ha?."

Ah ya ada peraturan khusus dalam NJW. Dimana mereka yang masih dibawah umur dilarang bergabung kecuali dengan membayar seharga 800 ribu. Sementara anggota NJW sekarang didominasi oleh mahasiswa-mahasiswi yang mendapat sponsor dari kampus mereka

"A-aku tak punya uang sebanyak itu."

"Ha?!. Hoy nek berikan saja yang kau punya!."

Lya mengambil sebuah ranting lalu dilemparnya. Tiga anak itu menengok dengan marah

"Hoo siapa kakak ini ha?."

"Berhenti mengemis, kalian terlihat lebih buruk." Ejek Lya

"Apa?!."

Salah satu dari mereka maju melayangkan tinjunya tapi dengan mudah Aria menahan kepalanya

"Astaga, tanganmu pendek sekali."

Lya melayangkan lututnya membuat hidung anak itu berdarah dan terjatuh

"Siapa lagi?."

Lagi satu anak maju, masih dengan wajah datarnya Lya menarik jaket anak itu hingga dia terlilit kemudian memukulnya brutal hingga jatuh. Satu anak maju lagi, dengan cepat Lya menarik ikat pinggangnya kemudian dihajarnya anak itu

Ctass Ctass bruk

"Kyaa!." Kedua anak gadis itu berteriak histeris saat Lya menengok pada mereka

Belum lagi Lya maju, kedua anak gadis itu berlari kabur

"Hoy bangun. Sana pulang. Jangan membuat orang tuamu repot. Kalau memang mau masuk NJW belajarlah dengan giat supaya masuk kampus bagus yang bakal mensponsori kalian, paham?."

Ketiga anak laki-laki itu mengangguk kemudian kabur tertatih-tatih. Lya mengibas tangannya kemudian mengambil satu air nenek tadi lalu meminumnya

"Anu…"

"Oh saya bayar kok. Tenang aja hehe."

"Bukan itu. Kau sepertinya anak baik-baik."

"Ah maksud nenek bukan anggota pertandingan itu?. Ya saya bukan. Tapi kampus ku memaksa untuk ikut." Ujar Lya

"Jadi kau pandai beladiri?."

"Entahlah. Saya pernah berlatih dulu waktu kecil tapi sekarang berhenti karena mau fokus kuliah. Eh ternyata dunia sudah berubah. Dan lagi anak-anak tadi sebenarnya lemah. Nek lain kali kalau anak-anak itu datang nenek harus lawan, karena generasi nenek lebih kuat. Oke?."

Nenek itu tersenyum

"Dan lagi jangan berjualan di bawah jembatan begini, banyak preman. Nah saya bayar lebih buat makan malam nenek. Saya pamit, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, terimakasih banyak nak."

Lya tersenyum kemudian pergi setelah membuang botol air kosong tadi

~•~

"Kau gila?!."

"Erkk… hehe."

"Kampus sialan bisa-bisanya memaksa anak muridnya ke pertandingan mematikan itu!. Biar ku datangi!."

"Aish gak usah kak. Gapapa kok. Aku sendiri yang menerima. Lagian aku mendapat makanan kantin gratis, nanti ku bawa pulang deh." Ujar Lya meyakinkan

Di rumah dia hanya tinggal berdua dengan kakaknya. Orangtuanya sudah tak ada dan mereka hidup sederhana

"Hahh, sebenarnya kamu mengiyakan permintaan rektor mu itu bukan sekenanya kan?." Ujar sang kakak

"Entahlah. Aku sudah beberapa kali ditanya dan entah kenapa jawabanku hari ini tak membebaniku. Kalau begitu aku masuk ke kamar dulu ya."

Lya meninggalkan sang kakak yang menghela nafas lelah. Keesokan harinya dia menjadi bintang utama penting yang diurus dosennya

"Lya, ibu senang kamu mau mendaftar."

"Iya." Jawab Lya singkat

"Hehe jadi biodata kamu sudah ibu kirimkan ke pihak NJW. Malam sabtu nanti kamu sudah bisa datang. Ah apa kamu sudah ada persiapan?."

"Entahlah. Sudah kan, bentar lagi masukan "

"Oh ya silahkan."

Lya kemudian keluar dari ruang dosen tersebut. Indonesia terkenal dengan sebutan 'tawuran' dan kebanyakannya adalah anak-anak diatas umur. Tapi sudah setengah tahun sejak NJW hadir, tawuran atau berita-berita tentang kejadian mengerikan anak remaja tak pernah muncul lagi

Mereka sadar kalau bertarung di NJW lebih bermanfaat karena menghasilkan uang. Kekurangannya, anak-anak yang awalnya melakukan tawuran dengan kejahilan semata merembet menjadi lebih kuat dan berbahaya

"Entah keberuntungan atau malapetaka yang sedang terjadi saat ini. Hahh, biarkan saja Lya."

"Hey Lya!. Pemula NJW disini guys!!."

"Sialan."

TO BE CONTINUE>>>