Chereads / Nusantara Juvenile War [AU] / Chapter 6 - CHAPTER 05

Chapter 6 - CHAPTER 05

Setiap anggota NJW pasti memiliki ceritanya masing-masing. Seperti Lya yang masuk untuk main-main semata tapi tak tertarik dengan hadiahnya. Noah yang menjadikan pertandingan itu sebagai pelampiasan dan Brian yang hanya ingin mendukung sahabatnya. Galileo yang mencari orang yang melukai sahabatnya

Tapi juga ada yang memang masuk untuk hadiahnya. Entah untuk kepentingan mereka semata, atau untuk suatu hal yang penting. Layaknya Aru, dia tak punya pilihan lain selain mengikuti pertandingan itu demi mencari biaya untuk pengobatan adiknya

Kring

"Bang aku datang!."

Lino menengok lalu menaruh barbel di tangannya. Aru dan Lya adalah satu-satunya anggota NJW yang dia latih karena memiliki alasan pribadi, bukan untuk menjadi anak nakal

"Harusnya tak usah datang saja. Adikmu kasian di rumah sakit." Ujar Lino mengeluarkan rokoknya

"Haha tak boleh begitu dong. Lagipula masih ada nenek yang menemaninya. Tenang saja, hari ini abang gak usah ngelatih aku. Aku mau melatih otot ku sendiri." Ujar Aru kemudian berlari menuju ruang ganti

Lino hanya memerhatikan sambil menyesap rokoknya. Disisi lain, Lya dengan sang kakak tengah mengunjungi sebuah rumah sakit tempat teman kakaknya dirawat

"Kak Mawar tiba-tiba masuk rumah sakit?!." Kaget Lya

"Huft iya. Dia itu punya penyakit lambung tapi selalu ditahan demi pekerjaan. Kalau saja tak ketahuan kemarin dia mungkin masih mengerjakan pekerjaan kantor." Jelas Rania

Lya merinding. Keduanya kemudian masuk ke lift dan sampai di ruang inap

"Mawar aku datang!."

"Eh sudah kubilang tak usah datang!." Seru Mawar yang mendapat jitakan dari teman kampusnya itu

Lya menatap datar dan memilih untuk memotong buah sementara kedua wanita itu asyik bercengkerama. Tiba-tiba pintu terbuka. Laki-laki itu terdiam bertatapan dengan wajah datar Lya

"Ouzi kamu darimana aja?." Tanya Mawar menyadarkannya

"Ah ini beli bubur."

Pantas keduanya merasa familiar. Mereka bertanding di NJW di malam yang sama

"Oh ya kalian belum ken-."

"Udah!." Mawar mengatupkan mulutnya

Lya ke tengah dan menaruh sepiring buah apel yang sudah dia potong

"Kakak bilang dong kalau mau datang, harusnya ku belikan makanan tadi." Ujar Ouzi pada Rania

"Haha gak usah. Kami kan bawa buah."

"Gak boleh gitu. Nah, kalian berdua kan udah saling kenal. Gimana kalau pergi beli makanan?." Kata Mawar

Keduanya saling tatap. Ouzi tak mungkin menolak perintah kakaknya. Lya juga untungnya sedang bosan. Akhirnya mereka berdua keluar tanpa mengatakan apapun

Tiba-tiba di lift Ouzi menyerang Lya. Lya yang tau itu akan terjadi menarik tangan Ouzi yang hendak menyerangnya lalu mengunci pergerakannya ke dinding dengan menyeringai. Untungnya lift tengah kosong

"Aku bisa membaca pergerakan mu tau."

Ouzi berdecak kesal. Lift terbuka mengejutkan orang-orang diluarnya. Lya sontak merangkul laki-laki itu

"Hehe adik saya memang tak bisa diam. Ayo beli cemilan!. Permisi hehe." Ujar Lya

Ouzi melirik kesal, sayangnya dia memang lebih muda

"Ck lepaskan!."

"Santai dong. Sekolah dimana kau?." Tanya Lya

"STM."

"Hee tempatku dulu!. Hey hey apa banyak yang berubah?. Bagaimana kabar pak Bagas, dia masih menggunakan rambut palsu tidak?." Ujar Lya hampir membuat Orbit tertawa

"Ya masih."

"Hahaha!. Aku ingat dulu waktu kelas 11 dia datang ke ruang praktek yang berangin dan rambut palsunya terbang. Hahaha!. Aku tak pernah melupakan hari itu." Tawa Lya. Ouzi terkekeh

Keduanya saling tatap dengan tersenyum tapi kemudian terkejut mendengar suara ribut

"Cucuku!."

Lya mengejar Ouzi yang langsung berlari ke tempat teriakan, yaitu ruang UGD. Terlihat orang-orang berbaju hitam menodongkan sebuah pistol ke arah kerumunan sementara di sebuah ranjang masih ada seorang gadis yang masih koma

"Mundur atau ku tembak!."

Dan temannya yang lain mencoba menculik anak itu. Lya dan Ouzi saling tatap sambil mengangguk

"Hey pak tenanglah. Mana bisa melakukan ini di rumah sakit." Ujar Lya seraya maju perlahan

"M-mundur!."

Lya menaruh ujung pistol itu di dahinya mengejutkan semua orang

"Lakukan."

Tangan pria itu bergetar membuat Lya menyeringai. Dia langsung memutar tangan pria itu hingga pistolnya terlempar

Seorang temannya lagi maju hendak membantu tapi Ouzi muncul dari belakang dan langsung membantingnya. Suara sirene polisi pun muncul

"Untuk apa menculik anak kecil?. Mau kau jual?. Matamu dulu sini." Lya meraih wajah pria itu lalu ia hantupkan ke dinding hingga retak dan berdarah-darah

Orang-orang histeris. Kedua pria itu tak sadarkan diri. Nenek yang berteriak tadi langsung berlari mengunjungi cucunya disusul seorang laki-laki

"Nek!."

"Aru!. Astaga kemana saja kau?!."

Kedua pria itu diserahkan kepada pihak polisi. Ouzi meringis melihat dinding yang retak

"Ah hanya retak sedikit kok."

"Matamu!."

"Kalian."

Keduanya menengok

"Terimakasih sudah menolong adikku." Ujar Aru. Ouzi mengangguk

"Apa kita pernah bertemu?. Di gym bang Lino." Aru tersentak dan baru mengingat wajah mereka berdua

"Rupanya kalian anggota NJW." Ucapan Aru membuat semua orang terkejut

Walaupun tindak kriminal dan tawuran sudah berkurang, tapi anak-anak NJW itu lebih memilih mati untuk mendapatkan uang tanpa memedulikan orang-orang yang membutuhkan disekitarnya. Justru NJW juga banyak melahirkan anak-anak kurang ajar yang semakin kuat

Sayangnya pemerintah sama sekali tak melihat itu

"NJW?. Mereka anak-anak dari pertandingan menyeramkan itu?."

"Aku sudah menduga sih."

"Kalian mau ku traktir?." Ketiganya pun sampai di kursi luar depan rumah sakit sambil makan pentol

"Adikmu kenapa?." Tanya Lya

"Ah penyakit turunan. Aku harus mencari uang atau dia tidak akan di operasi." Jawab Aru

"Jadi itu alasan mu masuk NJW?." Aru mengangguk

'Pantas saja bang Lino mau melatihnya'

"Sekali lagi aku berterimakasih. Kali ini aku lalai." Ujar Aru

"Bagiku kau adalah kakak terbaik. Mau masuk ke pertandingan mematikan seperti itu untuk adikmu. Dia berhutang nyawa denganmu." Kata Ouzi

Aru terkekeh. Handphone Lya berdering dan seketika wajahnya menjadi merinding melihat nama sang penelepon

"Kenapa gak dijawab?."

"Yang ada aku bisa tuli. Ouzi kita harus kembali." Ouzi mengangguk

Aru menatap punggung mereka berdua hingga menghilang ke dalam lift. Sama seperti orang-orang dia tak menyangka ada anak-anak NJW yang berbeda

'Mungkin … aku bisa berteman dengan mereka?'

~•~

Akhir pekan pun datang. Seperti biasa orang-orang sangat antusias. Berbeda dengan Lya yang ogah-ogahan berjalan kaki kesana kalau saja tidak ditelpon Brian secara beruntun

"Hahh, dinginnya. Harusnya tadi aku tak usah mandi nanti berkeringat lagi juga."

Lya menghentikan langkahnya menyadari dia masuk ke gang kecil yang sepi, tapi bukan itu. Dia mendengar suara langkah kaki yang mengikuti kakinya kemudian ketika dia berhenti suara itu juga berhenti

"Ck si-."

BRAK

Lya terbatuk-batuk setelah dibanting oleh orang yang tak ia kenal

"Siapa kau?."

Orang itu menyeringai kemudian berlalu begitu saja

"Lemah ternyata."

Lya meringis memegang perutnya hingga orang itu menghilang dari pandangannya

"Ck menyebalkan."

Dengan cepat dia pun sampai di arena walau bisa dibilang terlambat karena acaranya sudah dimulai. Disana dia melihat laki-laki songong yang tiba-tiba membantingnya di jalan tadi. Sepertinya dia ahli judo

"Ingin ku hajar wajah songong nya itu tapi ya sudahlah, kasihan." Gumam Lya

"Yak semuanya!!. Kembali lagi dalam acara kebanggaan kita semua, Nusantara Juvenile War!!!."

"HOO!!."

Lya menatap malas dan menengok pada dua orang yang baru tiba

"Lya!!. Astaga kau cepat sekali datang!." Jerit Brian yang langsung didorong Lya

"Kalian yang lambat."

Sejak kejadian penolakan memalukan dua hari yang lalu, Noah terlihat malu-malu dan memilih bersembunyi dibelakang Brian

"Untuk pertandingan pertama mari kita sambut anak miliarder yang ahli taekwondo, GALILEO!!. Melawan sang penakluk SMA, WIJAYA!!!."

"Wah tubuhnya semakin besar ya." Komen Brian

Wijaya Harun adalah orang yang paling ditakuti tingkat SMA. Padahal masih 18 tahun tapi tubuhnya sangat-sangat besar. Dia punya ayah yang merupakan atlet Jeet Kune Do. Kekuatan fisiknya juga luar biasa karena tak hanya mengalahkan lawan secara fisik tapi juga mental

Mereka yang sudah melawannya mengaku tak sanggup dan memilih menjadi budaknya daripada terus bertarung. Tapi itu tak berlaku untuk Galileo

"Kalian kira siapa yang akan menang?." Tanya Brian

"Galileo." Jawab keduanya. Brian tersenyum kikuk

"Alasan?."

Keduanya sama-sama mengangkat pundaknya

"Kalian cocok ya."

"Tidak!."

Noah dan Lya saling tatap dengan kesal membuat Ryan tertawa

"Apa-apaan mata itu?. Hey kak, setidaknya kau harus menunjukkan kasih sayang pada anak yang lebih muda darimu." Ujar Wijaya

Galileo tak gubris, tepat ketika bel berbunyi disusul teriakan Tarot laki-laki dengan mata layaknya elang itu langsung melesat menyerang. Wijaya menyeringai merasa serangan Galileo tak berasa padanya, dalam sekali tendangan laki-laki elang itu terhempas hingga pagar ring

"Hahaha!. Bagaimana bisa kau menjadi lawanku?. Pertandingan ini tak adil kan?. Haha iya, kesenangan itu tak adil. Aku akan sampai ke puncak atas kemudian mengambil hadiahnya dan aku bisa menguasai seluruh sekolah serta membuat semua perempuan menjadi milikku!." Seru Wijaya

Lya dan Beian menatap jijik. Wijaya mendekat ke ujung ring dan tersentak tak menemukan Galileo disana

"Lihat kemana kau?."

Wijaya cepat-cepat berbalik dan menahan serangan tiba-tiba Galileo. Tapi tangan Galileo yang kosong langsung menusuk kedua mata Wijaya hingga ia mundur

Selagi Wijaya sibuk dengan matanya yang perih, Galileo berlari dengan cepat kemudian meninju dagu Wijaya telak hingga terbang. Semuanya terpukau

Galileo melompat kemudian menghempas Wijaya hingga jatuh membuat ring retak. Semuanya hening

"10… 9… 8… 7… 6…"

"Aku belum-." Wijaya membeku melihat mata Galileo yang bercahaya dingin dan menyeramkan di antara asap

"A-aku kalah."

"Pemenangnya ialah … GALILEO!!."

Orang-orang berseru. Galileo menutup matanya merasa lega kemudian berlalu menuju ruangan para pemain

"Wah tebakan kalian benar dong." Ujar Brian cengo

Lya terkejut saat seseorang menyentuh pundaknya

"Oh Aru!. Ouzi!."

"Baiklah semuanya, mari tunggu iklan ini untuk menonton pertandingan selanjutnya!."

"Kalian, mau ku traktir?."

Mereka berlima pun keluar dan membeli pentol. Lya menjelaskan tentang mereka berdua dan tak sengaja bertemu kemarin

"Wah pentolnya enak!." Seru Brian kesenangan. Noah mengangguk setuju

"Hey apa kakakmu tau kau ikut ini?." Tanya Lya. Ouzi menengok

"Iya. Dia menonton kok."

Lya mengangguk

"Weh weh!." Panggil Brian

Semuanya menengok pada laki-laki yang lewat, Galileo. Brian hendak menegur sebelum seorang laki-laki lainnya datang dan langsung menghajarnya membuat mereka terkejut

"Dia lagi." Ketus Lya

Laki-laki itu menarik Galileo dan sepertinya berbisik, merasa ditonton dia langsung pergi dari sana sementara Galileo membersihkan pasir dari bajunya

"Pakai ini."

Galileo menengok pada Ethan yang memberikan handuk basah

"Bekasmu kan?."

"Ck kalau tak mau ya sudah." Galileo langsung merampas handuk itu untuk mengompres lebam di wajahnya

"Hey kau kenal laki-laki itu?. Menyebalkan. Dia alasanku datang terlambat tadi." Dumel Lya

"Hm. Namanya Juan. Kami satu kampus. Dia memang sangat suka mengetes kekuatan seseorang dan sepertinya kau mendapat ejekan darinya." Lya mengangguk dengan kepala berasap dan Brian mencoba meredakan asap tersebut, sementara Ouzi menatap datar keduanya

"Hanya itu?. Betul hanya karena kalian satu kampus?. Dia terlihat mengenalmu." Ujar Aru

Galileo diam. Tiba-tiba terdengar suara Tarot membuat mereka dengan cepat kembali masuk

"Kali ini giliran dia." Ujar Galileo mulai serius ketika Juan menaiki ring

"Aku harap dia kalah sajalah." Gumam Lya yang mendapat anggukan Brian

"Tidak. Kalian tak mengenalnya."

TO BE CONTINUE>>>