Mereka saling bertatapan beberapa saat hingga gadis itu akhirnya berbicara.
"A-aku...,a-aku..."
Dia terbata-bata, menggertakkan giginya dan tubuhnya gemetar hebat.
"Tenangkan dirimu. Bicaralah secara perlahan. Jika ada yang tidak ingin kamu katakan maka jangan katakan, aku tidak akan memaksamu," ucap Ren dengan iba.
Gadis itu tetap diam hingga Ren berbicara lagi.
"Aku bukannya akan marah padamu atau semacamnya, aku hanya ingin mendengar ceritamu. Kenapa anak SMP sepertimu bisa bekerja ditempat seperti ini?"
Ren bertanya pada gadis itu dengan lembut. Ren berpikir jika dia bersikap kasar dan dingin maka gadis ini mungkin akan hancur sepenuhnya.
"A-aku yatim piatu.."
Dia menjawab dengan suara serak dan mulai menangis.
Ren yang menyadari sulitnya situasi anak ini berusaha menenangkannya.
"Tidak apa-apa, jika menceritakan itu membuat hatimu sakit maka jangan ceritakan. Aku tidak masalah.."
Dia memasang ekspresi pahit di wajahnya. Yatim piatu? Ren tahu dengan jelas betapa sakitnya hal ini.
"T-tidak apa-apa, a-aku akan menceritakannya.."
Gadis itu lalu menceritakan apa yang dia alami selama ini dimulai dari awal.
Nama gadis itu adalah Violet Mikoto. Dua tahun lalu, saat dia merayakan hari ulang tahun ke-10 bersama keluarganya terjadi sebuah insiden. Saat keluarganya hendak kembali ke rumah dari pergi berlibur setelah merayakan pesta ulang tahun, mobil yang mereka kendarai mengalami kecelakaan tunggal dan akibatnya kedua orang tua serta adik laki-lakinya yang masih berusia 7 tahun meninggal dunia. Violet yang menjadi sendirian setelah ditinggalkan kedua orang tua dan adiknya merasa terpukul dan mengalami trauma berat akibat kejadian itu. Lalu, sehabis pemakaman keluarganya, hal "itu" terjadi. Bukannya dia mendapat bantuan tapi dia yang masih syok harus mengalami kejadian pahit lainnya.
Disaat dia kembali ke rumah dari pemakaman sambil hujan-hujanan, dia dihalangi-halangi oleh orang asing. Dan, disaat dia memaksa masuk ke lingkungan rumahnya, rumahnya telah dikuasai oleh orang lain. Ya, orang-orang itu adalah keluarga besarnya, saudara dan saudarinya serta paman dan bibinya. Mereka menatap Violet dengan tatapan layaknya melihat sampah dan ekspresinya penuh rasa jijik dan penghinaan. Mereka menyalahkan Violet atas kecelakaan itu, mereka juga menganggapnya sebagai pembawa kemalangan yang menewaskan penerus keluarga Mikoto, yaitu ayahnya. Lalu akhirnya, mereka mengusirnya dari rumahnya. Tidak ada apapun yang bisa dia bawa dari rumah itu, kecuali tas sekolahnya yang berisi buku-buku sekolah dan dua koper berisi baju-bajunya dan perlengkapan sekolahnya. Satu-satunya hal lain yang dapat dia bawa adalah foto keluarga terakhirnya. Satu-satunya peninggalan keluarganya di masa lalu.
Setelah pengusiran itu, Violet luntang-luntung di jalanan lingkungan sekitar rumahnya tanpa tujuan, dia membolos sekolah dan tidur di taman terdekat. Hal itu terus berlanjut hingga beberapa hari kemudian ada seorang wanita tua yang menemukannya. Dia adalah kenalan lama kedua orang tuanya. Wanita tua itu lalu membawa Violet dan mengajaknya tinggal bersama setelah mendengar cerita dan apa yang terjadi setelah pemakaman kedua orang tua Violet. Jadilah Violet tinggal bersama wanita tua sambil membantu-bantu dengan bekerja di warung makan kecil yang wanita tua itu kelola hingga dua tahun lamanya, tepatnya sampai pertengahan tahun pertama semester pertama SMPnya. Dan akhirnya hal itu terjadi lagi. Wanita tua itu meninggal dunia karena sakit yang dia derita, dan anak perempuan wanita itu bersama suaminya mengambil alih warung makan dan properti termasuk rumah wanita tua tersebut sebagai warisan. Anak wanita tua itu tahu keberadaan Violet yang menumpang di rumah mendiang ibunya, tapi sayangnya dia tidak bisa memperkerjakan Violet seperti mendiang ibunya karena menganggap dia dan suaminya sudah cukup untuk mengelola warung makan kecil semacam ini. Jadilah Violet diminta keluar oleh anak wanita tua tersebut dan dia kembali luntang-luntung sendirian di jalanan. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas meninggalnya wanita tua itu, dan mengutuk keberadaannya sendiri. Lalu, setelah beberapa hari luntang-luntung di jalanan, dia ditemukan oleh seseorang berjas hitam yang tak dia kenal dan orang berjas hitam tersebut menawarkannya sebuah pekerjaan dengan tempat tinggal gratis. Ya, dan pekerjaan itu adalah di tempat "hina" semacam ini. Dia dijadikan pelayan untuk memuaskan fetish dan nafsu orang-orang gila. Dia menjalani hidup semacam ini selama dua bulan hingga Ren datang dan mengacaukan tempat tersebut.
Setelah mendengar cerita panjang ini yang memakan waktu hampir satu jam lamanya, Ren hanya bisa membalas cerita penuh rasa sakit itu dengan tatapan sedih.
"Aku mengerti perasaanmu, itu pasti berat. Kamu telah melakukan yang terbaik untuk bertahan hidup..."
Dia menepuk-nepuk kepala gadis itu. Bagaimanapun juga, sebagai seorang yatim piatu Ren sangat mengerti penderitaan itu. Bedanya dia dengan gadis itu adalah Gilbert yang menolongnya tidak pergi meninggalkannya, tidak seperti wanita tua itu yang akhirnya pergi sehingga Violet menyalahkan dirinya sendiri.
"....tapi tetap saja, apa yang kamu lakukan itu salah, kamu mengerti hal ini kan?"
Ren lalu mendekap kepala gadis itu dan menaruhnya di dadanya lalu dia mengusap punggung gadis yang rapuh itu dengan lembut untuk memberinya ketenangan.
Gadis itu lalu menangis histeris di dada Ren.
"H-hiks..."
"M-maaf ayah, ibu, Rui, Nyonya Miyu. Ma-maaf, maaf.."
"Maaf karena aku kalian menemui kematian. Maaf karena aku, kalian jadi hidup menderita. Maaf, maaf..."
Dia terus menangis dengan air mata mengucur deras. Ren yang menjadi tempat tangisan itu hanya bisa mengusap punggung gadis itu untuk terus memberinya kenyamanan. Dia tahu kalau dia tidak seharusnya menenangkan gadis itu sekarang. Biarkan saja dia menangis terlebih dahulu, biarkan dia meluapkan semua emosi yang selama ini dia pendam.
Tangisan itu berlangsung hingga sekitar 20 menit lalu dia berhenti sambil terengah-engah akibat banyak menangis. Ren lalu menciptakan botol berisi air mineral dan menyerahkannya ke gadis itu dan dia meminumnya. Gadis itu pun perlahan kembali tenang.
"Apa kamu sudah tenang sekarang?"
Dia menatap gadis itu yang masih menaruh kepalanya di dada Ren. Dia tahu kalau mata gadis itu masih sangat merah karena menangis tanpa perlu melihatnya.
"Y-ya..., maaf saya telah mengotori pakaian Anda..."
"Yah, tidak masalah.., itu semua bukan salahmu, semua yang terjadi adalah takdir. Jadi, jangan menyalahkan dirimu sendiri, mereka pasti sedih saat melihatmu seperti ini dari tempat yang jauh. Ngomong-ngomong, ayo kita duduk dulu"
Dia mengacak-acak rambut gadis itu sedikit dan kembali duduk di kursi serta dia menciptakan kursi dengan "sihir" untuk gadis itu duduk.
"Selama dua bulan bekerja disini, selama dua bulan lamanya sudah berapa orang yang kamu layani?" Ren bertanya dengan lembut.
"I-itu, saya tidak tahu pastinya, mungkin lebih dari 20? Saya tidak menghitungnya"
Violet menjawab pertanyaan Ren dengan suara pelan dan serak, tapi Ren masih bisa mendengarnya dengan jelas. Bagaimanapun juga tubuhnya bukan lagi manusia biasa dan inderanya sangat sensitif akibat pelatihan militer yang seperti neraka dan melalui banyak medan perang.
"Apakah ada yang melakukan sesuatu yang aneh padamu? Misalnya melecehkanmu," Ren bertanya lagi.
"T-tidak, mereka tidak melakukan itu, memangnya kenapa?" balasnya.
"Hm, tidak apa-apa. Aku hanya berpikir untuk membunuh mereka satu persatu jika ada yang melakukan hal itu bahkan jika kamu tidak mengingatnya, aku bisa membuka paksa masa lalumu. Syukurlah tidak ada orang bodoh yang melakukan itu, setidaknya mereka masih waras atau kalau tidak mereka akan mati secara sosial karena melakukan tindakan pedofilia atau mati secara harfiah ditanganku" balas Ren santai.
"T-tolong jangan lakukan itu.."
Violet merasa merinding di sekujur tubuhnya. Orang di depannya mengatakan kalau dia akan membunuh orang lain dengan begitu mudahnya.
"Lalu apa yang dilakukan orang-orang itu?"
Ren bertanya lagi.
"Ah itu..., Mereka memintaku memakai kostum bunny girl dan maid . Mungkin mereka meminta itu untuk memuaskan fetish yang mereka punya, itulah yang aku pikirkan," jawab Violet.
"Fetish ya? Menjijikkan," balas Ren sambil memasang ekspresi jijik saat mendengar itu.
"I-itu tidak terlalu menjijikkan bukan? Menurutku tidak masalah, semua orang pasti mempunyai fetish mereka masing-masing terutama jika itu laki-laki"
Violet memandang Ren seolah mengatakan perkataan Ren aneh.
"Jangan memandangku begitu, aku tidak punya hal semacam itu"
Ren membalas pandangannya dengan tatapan lelah lalu Violet tergagap.
"Maaf.., saya tidak bermaksud kasar"
Merasa suasanya akan menjadi canggung maka Ren memutuskan untuk mengganti topik.
"Lupakan itu. Jadi, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Aku tidak akan membiarkanmu ada di tempat seperti ini"
"U-um saya tidak tahu..."
Violet membalas dengan suara penuh kesedihan. Dia tidak memiliki tempat tinggal apalagi tempat untuk jiwanya yang lelah beristirahat.
"Karena kamu tidak memiliki tempat tinggal, bagaimana jika mencari orang tua asuh atau mungkin panti asuhan? Aku bisa membantumu jika kamu mau"
Ren mencoba memberi saran, tapi sarannya langsung ditolak mentah-mentah.
"Saya menolak. Saya tidak mau punya orang tua asuh, orang tua saya cuman kedua orang tua yang telah meninggal. Dan saya pikir panti asuhan akan tidak berguna karena saya sudah diusia 12 tahun"
"Hm begitu. Jawabanmu mirip denganku dulu, hehe. Lalu, kamu mau melakukan apa? Apa kamu punya ide?"
"T-tidak.., maaf..."
Ren yang langsung mendapat jawaban seperti itu menghela nafas lelah lalu dia memutuskan telah sesuatu.
"Kalau begitu, ikutlah denganku. Aku punya rumah di Jepang karena aku bersekolah di Tokyo, aku juga akan membiayai biaya sekolah dan kebutuhan hidupmu"
Ren mengulurkan tangannya pada Violet, tapi Violet tampak ragu-ragu.
"Kenapa Anda mau membantu saya? Kita tidak mempunyai hubungan apapun kan?"
Ren yang mendapat pertanyaan seakan-akan dia dicurigai mempunyai tujuan tertentu, hanya bisa menghela nafas lelah. Dia berpikir seberapa buruk dia sebenarnya di mata orang lain.
"Jangan salah paham begitu. Aku membantumu karena aku pernah mengalami hal yang sama denganmu. Keluargaku meninggal dalam sebuah tragedi lalu aku diadopsi hingga saat ini. Tapi, itu berbeda denganmu kan? Luka kita sama, tapi jalannya sedikit berbeda, itulah kenapa aku membantumu"
Mendengar jawaban Ren, Violet menatapnya dengan tatapan curiga yang masih sama.
"Apa yang bisa saya lakukan untuk membalas kebaikan ini? Tentu saja saya akan menolak jika Anda menginginkan tubuh saya," katanya dengan tegas dan memasang ekspresi jijik.
Ren yang mendengar ini mengeriyitkan alisnya dan berkata,
"Aku tidak menginginkan tubuh seorang bocah sepertimu. Lagipula aku tidak peduli hal-hal semacam itu, dan jangan memandangku dengan tatapan merendahkan begitu, gadis kecil sialan. Jika kamu ingin membalas budi, kamu bisa melakukan pekerjaan rumah di rumahku, itu akan membantuku karena ukuran rumahku terlalu besar"
Ren membalas tatapannya dengan tatapan kesal dan Violet yang mendengar jawaban ini tersenyum kecil.
"Baiklah, baiklah, saya hanya bercanda, jangan marah begitu. Yah, saya pikir tidak masalah, tidak itu pasti bagus. Saya akan berada dibawah penjagaan Anda, Alpha-sama. Tolong jaga saya mulai sekarang"
Violet lalu mengambil uluran tangan Ren dan mereka akan hidup bersama sejak saat ini.