Ren memutuskan untuk menelepon Kiba setelah meluruskan kesalahpahaman dengan Violet.
"Selamat malam, Kiba-san," ucap Ren memberi salam hangat.
Tapi, balasan yang dia dengar adalah Kiba menelan ludah kering.
"Ada apa? Sepertinya kamu gugup," ucap Ren lagi.
Lalu, Kiba berdehem untuk mengalihkan pembicaraan dan membalasnya.
"Selamat malam, Ren-san. Ada apa meneleponku malam-malam begini?" tanya Kiba.
"Aku membutuhkan bantuanmu, lebih tepatnya bantuan ayahmu, Fuka Suzuki," jawab Ren.
Kiba yang mendengar nama ayahnya disebut langsung tercekat dan buru-buru membalasnya.
"Bisa kamu jelaskan permintaan bantuan macam apa yang kamu inginkan?" tanya Kiba.
Lalu, Ren menjawabnya dengan tenang,"Dengarkan ceritaku baik-baik."
Dia pun menceritakan apa yang terjadi. Mulai dari setelah berpisah dengan Kiba dia menuju sebuah diskotik milik Yakuza dan mengetahui kalau anak-anak dibawah umur dipekerjakan di tempat itu hingga dia yang menghukum mati para eksekutif yang memegang diskotik tersebut dan menyelamatkan anak-anak itu dari tempat yang busuk tersebut. Tentu saja, dia tidak menjelaskan tentang pekerjaan yang dia berikan pada Yakuza untuk mencari informasi keluarga assasin, Ren akan menjelaskannya nanti saat semuanya sudah siap.
"Begitu, aku mengerti ceritamu. Jadi, permintaan macam apa secara spesifiknya yang kamu inginkan?" tanya Kiba setelah mendengarkan cerita Ren yang cukup panjang.
" "Pembersihan", aku ingin ayahmu mengerahkan seluruh anggota kepolisian untuk menyisir tempat-tempat hiburan malam termasuk yang ada di distrik merah di seluruh Jepang. Aku menduga ada banyak tempat semacam ini yang memperkerjakan anak dibawah umur, dan aku juga menduga adanya indikasi berat kejahatan prostitusi yang melibatkan anak dibawah umur beserta tindakan pedofilia yang menyertainya, perdagangan manusia, dan terakhir peredaran narkoba berskala besar," jawab Ren.
Kiba yang mendengar ini terdiam beberapa saat, berusaha berpikir keras dan bertanya lagi.
"Apakah Yakuza terlibat dalam hal ini? Tadi kamu bilang kalau kamu berada di diskotik yang dikuasai Yakuza"
"Aku memang punya hubungan tertentu dengan Yakuza, dan aku juga telah memaksa mereka untuk berbicara, tapi jawaban yang aku dapatkan adalah para petinggi Yakuza ini tidak tahu apa-apa. Dengan diasumsikan pernyataan mereka benar maka aku memiliki hipotesis yang masuk akal. Oh, ngomong-ngomong mereka berkata jujur, aku telah menggunakan "mataku" untuk mengecek kebohongan dan tidak ada kebohongan sedikitpun pada jawabannya. Mereka berkata jujur, tetapi informasi itu benar atau tidak adalah hal yang lain," jawab Ren.
Kiba yang mendengar kalau Ren mempunyai hipotesis langsung bertanya lagi, dia tidak mau pusing di malam hari karena terlalu banyak berpikir.
"Hah.., aku mengerti. Lalu, bisakah kamu jelaskan hipotesis macam apa yang kamu dapatkan, Ren-san?"
Ren terdiam sebentar, dia merangkai kata-katanya lalu menjawab.
"Seperti yang aku katakan sebelumnya, jika petinggi Yakuza memang tidak terlibat karena mereka tidak mengurusi anggota "bawah" Yakuza, maka hanya petingginya saja yang lolos dari indikasi keterlibatan, lalu kemungkinannya para anggota yang tidak mematuhi aturan ini memulainya sendiri secara rahasia dan memastikan para petinggi tidak tahu tentang hal ini."
"Jadi, pertanyaannya kalau para anggota eselon bawah Yakuza terlibat, seharusnya ini sudah diendus bukan? Tapi kenapa sampai sekarang tidak?" tanya Ren setelah memberikan jawaban.
Kiba yang mendengar ini menelan ludah keras dan menjawab, "Mustahil.., jangan bilang—"
Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Ren telah memotongnya dengan berkata terlebih dahulu.
"Ya, benar sekali. Sesuai dugaanmu, Kiba-san. Para pejabat daerah setempat dan kepolisian daerah pasti terlibat, setidaknya setiap eselon bawah pemerintahan dan kepolisian terlibat dalam hal ini. Itulah kenapa aku ingin meminta bantuan ayahmu"
Kiba menghela nafas lelah mendengar ini, dia merasa sakit kepala hebat datang menyerangnya di malam hari yang tadinya tenang-tenang saja.
"Hah.., aku mengerti. Akan tetapi, Ren-san, untuk menggerakkan kepolisian di seluruh wilayah Jepang tidak bisa sembarangan, ayahku tidak bisa memberi perintah berskala nasional begitu saja. Perlu ada rapat dan bukti yang valid terlebih dahulu, terlebih lagi selain para pejabat setempat ada kemungkinan kepolisian juga terlibat, kan? Jadi akan benar-benar sulit untuk langsung bergerak, setidaknya persiapan memakan waktu yang cukup lama," ucap Kiba dengan menyesal.
Lalu, Ren tertawa dari tempatnya.
"Hahaha, apa itu? Kenapa perlu rapat dan bukti segala? Aku ada disini kan?" ucap Ren sambil mencibir Kiba yang aneh.
Kiba gemetar mendengar ini dan berkata,"Jangan bilang kalau kamu—"
Ren lagi-lagi memotong perkataannya.
"Ya, tentu saja aku akan bertanggung jawab atas hal ini, aku akan menggunakan otoritasku sebagai Alpha, Raja Naga Pertama untuk menggerakkan seluruh anggota kepolisian Jepang, jangan sungkan-sungkan untuk menggunakan namaku jika ada orang bodoh yang menghalangi kalian"
Kiba yang mendengar ini langsung membalas.
"Tunggu,tunggu, itu tidak mungkin kan!? Kalau kamu menggunakan otoritasmu seperti ini maka akan menyebabkan kekacauan berskala besar di pemerintahan!" balas Kiba marah.
Ren hanya bisa membalas amarahnya dengan helaan nafas berat.
"Lalu kamu mau apa? Aku punya otoritas penuh dan mutlak tanpa syarat apapun di Jepang dan negara-negara lain yang kalah dalam perang saudara berdasarkan perjanjian pasca perang, aku tidak butuh persetujuan kalian. Bahkan jika aku mau, aku bisa menjatuhkan simbol kalian, Kaisar dan Kekaisaran Jepang saat ini juga, paham?" balas Ren tegas.
Mendengar balasan tegas dan dingin ini membuat Kiba terdiam dan memutuskan untuk mengalah.
"Ok,ok, aku mengerti. Aku akan menyampaikan permintaanmu pada ayahku sekarang," ucap Kiba lalu mematikan teleponnya.
Ren yang dimatikan teleponnya secara sepihak tidak marah, dia santai-santai saja. Bagaimanapun dia menggunakan otoritasnya sebagai raja naga untuk memaksa kepolisian bergerak. Mereka pasti merasa sakit kepala sekarang.
Sementara itu, Kiba di rumahnya.
Setelah percakapan melalui telepon dengan Ren, dia langsung menemui ayahnya di ruang kerjanya yang ada di rumah.
Dia mengetuk pintu ruang kerja tersebut.
"Permisi, ayah! Ini Kiba! Kiba memiliki sesuatu yang harus dibicarakan dengan ayah sekarang," ucapnya.
Lalu, suara balasan terdengar dari dalam.
"Masuklah," balas seseorang dari dalam dengan suara yang tegas.
Kiba pun masuk ke ruangan dan langsung disambut dengan keberadaan lelaki paruh baya yang hampir berusia 50 tahun dengan badannya yang tegap dan penuh ketegasan sedang duduk di kursinya, dia sedang mengerjakan beberapa dokumen. Dia adalah Fuka Suzuki, ayahnya, pemimpin kepolisian Jepang.
"Duduklah," ucap Fuka dan menyuruh anaknya duduk di hadapannya.
Lalu, setelah Kiba duduk di hadapannya, dia melirik ke arah Kiba dan bertanya,
"Jadi, ada apa? Kenapa kamu datang di tengah malam seperti ini? Kamu tahu aku sibuk kan, Kiba?"
Kiba yang mendengar ini segera meminta maaf.
"Aku minta maaf karena menganggu waktumu ayah, tapi ini keadaan darurat," jawab Kiba pada pertanyaan tidak senang ayahnya.
Fuka yang mendengar ini langsung menghentikan pekerjaannya dan menatap lurus ke putranya.
Dia berkata,"Ada apa? Katakan sekarang."
Kiba menelan ludah keras dan akhirnya menjawab.
"Alpha telah meminta bantuan, dia ingin ayah menggerakkan seluruh kepolisian di wilayah Jepang untuk menyisir tempat-tempat hiburan malam termasuk milik Yakuza karena terindikasi berat adanya prostitusi yang melibatkan anak dibawah umur beserta tindakan pedofilia, perdagangan manusia, dan peredaran narkoba, dan juga adanya indikasi keterlibatan eselon bawah pemerintahan dan kepolisian dalam melancarkan kejahatan ini," ucap Kiba.
Ayahnya, Fuka Suzuki yang mendengar ini langsung memijat pelipisnya, dia merasa sakit kepala hebat datang menyerangnya di malam hari yang sibuk sementara dia hanya bisa menghela nafas berat.
"Hah..., apa-apaan Alpha itu? Bahkan jika dia memintanya, kita tidak bisa langsung memenuhinya. Ada beragam prosedur yang harus dilalui karena melibatkan seluruh wilayah, kamu tahu itu kan? Kenapa kamu tidak menjelaskan hal itu padanya?" tanya Fuka frustasi.
Kiba lalu meminta maaf lagi.
"Aku minta maaf, ayah. Aku sudah berusaha memberikan penjelasan padanya, tapi Alpha tidak mau mendengarnya, dan dia tidak mau peduli, dia akan menggunakan otoritasnya sebagai raja naga untuk menggerakkan seluruh kepolisian dengan ayah sebagai pemimpinnya, dia bilang kalau ayah bisa memakai namanya jika ada orang yang berusaha menghalangi "pembersihan" ini," jawab Kiba.
Lalu, Fuka berdiri dari kursinya, menatap langit malam dan berkata, "Hah, dasar anak itu. Dia mulai membuat kekacauan di Jepang, lagian kenapa pula Jepang mau menandatangani perjanjian yang mengizinkan otoritas mutlak sepihak begitu?"
Fuka benar-benar frustasi lalu berbalik dari menatap langit malam dan dia menatap putranya.
"Beritahu Alpha, aku akan melaksanakan perintahnya sesegera mungkin. Aku akan memberikan update padanya nanti," ucapnya.
Lalu, Kiba mengangguk dan memutuskan untuk pergi dari ruangan ayahnya. Dia tidak mau menganggu ayahnya yang sedang sibuk dan frustasi akibat ulah Alpha lebih dari ini.