Seminggu kemudian, malam hari di wilayah khusus militer Republik Indonesia di distrik Ota.
Seorang pria berusia 40-an muncul di depan gerbang wilayah khusus membawa sebuah koper hitam.
"Siapa kau? Tunjukkan identitasmu!"
Para prajurit yang menjaga gerbang segera menodongkan senjata mereka ke pria tersebut dan memberi perintah untuk menunjukkan identitasnya.
Pria itu lalu mengangkat kedua tangannya, memberi tanda kalau dia tidak bermaksud buruk.
"Saya utusan Yakuza, saya kemari untuk membawakan informasi yang Yakuza kumpulkan untuk diberikan pada Alpha-sama"
Pria itu lalu mengeluarkan kartu tanda pengenalnya yang bertuliskan afiliasinya dengan Yakuza.
Setelah mendengar perkenalan ini dan melihat ksrtu pengenal tersebut kedua prajurit itu mengangguk satu sama lain dan membuka gerbang.
Di dalam gerbang tampak bangunan-bangunan militer, dan banyak gudang senjata beserta kapal perang yang bersandar. Tempat ini dijadikan pelabuhan militer Republik Indonesia karena terdapat di ujung yang ada Teluk Tokyo, dimana Teluk Tokyo terhubung ke Samudra Pasifik.
"Dia akan memandumu menuju Alpha-sama"
Salah satu prajurit itu memanggil seseorang dan prajurit yang dipanggil itu akan menuntun sang utusan Yakuza ke Alpha.
"Tolong ikuti saya"
Lalu, mereka berjalan beberapa saat hingga tiba disebuah ruangan.
Prajurit itu pun lalu mengetuk pintu tiga kali.
"Permisi, Alpha-sama. Utusan Yakuza sudah datang untuk menemui Anda"
Lalu terdengar jawaban dari dalam, "Masuk."
Pria itu lalu masuk ke ruangan, dan ruangan tersebut dijaga dengan ketat. Di dalam ruangan dia melihat seorang pemuda bertopeng duduk di kursinya dengan santai.
"Kamu sudah datang," ucap Alpha untuk menyambut kedatangan pria utusan Yakuza tersebut.
"Saya datang sesuai waktu yang ditentukan, Alpha-sama. Kami telah mengumpulkan berbagai informasi sesuai yang Anda perintahkan. Kami harap ini tidak mengecewakan Anda," balasnya lalu membungkuk pada Alpha.
Alpha lalu menyuruh pria itu duduk di hadapannya.
"Duduklah"
Dia menunjuk sebuah kursi disana.
Pria itu pun duduk sesuai perintah Alpha.
Dan, lalu dia meletakkan koper hitam gang dia bawa dihadapan Alpha.
"Silahkan, Alpha-sama. Koper ini berisi segala macam informasi yang telah seluruh anggota Yakuza cari untuk Anda"
Alpha mengangguk mendengar ini lalu membuka koper tersebut. Koper itu berisi banyak dokumen dan foto-foto tertentu.
Alpha lalu membacanya dengan hati-hati dan penuh fokus.
Dokumen-dokumen itu berisi segala macam aktivitas sebuah "keluarga" yang dicari Alpha dan identitas yang mereka gunakan untuk berbaur di masyarakat Jepang.
"Hm begitu. Jadi, mereka ada di Osaka ya? Juga mereka nampaknya berbaur dengan baik di dalam masyarakat manusia"
Alpha terkekeh melihat informasi ini lalu kembali menatap informasi yang dia baca. Di dokumen-dokumen lain ada beberapa informasi baru, seperti keberadaan tiga anak perempuan yang merupakan generasi baru keluarga tersebut yang belum pernah dia lihat.
"Ada generasi baru juga? Apa waktu itu mereka tidak ada disana? Ini menarik.."
Alpha bergumam dengan asik sendirinya lalu beberapa menit kemudian dia meletakkan semua dokumen dan foto-foto di sisinya, dia telah selesai membaca seluruh informasi yang ada.
Lalu, tatapannya beralih ke arah pria utusan Yakuza tersebut. Dia yang mendapat tatapan Alpha tertuju padanya langsung berkeringat dingin.
"M-maaf, Alpha-sama, apakah informasi yang kami berikan kurang?"
Dia bertanya dengan gugup dan wajahnya sedikit pucat, tapi Alpha menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan kekhawatiran pria itu.
"Tidak, ini sudah cukup terima kasih"
Alpha lalu pergi ke lemari dan mengeluarkan sebuah koper hitam dan meletakkannya dihadapan pria tersebut.
"Ini bayaran untuk kalian. Kalian telah menyanggupi permintaanku dengan baik"
Pria itu gugup mendengarnya dan buru-buru menolak.
"T-tidak usah, Alpha-sama! Kami Yakuza siap membantu Anda, itulah yang dikatakan para petinggi!"
Tapi, Alpha menolak ini.
"Tidak apa-apa, terimalah. Katakan pada para petinggi bahwa ini adalah ucapan terima kasihku jika mereka mempertanyakan ini"
Lalu dengan berat hati dan gemetar, pria itu mengambil koper yang diberikan Alpha.
"T-terima kasih, Alpha-sama.."
Alpha mengangguk mendengar ini dan berkata ke arah luar,"Kami sudah selesai, tolong antar dia kembali keluar gerbang."
Setelah Alpha mengatakan ini, prajurit yang tadi mengantar pria tersebut lalu masuk dan bersama-sama dengan pria tersebut kembali ke gerbang.
Alpha yang ditinggalkan sendiri di ruangannya menghela nafas lelah lalu mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.
"Selamat malam, Paman Gilbert"
Ya, Alpha menelepon Gilbert.
"Hm? Alpha ya? Ada apa?"
"Ingat apa yang aku katakan beberapa minggu lalu bahwa aku akan beraksi di Jepang?"
Mendengar pertanyaan Alpha, Gilbert langsung menjawab.
"Ya, tentu saja. Aku tidak cukup tua untuk pikun, kau tahu? Lalu, ada apa?"
Alpha langsung menjawab.
"Aku akan beraksi hari minggu di minggu ini, aku minta izinmu untuk menggerakkan pasukan di wilayah khusus,"
Gilbert yang mendengar ini menghela nafas, dan Alpha tahu bahwa dia sedang memijat pelipisnya yang berdenyut.
"Yah baiklah. Lakukan apa yang kamu mau, tapi berhati-hatilah. Aku tunggu apa yang kamu lakukan nanti"
Setelah mendengar jawaban ini Alpha pun menutup panggilan teleponnya dan menelepon orang lain.
"Selamat malam, Kiba-san"
Ya, sekarang dia menelepon Kiba.
"Oh,Ren-san? Ada apa?"
Kiba yang tidak tahu kalau Ren sedang dalam mode Alpha berkata tanpa rasa ketidaktahuan yang murni, dan Alpha tidak mempermasalahkannya.
"Bagaimana kondisi kepolisian sekarang?"
Ren bertanya dengan tenang lalu Kiba menjawab,
"Sesuai informasi yang sudah diberikan oleh ayahku padamu, kepolisian telah menyelesaikan proses "pembersihan" kemarin, jadi ya bisa dibilang kepolisian tidak mempunyai banyak pekerjaan."
Alpha yang mendengar ini tersenyum dan membalas,"Bagus, jadi aku akan memberi perintah lain untuk kepolisian. Tolong hari minggu di minggu ini amankan wilayah sekitar Mahkamah Agung di Tokyo."
Kiba yang mendengar ini langsung terdiam beberapa saat lalu bertanya,"A-apa lagi yang kamu rencanakan, Ren-san?"
Alpha atau Ren langsung menjawab ini dengan santai.
"Tentu saja aku akan membuka kembali kasus "Dewa Kematian" dan aku akan datang langsung disana. Jadi, tolong amankan wilayah. Ah, bukan tolong, tapi harus. Ini perintah dariku, aku memakai kuasaku sebagai raja naga"
Kiba yang mendengar ini menghela nafas pelan dan menyerah.
"Ok,ok, lakukan apa maumu, aku akan memberitahu ayahku soal ini. Apa ada lagi yang ingin kamu sampaikan?"
"Tidak ada"
"Baiklah, aku akan langsung ke ruangan ayahku, permisi"
Lalu Kiba langsung menutup panggilan begitu saja. Ren yang ditinggal sendiri menghela nafas dan mengalihkan pandangannya ke pena, dan dia mulai menulis sebuah surat. Surat itu ditujukan untuk Mahkamah Agung Jepang yang ada di Tokyo untuk membuka kembali kasus dan menyidangkan ulang pada hari minggu nanti.
Yah, apa yang Ren atau pun Alpha lakukan akan membuat pusing banyak pihak, tapi dia tidak peduli. Dia akan mengakhiri penderitaan sepupu perempuannya kali ini.