Setelah kembali dari tempat tersebut, Ren membawa Violet ke ruang tamu.
"Selamat datang di rumahku," ucapnya.
Violet yang melihat sekeliling rumah hanya bisa menelan ludah susah payah.
"Saya memang melihatnya dari luar kalau rumah ini sangat besar, tapi melihatnya langsung dari dalam benar-benar luar biasa.."
Dia melihat sekelilingnya dan memang benar itu mengerikan, rumah ini mirip dengan mansion kecil.
Ren yang melihat ini membalasnya dengan helaan nafas lelah.
"Apa kamu juga berpikir begitu? Sejujurnya ini memang berlebihan..," ucapnya.
"Apakah Anda tinggal disini sendirian, Alpha-sama?" tanyanya.
"Ya begitulah, oh ngomong-ngomong jangan panggil aku Alpha, aku punya nama. Namaku Ren Kaito," balas Ren.
"Ah.., apakah tidak apa-apa memberitahukan nama asli Anda pada orang asing seperti saya?" tanyanya.
Dia memiringkan kepalanya dengan bingung.
"Tidak masalah toh kamu juga akan tinggal disini kan? Akan merepotkan jika kamu memanggilku Alpha dan ada orang lain yang mendengarnya," balas Ren santai.
"Begitu..., saya mengerti. Ah perkenalkan lagi nama saya Violet Mikoto dari keluarga Mikoto," ucap Violet lalu dia membungkuk sedikit pada Ren.
Ren yang mendengar perkenalan nama ini lagi mengeriyitkan alisnya, dia mengingat suatu hal.
"Aku baru ingat ini, nama itu "Mikoto", apa kamu dari keluarga konglomerat Mikoto yang menguasai sektor perusahaan material yang berspesialisasi dalam pembangunan proyek pemerintah dam swasta?" tanya Ren.
Lalu, Violet mengangguk.
"Ya itu benar, Ren-sama. Keluarga Mikoto adalah keluarga konglomerat yang menguasai sektor material di Jepang"
"Begitu, jadi apa yang terjadi padamu adalah konflik suksesi ya.."
Violet yang mendengar ucapan Ren ini memiringkan kepalanya lagi dengan bingung, dia tidak mengerti apa yang Ren bicarakan.
"Apa maksud Anda?" tanyanya.
Ren yang mendengar pertanyaan ini mengiriyitkan alisnya dan bergumam,"Ah!" seakan dia baru mengingat sesuatu.
"Apakah ayah atau ibumu tidak pernah memberitahumu tentang ini?" tanyanya.
"Saya tidak mengerti maksud Anda. Jadi, anggap saja tidak," jawab Violet acuh tak acuh.
"Dahulu, di zaman kerajaan entah dimanapun itu pasti ada namanya bangsawan, kan? Dan para bangsawan itu tentunya memiliki keluarga dan keturunan, tapi hanya satu yang bisa mewarisi posisinya, jadi sering–tidak, hampir pasti terjadi namanya konflik suksesi, hal ini juga berlaku bagi keluarga kerajaan. Tentu saja di zaman modern dimana bangsawan hampir tidak ada lagi kecuali keluarga kerajaan di beberapa negara sehingga seharusnya hal semacam ini musnah, tapi sayangnya hal semacam ini diadopsi secara tidak sadar oleh keluarga-keluarga kaya termasuk konglomerat, jadilah konflik semacam ini terus ada," balas Ren. Dia menjelaskan dengan baik.
Violet yang mendengar penjelasan Ren mengangguk mengerti, walaupun dia masih bocah, dia adalah anak yang pintar.
"Begitu.., saya mengerti. Yah, itu tidak penting bagi saya, kan? Memang apa pentingnya itu?" tanyanya.
"Hm, seharusnya tidak ada, tapi jika keluargamu tahu kamu masih sehat-sehat saja mungkin mereka akan mengacaukan hidupmu lagi agar kamu tidak kembali ke keluarga, dan kenapa aku mengatakan ini? Itu karena kita sama," jawab Ren.
"Hah..? Dimana letak kesamaannya?" tanya Violet lagi, dia memasang ekspresi aneh.
"Hah, dasar gadis kecil sialan. Apa kamu tidak mengerti juga? Aku juga bagian dari keluarga konglomerat, namaku memang Ren Kaito, tapi itu tanpa nama keluarga karena aku lahir dan besar di Indonesia. Jika aku memakai aturan Jepang maka namaku menjadi Ren Kaito Hanamitsuji, paham?" balas Ren lelah.
"Eh..? Hanamitsuji..? Mustahil!? Keluarga konglomerat paling terkenal di Jepang!? U-um—"
Sebelum dia hendak berteriak, Ren menutup mulutnya dengan paksa.
"Jangan berteriak keras-keras begitu, itu membuat telingaku yang sensitif sakit, kau tahu?" ucap Ren dengan jijik.
Dia langsung menutup mulutnya dan membungkukkan badannya.
"M-maaf, saya tidak bermaksud kasar," ucapnya tulus.
Ren yang melihat ini memalingkan mukanya dengan tak peduli.
"Yah, lupakan saja. Alasanku memberitahumu adalah hanya untuk berjaga-jaga saja, jika ada orang bodoh yang berusaha menyakitimu, gunakan namaku, terserah itu nama Alpha ataupun Ren," ucap Ren lalu dia duduk di sofa dan meregangkan kakinya sambil menghela nafas.
Violet masih berdiri di tempatnya dan memutuskan untuk bertanya.
"U-um, jika itu nama Alpha saya bisa mengerti, tapi apa pengaruhnya nama asli Anda?"
Ren yang mendengar pertanyaan layaknya sarkasme bahwa namanya tidak penting ini memasang ekspresi jijik bercampur lelah di wajahnya.
"Bukankah itu kasar? Kamu sepertinya meremehkan namaku ya? Asal tahu saja, Ren Kaito adalah nama yang aku gunakan sehari-sehari di militer selama masa perang. Tidak mungkin bagiku muncul sebagai Alpha di depan orang umum terus menerus, jadilah aku mempunyai dua identitas, Alpha dan Ren Kaito, namaku sendiri. Dan, asal tahu saja, Ren Kaito memiliki pengaruh tertinggi ketiga di militer Indonesia, setara dengan Presiden Republik Indonesia, Ren dan Presiden berada di bawah langsung Gubernur Jenderal dam Alpha dalam urutan kekuasan rantai komando militer," jawab Ren lelah, dia benar-benar lelah karena me jelaskan panjang lebar.
Violet yang mendengar ini memasang ekspresi rumit, dia merasa dia telah membuat seorang berpangkat tinggi kelelahan karena penjelasan panjang lebar yang tak begitu berguna.
"A-ah saya mengerti. Saya minta maaf karena bersikap kasar, saya tidak bermaksud meremehkan nama Anda..," ucapnya untuk meminta maaf.
Lalu, Ren bangkit dari sofanya dan berjalan ke depannya.
"Lupakan, aku akan membawamu ke kamarmu. Ikuti aku," ucapnya. Lalu, dia mengambil dua koper yang satu berisi baju-baju dan yang satu lagi berisi perlengkapan sekolahnya. Sementara itu, Violet hanya menggendong tasnya yang berisi buku-buku pelajaran dan mengikuti Ren dari belakang.
Mereka naik ke lantai dua dan berdiri di depan sebuah kamar. Ren lalu membuka kamar tersebut.
"Mulai sekarang ini adalah kamarmu. Sebelumnya ini ingin aku gunakan sebagai kamar tamu dengan satu kamar lainnya, tapi karena kamu akan tinggal disini maka kamu bisa memakainya, aku selalu membersihkannya setiap hari jadi itu belum kotor," ucapnya lalu mempersilahkan Violet masuk dan Ren meletakkan dua koper itu di dekat lemari.
"Perlukah aku membantumu membereskan barang-barangmu?" tanyanya untuk memberi bantuan.
Tapi, Violet menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
"T-tidak! Itu tidak perlu, Ren-sama! Saya bisa melakukannya sendiri!" jawabnya cepat dan agak panik.
Ren yang melihat hal aneh ini memiringkan kepalanya karena bingung.
"Kamu kenapa? Ini banyak yang perlu dibereskan, bukan? Aku bisa membantumu," balasnya.
Tapi lagi-lagi Violet menolaknya.
"T-tidak perlu, Ren-sama!!" ucapnya sambil wajahnya mulai memerah cerah seperti tomat.
"Huh? Kenapa wajahmu memerah begitu? Apa ada yang aneh dari ucapanku?" tanya Ren dengan aneh. Dia benar-benar tidak mengerti.
"J-jangan lihat!! Aku bisa mengurusnya sendiri, jadi Anda bisa duduk santai saja di sofa!" jawab Violet lalu dia mendorong paksa Ren keluar dari ruangan dan membanting pintunya.
Ren yang melihat ini mengeriyitkan alisnya dan memasang ekspresi kesal.
"Hey itu kasar dan jangan membanting pintu nanti rusak!" ucapnya dengan nada tinggi.
Tapi apa yang dia dapat adalah ekspresi marah bercampur kepanikan dari dalam ruangan.
"Itu salah Anda sendiri! Kenapa Anda menawarkan bantuan untuk membereskan koperku!? Itu berisi pakaian dan celana dalamku!!"
Ren yang mendengar jawaban ini baru tersadar. Dia menyadari kesalahannya. Dia telah menawarkan bantuan untuk membereskan koper berisi hal-hal pribadi yang penting bagi seorang gadis, tentu saja di mata Violet dia akan menjadi orang cabul kan?
Lalu, untuk mencairkan suasana, Ren berdeham keras dan berkata,
"Um, itu salahku, maaf. Aku tidak bermaksud cabul begitu. Tolong jangan salah sangka, yah baiklah aku akan bersantai saja, beritahu aku jika ada yang kamu perlukan"
Lalu, Ren pun kembali ke sofa dan duduk dengan meregangkan kakinya, dia bersantai dan memutuskan menelepon seseorang.
Sementara itu di kamar, Violet terdiam tapi—
Saat ini badannya gemetar parah, wajahnya merah cerah seperti tomat dan ada uap yang mengepul dari atas kepalanya.
"A-apa sih yang dia pikirkan!? Aku memang telah mendengar dari siaran konferensi pers kalau raja naga itu memiliki kekurangan dalam hal sosial, tapi bukannya dia itu tidak mengerti apa-apa!? Bukannya dia mengalami namanya lack of knowledge terutama tentang hubungan antar manusia dan hal-hal berbau seksual!? Arghh!!"
Violet bergumam panjang lebar sambil terus memegang wajahnya yang semakin memerah dan pada akhirnya memutuskan untuk membereskan barang-barangnya sambil memikirkan banyak hal.