Chereads / Star Chronicles of Origin / Chapter 38 - Mata Ungu Kegilaan

Chapter 38 - Mata Ungu Kegilaan

Lelaki tua yang mempunyai julukan "Zux" itu perlahan menjauh ketika Ren berbarengan dengannya terus mendekat. Dia terus menjauh dan menjauh, tapi sayangnya dia tidak melihat ke belakang dan tanpa sengaja tersandung lalu terjatuh. Ren lalu menutup jaraknya dengan cepat dan dia langsung berada tepat di depan lelaki tua itu sambil mengarahkan pedangnya di hadapan leher lelaki tua tersebut.

Ren mengarahkan pandangan jijik dan ekspresinya yang hancur pada lelaki tua itu. Dia tidak habis pikir bagaimana cara menanggapi kegilaan orang bodoh semacam ini.

"Apa kamu ada kata-kata terakhir?"

Memutuskan untuk tidak peduli, suara dingin yang membuat suhu di ruangan tersebut jatuh ke titik nol mutlak keluar dari mulutnya.

Lelaki tua itu saat mendengar suara yang dingin dan tanpa belas kasih langsung tersentak dan tanpa sadar mendongak.

Di hadapannya terlihat wajah yang ditutupi tudung tapi dia bisa melihat cukup jelas. Rambut putih bagaikan salju itu seharusnya tampak indah tapi sekarang itu memancarkan kematian mutlak yang jelas. Kegilaan lainnya pun nampak di mata ungunya yang bersinar redup memancarkan niat membunuh dalam jumlah yang gila.

"A-ampuni s-saya..., to-tolong ampuni nyawa saya"

Lelaki tua itu yang tahu kalau dia akan mati berusaha memohon dengan susah payah, tenggorokannya tercekat dan seketika terasa kering. Dia lalu menangis, tangisan yang tak cocok untuk lelaki tua bangka yang baru saja menodai "bibit" masa depan negara ini.

"Ampuni katamu? Apa ada untungnya bagiku mengampuni nyawa manusia yang kelakuannya lebih rendah dari binatang sepertimu?"

Ren yang mendengar permohonan semacam itu meludah kasar dan melontarkan perkataan dengan nada jijik pada makhluk hina di depannya. Manusia yang di matanya tidak pantas disebut sebagai manusia itu sendiri. Bagi Ren, binatang jauh lebih beradab daripada orang di depannya walaupun binatang tidak memiliki akal untuk berpikir.

Dia lalu mengalihkan pandangannya ke arah gadis-gadis yang ketakutan di sekeliling ruangan tersebut. Mereka berpakaian minim dan beberapa ada yang tidak berpakaian sama sekali, tetapi bukannya merasakan nafsunya melonjak, Ren malah merasa ingin muntah karena jijik. Lalu, dia berkata dengan jelas agar didengar mereka semua.

"Jika kalian tidak ingin merasakan trauma, tutup mata dan telinga kalian rapat-rapat"

Mendengar ucapan ini seketika seisi ruangan bahkan para penjaga yang masih di pintu seketika membeku lalu tanpa basa basi Ren melakukan eksekusi.

Pertama-tama, Ren menebas kedua lengan lelaki tua bangka tersebut. Tebasan yang indah dan rapi tapi sangat tajam sehingga kedua lengan tersebut terputus dan jatuh tak bertenaga.

"Aaaarghhhh!!"

Teriakan lelaki tua yang kehilangan kedua tangannya bergema keras di ruangan tersebut, Ren telah menghancurkan segala sesuatu yang bisa meredam suara di ruangan itu sesaat sebelumnya. Gemaan suara itu membuat semua orang yang menyaksikan merinding dan beberapa gadis yang belum sempat menutup rapat-rapat telinga dan matanya melihatnya dengan jelas. Pedang indah yang memotong lengan manusia diiringi teriakan rasa sakit yang keras serta darah yang mengucur deras. Gadis-gadis yang melihat ini langsung muntah dan wajahnya memucat putih.

"Selanjutnya kaki"

Kedua, Ren menebas kedua kaki lelaki tua itu dan memotongnya dengan rapi. Darah sekali lagi mengucur deras dan teriakan bergema.

"To-tolong hentikan!!"

Lelaki tua itu berteriak histeris yang bahkan mereka telah menutup mata dan telinganya erat-erat masih bisa mendengarnya sehingga membuat mereka refleks membuka matanya. Dan apa yang mereka lihat adalah hasil dari kegilaan seorang bermata ungu bersinar redup di ruangan tersebut. Lengan dan kaki lelaki tua itu terpotong dan jatuh seakan-akan tidak ada lagi tenaga untuk menopangnya.

"Berhenti? Kenapa aku harus berhenti?"

Ren membalas teriakan histeris itu dengan dingin lalu menancapkan pedangnya ke mulut lelaki tua itu. Mereka semua yang ada di ruangan ini langsung muntah melihat seseorang yang menusuk mulut manusia tanpa ragu.

*Bleeghhh

Suara muntahan terdengar di sana sini, lalu Ren mencabut pedangnya dari mulut lelaki tua itu dan akhirnya memenggal kepalanya, membuatnya mati seketika dengan mata masih terbelalak penuh kebencian diarahkan pada Ren.

Ren yang melihat mata hina itu langsung membakar tubuh lelaki tua itu dengan kemampuannya sebagai penyihir hingga tak bersisa sedikit pun.

Lalu, Ren mengalihkan pandangannya kepada gadis-gadis tersebut. Para gadis yang wajahnya pucat pasi karena melihat kegilaan langsung bertatapan dengan mata ungu yang bersinar redup tapi rasanya seakan-akan jatuh dalam kegelapan tak berujung. Ren yang tak peduli dengan reaksi balik para gadis itu segera duduk di sofa yang tadi diduduki lelaki tua itu untuk "bermain" dengan para gadis. Lalu, dia mengucapkan kalimat penuh nada kebencian dan ketidaksukaan yang jelas.

"Kumpulkan semua eksekutif di tempat ini sekarang juga, jika ada yang menolak maka aku sendiri yang akan menyeret mereka ke sini dengan tanganku sendiri"

Setelah Ren mengatakan itu, para penjaga yang tangannya telah hancur langsung pergi untuk membawa para eksekutif yang mengurus tempat ini dan di lain sisi para gadis yang ditinggal sendirian dengan "kegilaan itu sendiri" merasa merinding, takut dan seluruh tubuh mereka bergetar hebat. Mereka hanya bisa berharap kalau mereka tidak mengalami nasib yang sama dengan lelaki tua bangka itu.