Setelah berpisah dengan Kiba, Ren pergi ke suatu tempat.
Saat ini, matahari telah lama terbenam.
Lampu-lampu berwarna warni bermunculan dari tempat-tempat di area tersebut.
Lalu, para wanita-wanita berpakaian seksi bermunculan dan mulai menawarkan dirinya pada para pejalan kaki.
Ya, Ren saat ini sedang berada di red district yang terkenal yang berada di Tokyo. Lebih tepatnya, dia saat ini berada di distrik Shinjuku. Di suatu wilayah yang terkenal yaitu Kabukicho.
Dia berjalan dengan santai sambil memastikan identitasnya tidak diketahui dengan memakai jubah tanpa mempedulikan sekelilingnya yang mulai terasa "panas".
Suara-suara wanita dari mulai yang gadis hingga dewasa bermunculan dari kanan dan kiri jalan hingga suara para pria yang nafsu duniawinya mulai bermunculan dan siap "bermain".
Suara-suara itu yang seharusnya tabu bagi kebanyakan orang, dan merangsang, tapi bagi Ren itu hanyalah angin lalu biasa.
Dia terus berjalan hingga dia tiba di sebuah gang kecil lalu dia masuk ke gang tersebut. Gang yang benar-benar gelap dengan lampu kecil di sudut kanan-kiri yang hanya bisa menerangi jalan. Lambat laun suara "panas" dari jalan utama mulai menghilang digantikan dengan angin malam yang dingin berhembus di udara.
Setelah beberapa menit berjalan, dia tiba di depan sebuah tempat yang terlihat jelas bahwa itu sebuah diskotik. Di dekat pintu tersebut terdapat dua penjaga berotot yang menjaganya.
Ren yang melihat kedua orang itu langsung menghampirinya.
Kedua penjaga yang melihat Ren mendekati mereka mengeriyitkan alisnya tidak senang dan memasang ekspresi garang.
"Hey bocah, disini bukan tempat untuk anak-anak seperti dirimu. Pergi dari sini segera!"
Ren yang tidak mengindahkan peringatan ini terus mendekat tanpa ekspresi dibalik jubahnya.
Kedua penjaga itu yang melihat Ren semakin depan langsung mencegat Ren.
"Hey sialan, kau tak dengar hah!? Disini bukan tempat untuk bocah sepertimu bajingan!"
Ren lagi-lagi mengacangi teriakan penjaga tersebut dan akhirnya membuat mereka berdua kesal.
"Jangan salahkan aku kalau wajahmu rusak!!"
Kedua penjaga itu segera menerjang Ren dan berusaha memukulnya, tapi–
*Krtkkk
Sebelum mereka bisa memukulnya Ren telah melewati mereka dan kedua tangan para penjaga itu segera terpelintir dengan sudut yang menyakitkan.
"Arghhh!!"
Mereka berteriak kesakitan sambil menggeliat di tanah layaknya cacing. Lalu, Ren menghampiri mereka.
"Bawa aku ke •••••"
Kedua penjaga yang masih menggeliat itu saat mendengar bisikan pelan Ren yang dingin segera memucat. Pasalnya, Ren menyebut julukan rahasia bos mereka. Itu artinya, Ren bukanlah orang sembarangan melainkan orang penting dan mereka berdua baru saja menyerangnya.
"Cepat bangun atau aku yang akan memaksa kalian bangun"
Sekali lagi Ren berbisik pada mereka. Wajah kedua orang itu yang tadinya memucat langsung memutih layaknya mayat penuh ketakutan di wajah mereka. Mereka segera berdiri dengan susah payah dan akhirnya memandu Ren ke dalam.
Di dalam, dia berjalan di lorong remang-remang beberapa saat dan akhirnya melihat cahaya. Itu adalah cahaya lampu disko dan orang-orang berjoget ria disana sambil meminum minuman keras dan mabuk-mabukan. Entah wanita ataupun pria, semuanya sama saja di sana.
Ren yang mencium bau alkohol yang kuat mengeriyitkan alisnya tak senang, lalu kedua orang tersebut yang tahu suasana hati Ren memburuk segera mempercepat langkah mereka. Mereka berjalan ke sebuah ruangan bertulis VVIP dimana ada beberapa penjaga yang menjaganya.
"Ada apa ini?"
Seorang penjaga membuka mulutnya di saat melihat dua orang penjaga pintu belakang yang tangannya terpelintir mengerikan beserta seorang pemuda berjubah dengan tudungnya yang mereka antar.
"I-ini—orang ini ingin bertemu bos"
Seorang penjaga yang kedua tangannya berdenyut-denyut kesakitan berusaha menahan tangisnya dan menjelaskan situasinya pada mereka yang menjaga pintu.
"Hm begitu, tapi sayangnya malam ini tidak bisa. Bos sedang "bermain" dengan gadis-gadisnya"
Ketika mendengar jawaban ini, kedua orang itu bergidik ngeri dan merasakan dingin seperti nol mutlak di belakangnya dan saat mereka berbalik, mereka melihat Ren yang ekspresinya hancur dan menunjukkan kemarahan. Lalu, perlahan-lahan kedua orang itu mundur dan menjauh.
"Kalian menolakku? Kalian pikir kalian punya hak untuk itu? Betapa hinanya kalian"
Saat Ren mengucapkan ini, keempat penjaga itu begitu terkejut mendengar ucapan kasar Ren dan hendak mengambil tindakan.
Akan tetapi, saat mereka baru berjalan selangkah, mereka berempat langsung terjatuh dengan tangan mereka di pelintir ke belakang ruas bahunya.
""""Arghh!!""""
Teriakan keras bergema di tempat itu beradu dengan lagu yang di putar seorang DJ dengan volume yang menggelegar.
Ren yang tidak mengindahkan keempat penjaga langsung membuka pintu ruang VVIP dengan kasar.
Dan saat dia melihat ke dalam pintu, Ren langsung memasang ekspresi jijik yang tak karuan dan ekspresinya hancur total penuh kegelapan. Pasalnya, dia melihat seorang lelaki tua yang dari dilihat saja sudah jelas berusia lebih dari 50 tahun sedang bersenang-senang dengan para gadis yang berpakaian minim dan bahkan ada beberapa yang tak berpakaian, serta melihat dari ekspresi mereka pasti ada sesuatu yang terjadi disini. Dan yang terburuknya para gadis di dalam ruangan itu setidaknya masih awal SMA bahkan ada yang masih SMP dilihat dari perawakan wajahnya yang masih sangat muda.
Tak tahan dengan kegilaan ini, Ren meludah kasar dan mengeluarkan suara dinginnya.
"Apakah kau bersenang-senang, Zux?"
Suara yang penuh rasa jijik dan ketidaksukaan serta pencelaan itu bergema di ruangan tersebut menghancurkan hukum dimana ruangan itu harusnya kedap suara karena di desain untuk pertemuan penting.
Lelaki tua yang sedang menikmati gadis-gadis muda tersebut begitu terkejut ketika mendengar ada sebuah suara yang datang dari pintu berisi nada-nada umpatan kasar.
"Kalian dasar bodoh, bukankah sudah aku bilang untuk menolak seluruh kunjungan!? Aku sedang menikmati para perawan ini, dasar bajingan sial—..."
Saat dia hendak menyelesaikan umpatannya, dia baru menyadari kesalahannya. Dia baru saja melihat ke arah pintu dimana keempat penjaga terbaring dengan jeritan kecil yang masih terdengar akibat tangan mereka di pelintir serta kedua penjaga lainnya yang ketakutan dan putih pucat di belakang seseorang.
Orang itu tampak muda sekitaran 15 tahun dengan jubah bertudung yang menutupi fitur wajahnya, tapi dia sedang menatapnya dengan tatapan jijik dan ketidaksukaan yang terlihat jelas dari sorot mata ungunya. Mata ungu itu menatap jauh ke dalam dirinya seolah-olah terasa seperti dapat menatap kebenaran dunia itu sendiri.
Di saat lelaki tua itu hendak bersuara, dia langsung disela oleh pemuda itu.
"Sudah cukup lama ya, Zux. Apakah kamu ingin mati, hm? Kamu tidak menyambutku, kamu juga tidak mendidik anak buahmu dengan benar, lalu apa ini? Apa yang baru saja aku lihat ini? Apa kamu "bermain" dengan gadis-gadis SMA dan menodai mereka? Bahkan ada gadis yang masih SMP disini? Apa kamu sudah gila? Kamu telah melewai batas yang tak seharusnya kamu lewati jadi haruskah aku membunuhmu sekarang juga? Dasar bajingan hina"
Ren langsung mengeluarkan sebilah pedang dari kehampaan dan mengarahkannya ke lelaki tua yang tercengang itu. Segera lelaki tua itu ketakutan dan wajahnya putih pucat pasi seakan-akan dia telah lama mati. Lalu, di sisi lain para gadis yang berpakaian minim dan beberapa ada yang tidak berpakaian sama sekali perlahan-lahan menjauh, mereka tidak bisa kabur. Mereka merasa jika mereka kabur saat ini juga, mereka pasti mati di tangan pemuda tersebut. Tergantung dari hasilnya, mereka mungkin juga akan diseret ke "neraka".