Chereads / Star Chronicles of Origin / Chapter 36 - Interlude: Kepolisian

Chapter 36 - Interlude: Kepolisian

Setelah hampir mati oleh Ren, Kiba kembali sendirian. Dia naik bus ke stasiun lalu kembali ke Tokyo dengan kereta. Sebelumnya dia berpikir untuk menunggu Ren, tetapi setelah berpikir ulang dan menegaskan fakta bahwa Ren adalah penyihir, maka dia meninggalkannya. Toh Ren bisa pulang sendiri.

Beberapa jam kemudian, Kiba telah kembali ke Tokyo dan segera pergi ke gedung kepolisian nasional. Di sana dia langsung buru-buru untuk menemui ayahnya tanpa mempedulikan sapaan para pegawai kepolisian yang ada.

"Ayah, ini Kiba," ucapnya di depan ruangan dengan tulisan "Komisaris Jenderal" di pintunya.

"Masuk," jawab seseorang dari dalam ruangan. Suaranya menunjukkan wibawa dan kehormatan yang tinggi.

Kiba lalu masuk ke ruangan.

Di dalam ruangan, ia melihat seorang pria paruh bayu dengan badan tegap dan kokoh duduk di kursi hitam elegannya. Dia adalah Komisaris Jenderal dari Kepolisian Nasional Jepang sekaligus ayah Kiba, Fuka Suzuki.

"Duduk," perintah Fuka pada putranya lalu Kiba pun duduk di hadapan ayahnya.

Suasana di ruangan itu benar-benar menegangkan hingga Kiba tanpa sadar berkeringat dingin.

"Jadi bagaimana?" tanya ayahnya tenang tapi penuh tekanan.

"I-itu..—"

Sebelum Kiba hendak melanjutkan perkataannya, telepon di meja sang ayah berbunyi.

"Tunggu sebentar," ucap sang ayah lalu dia mengangkat teleponnya.

"Ya halo, siapa ini?" ucapnya pada lawan bicaranya.

Kiba tidak tahu siapa itu tapi setelahnya dia melihat kalau ayahnya mengerutkan kening dan menghela nafas berat penuh rasa frustasi.

"Ikuti saja perintahnya, kita tidak bisa menolak. Ini sesuai isi perjanjian pasca perang," ucapnya pada lawan bicara lalu setelah beberapa saat yang mungkin mendapat jawaban dari sana dia menutup teleponnya.

"A-ada apa, Ayah?" tanya Kiba agak gemetar.

"Hah...," balas ayahnya lalu menatap tajam Kiba.

"Bisakah kamu menjelaskan apa yang terjadi?" tanya ayahnya.

Lalu, Kiba yang agak enggan segera menceritakan apa yang terjadi dari awal. Akan tetapi, di luar ekspetasinya, ayahnya tidak marah sedikitpun melainkan merespon dengan "begitu, begitu".

"Yah intinya aku paham apa yang terjadi. Tapi, Kiba, kamu tahu bukan kalau Ren itu dari Hanamitsuji?" tanya ayahnya.

"I-iya, ayah. Karena alasan Ren dari Hanamitsuji itulah aku mengarahkannya ke kasus yang ada. A-apa keputusanku salah..?" balas Kiba ketakutan. Bagaimanapun kalau keputusannya salah, dia benar-benar akan membawa bencana ke seluruh Jepang.

"Yah, aku tidak bisa bilang kamu benar atau salah, tapi kerja bagus dengan kerja kerasmu. Jadi, langsung ke intinya, apa Alpha menitipkan pesan padamu?"

Ayahnya tidak lagi menyebut Ren tetapi mengalihkan ke Alpha menandakan betapa buruknya situasi jika entitas ini lepas kendali.

"Ah iya. Alpha menitipkan pesan," jawab Kiba lalu dia menjelaskan pesan yang dititipkan Alpha padanya dengan rinci.

"Begitu, begitu," balas sang ayah sambil memainkan jenggotnya yang tipis lalu dia berpikir sebentar.

"B-bagaimana, ayah?" tanya Kiba, jujur saja dia sendiri agak penasaran dengan respon ayahnya.

"Apalagi? Tentu saja kita harus membiarkannya bertindak sambil menjaga situasi, tadi aku baru saja mendapat telepon dari Kepolisian Tokyo. Mereka berkata bahwa mereka mendapat surat bercap militer Republik Indonesia. Dan setelah mereka membacanya itu dari Alpha yang berisi perintah untuk membuka lagi kasus "Dewa Kematian"," jawab ayahnya tenang.

"J-jadi dibiarkan saja?" tanya ulang Kiba untuk mengonfirmasi, dia cukup terkejut dengan respon ayahnya yang akan membiarkan begitu saja.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, kita tidak punya pilihan lain. Sesuai isi perjanjian yang ditandatangani antara Republik Indonesia dan Kekaisaran Jepang pasca perang memang menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan ikut campur secara langsung dengan urusan dalam negeri Jepang, tapi itu beda urusannya dengan tujuh raja naga. Perjanjian itu mengizinkan intervensi langsung dengan kekuatan mutlak bagi Jepang untuk mematuhi perintah tujuh raja naga, apalagi jika itu Alpha yang merupakan pemimpin mereka. Sangat disayangkan memang, satu-satunya hal yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengendalikan situasi sebelum dan setelah aksi Alpha nanti," jawab Fuka dengan tenang, dia menjelaskan dengan baik hal-hal seperti ini pada putranya.

Lalu, dia tersenyum kecil.

"Kerja bagus, Kiba. Walaupun ini agak beresiko, tapi jika itu Alpha maka kasus aneh ini pasti akan terungkap. Oh, ngomong-ngomong apa Alpha marah padamu?" tanya Fuka.

"Ah soal itu, dia bilang kalau dia tahu aku tidak punya niat buruk jadi dia tidak mempermasalahkan sikapku selama tidak menganggu privasinya," jawab Kiba.

"Begitu, aku mengerti. Lalu, Kiba tolong kamu lanjutkan tugasmu untuk mengawasi Alpha dalam batas yang wajar. Jangan memancing amarahnya ataupun hal-hal lain yang dapat membuat keributan, cegah sebisa mungkin. Aku mengandalkanmu, putraku," ucap Fuka sambil tersenyum menatap putranya.

Lalu Kiba langsung berdiri dan memberi hormat.

"Siap, ayah! Akan aku laksanakan perintahmu!"

Kiba pun pergi setelah mengucapkan itu karena tidak ada hal lain yang dapat dia diskusikan. Dia juga tidak mau menganggu ayahnya yang akan fokus mengkoordinasikan kepolisian untuk meredam kekacauan nantinya. Dia hanya bisa berharap Alpha tidak melampaui batas wajar dan semuanya berjalan lancar.