Di ruang pribadi Sae atau lebih tepatnya ruang kerjanya diskusi terjadi. Disana terdapat beberapa orang.
"Kenapa ada banyak sekali orang...?" tanya Ren bingung dengan kehadiran orang-orang yang tak ia kenal.
Dia memang berniat untuk mendiskusikan perihal masalah yang menimpa Nanase, sepupunya, tapi dia tidak memiliki ekspetasi setinggi itu bahwa diskusi dihadiri cukup banyak orang.
"Tenanglah Ren, biarku perkenalkan mereka satu persatu," balas Sae lalu memperkenalkan orang-orang tersebut.
Pertama, dia memperkenalkan seorang wanita lanjut usia yang seusia dengannya, "perkenalkan dia ini istriku, Mizumi Hanamitsuji, atau dengan kata lain nenekmu."
Kedua, dia memperkenalkan seorang wanita berusia akhir tiga puluhan jika diliat dari wajahnya,"lalu yang ini Kiyoko Hanamitsuji, istri Yuza, dengan kata lain dia ini bibimu."
Lalu yang terakhir, Sae memperkenalkan seorang wanita lanjut usia dimana tampak rambutnya telah memutih.
"Terakhir, ini Suzumi Asuka, istrinya Yuji, dia ini adalah wanita yang pernah mengurus ayahmu dulu sewaktu kecil hingga dia menghilang."
Ren yang mendengar ini bereaksi sedikit,"menghilang..., maksudnya saat ayah kawin lari dengan ibunda?" tanyanya.
"Yah begitulah," jawab Sae datar.
Lalu Ren hanya mengangguk-angguk sedikit dan berdeham sebentar lalu memulai pembicaraan.
"Baiklah mari kita mulai diskusinya. Pertama-tama aku yang akan memulainya," ucap Ren lalu dia mengeluarkan beberapa foto dari tasnya dan meletakkannya di meja.
"Apa kalian tahu foto-foto ini?" tanya Ren pada semua orang di ruangan tersebut.
Yuji lah yang pertama kali bereaksi lalu dia menjawab.
"Itu foto para korban dari kasus yang menimpa nona Nanase kan?" ucapnya.
"Tepat sekali, lalu tahukan kalian persamaan dari foto-foto disini?" tanya Ren sekali lagi.
Mendengar pertanyaan ini semua orang merenung, mereka memperhatikan dengan cermat foto-foto tersebut dan mulai berpikir.
Kira-kira beberapa menit kemudian, seseorang menjawab. Dia adalah Suzumi, istri Yuji.
"Jika saya tidak salah semua foto-foto korban ini memiliki persamaan adanya luka sayatan di leher bagian samping kanan, apa benar?" ucapnya.
Semua orang selain Ren dan dirinya terkejut. Mereka memperhatikan ulang foto-foto tersebut dan benar saja memang ada luka sayatan tersebut.
"Ya itu benar, jadi menurut kalian apa kesimpulannya?" tanya Ren.
"Dewa kematian memakai pisau dalam menjalankan tugasnya..?" jawab Yuza.
"Mungkin itu semacam kutukan..?" jawab Kiyoko ragu.
Ren yang mendengar jawaban gila ini menghela nafas kasar. Dia benar-benar tak habis pikir.
"Aku memang tau kalau orang Jepang itu mempunyai kepercayaan perihal hal-hal gaib atau mudahnya takhayul, begitupula di Indonesia juga ada dan ditempat-tempat lain pasti ada, tapi bukankah kalian terlalu bodoh?" ucapnya kasar.
Sae yang mendengar ini menenangkan Ren yang kesal karena jawaban yang terkesan bercanda tersebut.
Sementara itu, Yuji yang memperhatikan perkataan Ren terus menerus di otaknya mulai menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut adalah..
"..mungkinkah pembunuhan berencana?" ucap Yuji.
Dan jawaban Yuji ini dibalas anggukan oleh Ren.
"Mustahil, tapi siapa yang berani melakukan hal ini!?" ucap Yuza marah.
"Kenapa ada orang yang tega melakukan ini!?" ucap Kiyoko yang juga marah.
Mereka terkesan tak terima dengan anggukan Ren.
"Tenanglah dulu, sekarang kalian lihat ini," ucap Ren lalu dia meletakkan beberapa kertas berisi hal-hal yang terlihat aneh.
"""Apa ini...?""" tanya semua orang di ruangan tersebut.
"Sihir dan kutukan," jawab Ren datar.
Merekapun terkejut dengan jawaban Ren. Sihir? Itu gila!
"Aku mengerti bahwa kalian tak percaya ini tapi biar aku jelaskan dulu. Pertama-tama tentang sihir ini, aku mendapatkannya dari kenalanku, seorang keturunan penyihir asli dari Eropa sana, aku menjelaskan padanya terkait kasus yang menimpa Nanase dan dia menjawab bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan dengan sihir," ucap Ren lalu dia mengambil nafas sebentar lalu melanjutkan perkataannya,"sihir itu terbagi dua jenis menurutnya, yaitu sihir umum dan sihir gelap, sihir umum seperti sihir yang menggerakkan benda dan semacamnya, bukan seperti yang sering dilihat dalam novel-novel fantasi, lalu sihir gelap terdiri dari kutukan dan jimat. Dia menjelaskan bahwa melakukan hal semacam ini bahkan mustahil untuk seorang penyihir gelap sekalipun," ucapnya lagi.
Lalu dia meletakkan beberapa kertas selanjutnya, ini berisi tulisan-tulisan aneh dan bacaan yang sulit dimengerti.
"Ini adalah mantra kutukan, aku mengumpulkannya dari berbagai belahan dunia seperti santet dari Indonesia contohnya, memang ada hal-hal seperti itu tapi untuk membuat hal semacam ini mustahil dan tidak ada manfaatnya menggunakan kutukan yang menimpa orang-orang yang dekat dengan korban. Maksudku, jila tujuannya mengekang korban kenapa perlu mengorbankan orang disekitarnya? Kenapa tidak langsung mempengaruhi korban saja? Begitulah," ucap Ren lalu dia mengambil gelas dan meminum air yang ada digelas tersebut. Setelah berbicara panjang lebar dia jelas merasa haus.
"Begitu.., jadi inilah alasan kenapa kamu menyimpulkan bahwa ini adalah pembunuhan berencana," jawab Sae sambil tampak berpikir.
"Ya, dan bukan hanya itu, aku kira aku tahu siapa orang yang melakukan ini," balas Ren.
"Tunggu!? Kamu tahu!? Katakan!" ucap Yuza membentak.
"Apa-apaan sikap itu? Menjijikkan sekali, bahkan jika kamu pamanku, aku tidak akan bersikap lunak atas ketidaksopananmu," balas Ren tak senang.
Lalu, Kiyoko menahan Yuza dan memintanya tetap diam.
"Bisakah kamu menjelaskannya, Ren?" tanya Kiyoko lembut.
"Yah baiklah, gampangnya orang ini tidak lebih tepatnya beberapa orang ini adalah pembunuh kelas satu dan aku yakin aku tahu mereka," jawab Ren.
"Bagaimana kamu tahu mereka?" tanya Kiyoko lagi.
"Aku ini besar di medan perang, tentu saja sesekali ada pembunuh yang dikirim pihak sekutu, salah satunya mereka ini. Dan begini-begini aku juga sangat familiar dengan "dunia bawah".Begini saja, aku akan tanya satu hal dan kalian jawab dengan jujur," balas Ren lalu dia berucap, "Menurut pandangan kalian keluarga Fubuki itu seperti apa?"
"Seperti apa? Tentu saja mereka keluarga baik-baik," balas Sae lalu yang lain mengangguk setuju.
"Begitu.., maka hanya ada satu pelaku yang bisa melakukan ini," ucap Ren.
"Siapa..?" tanya Sae ragu.
"Suzu Fubuki, tunangan Nanase," jawab Ren tenang.
Lalu, Yuza yang mendengar ini sangat marah dan dia menggebrak meja dengan kasar.
"Hentikan omong kosongmu! Kamu mau bilang kalau Suzu-kun sdalah pelakunya!? Atas dasar apa!?" ucapnya dengan marah bahkan wajahnya memerah.
"Hah, keluarga terkenal yang memiliki pengaruh ternyata hanya berisi orang-orang bodoh," ucap Ren jijik.
Lalu dia melirik kertas-kertas yang dia tampilkan.
"Aku telah menunjukkan banyak hal pada kalian, dan kalian yang selalu bersama Nanase seharusnya tahu bagaimana sikap Suzu pada Nanase. Kalian tidak akan berpura-pura bodoh dan menyebut obsesi gila bajingan itu pada sepupu perempuanku adalah cinta dan kasih sayang yang tulus kan?" tanya Ren dengan nada dingin.
Semua orang disana terdiam, memang mereka tahu sebrengsek apa Suzu tapi mereka sangat sulit mempercayai bahwa yang melakukan semua ini dan membuat hidup Nanase menderita dan kesepian adalah tunangannya sendiri.
Disaat-saat mereka pada merenung, Ren memutuskan berdiri dari tempat dia duduk dan berjalan pergi.
"Ini sudah malam, aku akan makan malam disini, jadi segera siapkan makanannya dan bereskan kertas-kertas yang aku tunjukkan tadi," ucapnya lalu dia benar-benar pergi meninggalkan mereka berpikir keras sendirian.