Setelah makan malam selesai, Ren pergi ke sebuah ruangan bersama Nanami untuk membicarakan perihal kasus Nanase.
Di ruangan itu mereka berbicara empat mata.
"Jadi, apa yang Anda tahu, Ren-sama?" tanya Nanami membuka percakapan.
"Yah, sebelum itu tolong jangan bersikap formal padaku, itu menganggu," balas Ren.
Lalu, Nanami mengangguk tanda mengerti.
Ren pun lalu melanjutkan perkataannya.
"Aku akan menjelaskannya secara perlahan. Jadi, tolong dengarkan dan jangan menyela."
Ren lalu menjelaskannya dari awal tentang kebenaran kasus tersebut.
Lalu, satu jam kemudian setelah cerita selesai, ekspresi Nanami berubah drastis. Ekspresinya menjadi kosong.
"Hey, wajahmu menakutkan, tahu?" ucap Ren sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Nanami dan segera membuat dia tersadar.
"A-ah, maafkan saya! Saya sudah memperlihatkan hal yang tak pantas," ucapnya sambil menundukkan kepalanya lalu wajahnya memucat. Dia baru saja menunjukkan ekspresi tak sopan di depan tuannya dan itu merupakan tindakan tercela bagi pelayan sepertinya.
"Santai saja, jadi apa tanggapanmu?" tanya Ren.
"Itu...sulit dipercaya...," jawab Nanami ragu-ragu.
"Begitukah? Jadi kamu tidak percaya?" tanya Ren sekali lagi.
"T-tidak! Bukan begitu maksud saya! Cerita Anda memang sulit dipercaya, tapi mengingat sikap tuan Suzu selama ini maka.. saya pikir itu masuk akal..," jawabnya.
"Begitu ya, yah aku sendiri tidak peduli jika ceritaku tidak dipercayai, aku akan tetap melaksanakan rencanaku. Yah, itu saja yang bisa aku sampaikan," balas Ren lalu dia berdiri meninggalkan ruangan diikuti Nanami.
Setelah itu, mereka kembali ke ruang keluarga dan disana sudah ada anggota rapat sebelumnya.
"Jadi, bagaimana hasilnya, Ren?" tanya Sae.
"Tidak ada masalah. Nanami sulit percaya tapi dia bilang itu masuk akal, setidaknya dia lebih baik dari "mereka"," balas Ren.
"Kerja bagus, Nanami. Kamu sudah mendengarkan dengan baik dan berpikir dengan logis," ucap Suzumi memuji cucunya.
"Terima kasih pujiannya, Nenek," balas Nanami sambil tersenyum.
Lalu, mereka pun duduk bersama dan berdiskusi sekali lagi.
"Jadi, apa rencanamu nanti, Ren?" tanya Sae.
"Aku belum memikirkannya, tapi aku pikir beberapa variabel harus bergerak. Aku juga akan mencari informasi lebih lanjut tentang para korban terutama sang detektif yang menjadi korban dulu. Saat akhir pekan nanti, aku akan menemui keluarganya bersama temanku," jawab Ren.
"Begitu.., kamu harus hati-hati Ren. Dahulu, beberapa orang yang berusaha menggali informasi dari keluarga detektif berakhir menghilang dan ditemukan tewas. Jangan sampai kamu bernasib sama!" ucap Sae memperingatkan.
Ren mengeriyitkan alisnya, dia tak senang dengan ucapan Sae.
"Aku mengerti kekhawatiranmu, tuan Sae. Akan tetapi, apa kamu lupa aku ini siapa? Aku tidak selemah itu," balas Ren.
"Yah, benar juga. Aku tidak bisa membantah itu," ucap Sae.
Lalu, suasana menjadi hening sebentar. Suzumi yang melihat ini sebagai istri kepala pelayan memutuskan bersuara. Dia mengusulkan agar Ren mengobrol tentang keluarganya, bagaimanapun juga Ren adalah bagian keluarga utama Hanamitsuji.
Ren yang mendengar usulan ini sangat mengerti alasan Suzumi mengusulkannya. Dia tidak menolak usulan tersebut dan memilih mengikutinya sebagai tanda terima kasih dan tanda dirinya menghormati orang yang lebih tua.
Ren mengobrol dengan anggota keluarga yang lain beberapa jam hingga waktu sudah hampir tengah malam dan diapun memutuskan untuk pulang.
"Ini sudah tengah malam. Aku akan pulang saja sebelum rumor aneh menyebar," ucap Ren.
Sae dan yang lainnya pun hendak mengantar Ren keluar rumah hingga—
Sebelum mereka sempat melakukan itu. Suara pintupun terdengar menandakan pintu utama baru saja terbuka.
Di sana berdiri Nanase dengan ekspresi terkejut tergambar jelas di wajahnya dan disampingnya ada Suzu dengan ekspresi marah yang seakan-akan dapat meledak saat ini juga.
"...Ren-san..., kenapa kamu ada dirumahku..?" tanya Nanami dengan ekspresi terkejutnya.
Ren dan yang lainnya tidak pernah mengharapkan hal semacam ini terjadi.
"Sialan...," eluh Ren dalam batinnya.