Setelah beberapa menit perjalanan dengan mobil, mereka telah sampai di depan sebuah rumah besar, rumah tempat keluarga utama Hanamitsuji tinggal.
Mobil itu pun masuk ke halaman rumah tersebut setelah melalui pemeriksaan oleh penjaga rumah.
"Kita telah sampai, Ren," ucap Sae lalu turun dari mobil.
Ren pun juga turun dari mobil.
Disana nampak beberapa pelayan berbaris menyambut kepulangan Sae.
"Selamat datang kembali, Sae-sama," ucap seorang lelaki tua berbaju pelayan.
"Dia sepertinya kepala pelayan dirumah ini," pikir Ren.
Sementara itu, Sae membalas sambutannya dengan senyuman hangat.
"Terima kasih atas sambutan berkelanjutannya, Yuji," balasnya.
Sae berbicara dengan lelaki tua tersebut, namanya Yuji Asuka, sejauh yang Ren tahu dia adalah orang yang ikut dengan Sae dan ayah Nanase sewaktu meminta dia membantu kasus Nanase sembilan tahun lalu.
"Ren, dia adalah kepala pelayan di rumah ini," ucap Sae sambil memperkenalkan Yuji padanya.
Sementara itu, Yuji yang melihat tuannya memperkenalkan dirinya hendak membungkuk hormat pada Ren tetapi dia terhenti.
Dia baru menyadarinya, dan dia baru saja terkejut saat nama "Ren" tadi disebut.
"Tu-tunggu, Sae-sama! "Ren" yang Anda maksud mungkinkah anak yang waktu itu!?" ucap Yuji sangat terkejut.
Dia bahkan langsung melihat ke arah Ren dan Ren hanya membalas tatapan itu dengan lambaian tangan seperti orang bodoh.
"Halo," ucap Ren sambil tersenyum.
Sementara Yuji yang melihat ini mundur secara refleks karena terkejut.
"Mu-mustahil...," ucapnya sambil memasang ekspresi aneh seakan-akan dia melihat seseorang yang seharusnya sudah mati tapi muncul tiba-tiba dihadapannya.
"Jangan terkejut begitu, Yuji. Kamu tidak sedang melihat hantu atau semacamnya," ucap Sae mengomel kecil.
"Ma-maafkan saya, Sae-sama," balas Yuji sambil menundukkan kepalanya meminta maaf.
Sementara itu, para pelayan lain yang melihat ini hanya bisa diam, mereka tidak berani mencampuri obrolan kepala pelayan yang merupakan pelayan paling senior di rumah ini dan kepala keluarga Hanamitsuji sebelumnya, mereka yakin itu tidak pantas bagi mereka.
"Hah, Ren perkenalkan dirimu," ucap Sae lelah lalu meminta Ren memperkenalkan diri.
"Selamat sore, semuanya. Nama saya Ren Kaito, hm jika ditambahkan nama keluarga seharusnya..., Ren Kaito Hanamitsuji. Yah, intinya salam kenal!" ucap Ren sedikit bersemangat.
Sae dan Yuji yang melihat ini memasang ekspresi tercengang. Bagi mereka yang tahu background Ren sebagai anak yang besar dari militer memasang ekspresi begitu tentu saja membuat mereka terkejut.
Sementara itu, para pelayan muda yang mendengar ini begitu terkejut. Mereka tidak bisa berkata-kata.
"U-um, maaf Sae-sama, bolehkah saya bertanya yang dimaksud anak itu tadi apa?" ucap seorang pelayan memberanikan diri untuk bertanya.
Sae yang melihat pelayan muda ini takut-takut untuk bertanya hanya bisa menghela nafas lelah dan menjelaskan situasinya.
"Seperti yang sudah kalian dengar dari anak ini, yang dia katakan memang benar. Dia adalah cucuku, putra kedua dari Kyouya Hanamitsuji, apa kalian paham?" tanya Sae setelah menjelaskan pada para pelayan.
Sementara itu, para pelayan muda yang mendengar ini hanya mengangguk, tanda bahwa mereka mengerti. Mereka tidak berani bertanya lebih lanjut karena takut itu tidak sopan. Pelayan tidak punya hak bertanya lebih lanjut pada tuannya, itulah apa yang mereka pegang sebagai pedoman.
Lalu, Ren yang tidak peduli dengan situasi berat ini melanjutkan perkataan Sae seakan-akan dia tidak mempunyai dosa.
"Dan sekedar tambahan, aku satu-satunya yang selamat dari tragedi genosida "Neraka Dunia". Ayah, ibu serta kakak laki-lakiku meninggal dalam tragedi itu, maaf karena menyelamatkan diriku, mereka malah meninggal," ucapnya sambil tersenyum tanpa dosa.
Tragedi genosida "Neraka Dunia", itu adalah nama tragedi yang mengawali perang saudara di Indonesia sepuluh tahun lalu. Dimana saat itu dalam satu malam ibukota ekonomi yang padat dibombardir dan diruntuhkan dalam sekejap mata. Nama "Neraka Dunia" diambil karena seluruh dunia menganggap tragedi itu merupakan tragedi kemanusiaan terburuk sepanjang sejarah umat manusia, dimana puluhan juta jiwa orang tewas seketika di Kota Jakarta dan sekitarnya.
Pada saat itu bau mayat dan bau gedung terbakar mencamari langit, gedung-gedung yang hancur menodai bumi dan noda darah menodai angkasa yang indah. Itulah kenapa "Neraka Dunia" dianggap sebagai nama cocok untuk menggambarkan tragedi kelam itu.
Sementara itu, Sae dan Yuji beserta para pelayan muda yang mendengar ini begitu terkejut, seorang anak muda mengatakan hal menyedihkan seperti itu sambil tersenyum, tetapi sayangnya mereka tahu bahwa jauh di dalam lubuk hati anak tersebut, dia merasakan rasa sakit yang mendalam.
Sae yang tidak mau melihat cucunya merasa sakit seperti ini hanya bisa menyemangatinya.
"Oh, ayolah, jangan salahkan dirimu, Ren. Ayo masuk, kamu ada urusan kan? Nanti sekalian kamu makan malam disini," ucap Sae mengalihkan pembicaraan lalu dia melanjutkan perkataannya, "Yuji tolong panggil Yuza dan Kiyoko ke ruangan pribadiku segera."
Lalu, Sae membawa Ren masuk ke rumah tersebut dan Yuji segera melaksanakan perintah Sae dengan memanggil kepala keluarga Hanamitsuji saat ini, Yuza Hanamitsuji dan istrinya Kiyoko, ibunda Nanase.
Dan akhirnya, dimulailah diskusi mereka.