Chereads / Suami Terbaikku / Chapter 16 - Kenyataannya

Chapter 16 - Kenyataannya

3 hari sebelum Alby mengalami kecelakaan, Sonya sudah meminta mantan suaminya itu untuk datang. Sekalipun alasannya karena Daren, tapi Alby tidak kunjung datang. Sonya kesal dan berpikir Shafa adalah penyebabnya.

Melihat sangat anak menderita, Sonya berniat untuk mengakhiri semua yang selama ini dia rahasiakan. Kakinya membawa dia pulang dan mencari sebuah kertas yang disembunyikan selama bertahun-tahun.

"Aku harus telepon mereka. Ini saatnya aku kasih tau ke mereka yang sebenernya. Aku mungkin bisa bertahan sedikit lagi, kalau aja mereka enggak menjadikan Daren sebagai korbannya. Mereka udah keterlaluan."

2 nomor telepon yang tertulis dikertas itu, mulai disalin ke dalam ponsel. Nomor pertama milik wanita yang pernah menjadi ibu mertuanya. Sonya mendapatkan nomor itu beberapa tahun lalu dari ponsel Alby.

"Halo, ini siapa, ya?" tanya wanita itu.

Jantung Sonya berdegup kencang. Itu kali pertama dia berkomunikasi dengan ibu mertuanya. Bahkan air matanya tidak dapat dibendung, walau kekesalan dihatinya meluap-luap.

"Saya Sonya."

"Sonya? Saya enggak kenal."

"Saya mantan istri sirinya Mas Alby."

Suara tawa terdengar dari wanita bernama Hera itu. "Mantan istri siri? Ngaco kamu!"

Panggilan itu dimatikan sepihak oleh Hera. Namun, Sonya segera mengirim foto pernikahannya dengan Alby bersama penghulu dan beberapa saksi pernikahan mereka.

Tanpa menunggu lama, Hera kembali menelponnya. "Jangan bercanda, ya, kamu?! Anak saya enggak pernah ngelakuin itu! Saya akan laporin kamu ke polisi atas dasar penipuan!"

"Tante, saya enggak bohong. Saya bener-bener mantan istrinya Mas Alby. Kita juga udah punya anak laki-laki yang sekarang lagi sakit parah."

"Halah, kamu mau nipu saya dan minta uang buat pengobatan anak kamu gitu?! Saya bener-bener bakal laporin kamu ke polisi!"

Lagi-lagi, panggilan itu dimatikan. Sonya kembali mengirim beberapa foto dia bersama Alby. 10 menit kemudian, Hera kembali menelponnya.

"Jangan bikin saya benci sama anak saya sendiri!"

"Saya enggak bohong, Tante."

Sonya menceritakan semua tentang hubungannya dengan Alby. Dari awal mereka menikah, sampai mereka bercerai. Hera terlihat mulai mempercayai Sonya. Dia juga tidak dapat menyembunyikan kesedihannya setelah mendengar betapa hebat anak semata wayangnya itu dalam berbohong.

"Di mana kamu sekarang?" tanya Hera.

"Saya di Malang. Tante, tolong anak saya. Mau gimanapun, dia juga cucu Tante."

"Kalau gitu, saya akan ke Malang hari ini. Kirim aja alamat rumah kamu. Kalau kamu bohong, saya akan langsung laporin kamu ke polisi!"

***

Rendi selalu menawarkan diri untuk menjaga Daren ketika selesai bekerja. Dia berharap, dengan begitu Sonya akan sedikit melupakan masalahnya dengan Shafa.

"Kamu udah bisa baikan sama Shafa?"

"Gimana bisa? Bahkan sampai sekarang Mas Alby enggak dateng jenguk anaknya karena Shafa."

"Kenapa jadi nyalahin Shafa?"

"Shafa lagi hamil. Pastinya Mas Alby bakal kasih banyak perhatian buat dia."

"Sonya, aku mau kamu sama Shafa baikan."

"Aku udah bisa terima kalau Mas Alby enggak mau rujuk sama aku. Tapi, aku enggak pernah terima kalau Mas Alby lupain anaknya cuma gara-gara Shafa. Aku enggak akan bisa terima, Ren."

"Tapi, kalau kamu omongin baik-baik sama mereka, pasti masalahnya selesai, kok."

Tiba-tiba, ponsel Sonya berdering pertanda pesan masuk dari seseorang yang dia tunggu-tunggu. Bukan Alby, melainkan Hera yang katanya sudah sampai di depan rumah Sonya.

"Ren, aku titip Daren, ya? Aku mau pulang sebentar."

"Ada apa?"

"Enggak ada apa-apa. Aku pergi dulu, ya?"

Belum dapat percaya kalau dia akan segera bertemu dan berbincang dengan mantan ibu mertuanya. Sonya juga sudah tidak sabar lagi ingin mengungkapkan semua yang selama ini menjadi rahasia besar untuknya, tanpa berpikir resiko apa yang akan dia terima nantinya.

"Tante?" Saat ingin memeluknya, Hera yang duduk di kursi depan rumah langsung mendorong Sonya.

"Jadi, kamu yang namanya Sonya?"

"Iya, saya Sonya mantan istri sirinya Mas Alby."

"Banyak yang mau saya tanyain ke kamu."

"Kalau gitu, kita ngobrol di dalem aja."

Setelah membuatkan minuman, Sonya yang awalnya ingin berbicara santai lebih dulu, langsung dicerca beberapa pertanyaan. Namun, pertanyaan terakhir membuatnya bungkam.

"Saya akan kasih uang berapapun yang kamu mau, asalkan kamu jauh-jauh dari anak saya. Bisa?"

"Saya cuma mau anak saya diakui sama ayah dan neneknya, Tante."

"Kamu itu cuma istri siri. Lagi pula, status kamu bukan lagi istri dari anak saya. Anak saya juga udah punya istri sah sekarang. Saya enggak mau kehadiran kamu membuat rumah tangga anak saya dan istrinya hancur!"

"Tapi, Tante ...."

"Saya bela-belain dateng dari Jakarta ke Malang, cuma mau menemui kamu untuk menawarkan semua ini."

"Tante enggak kasihan sama anak saya?"

"Saya enggak peduli. Jadi, apa keputusan kamu?"

"Saya enggak bisa terima uang itu. Saya cuma mau anak saya diakui oleh ayah dan neneknya!"

"Yaudah, terserah kamu! Saya pastikan, kamu enggak akan mendapatkan apa yang kamu mau!" ancam Hera yang kemudian keluar dari rumah itu.

"Saya juga enggak akan diam aja, Tante! Saya akan lakuin apa pun demi anak saya!"

***

Sudah beberapa hari setelah bertemu mantan mertuanya itu, Sonya masih kesal dan merasa tidak terima. Dengan penuh emosi, Sonya pergi ke rumah Shafa setelah membeli sesuatu di toko bangunan. Perasaan kesal dan sedih, bercampur aduk dalam hatinya. Kehadiran dia dan anaknya yang tidak pernah diakui, membuat Sonya yakin ingin melakukan hal tersebut.

Saat di jalan, Sonya mendapat telepon dari Alby yang mengatakan ingin mengunjungi Daren di rumah sakit. Namun, itu tidak membuat Sonya berubah pikiran untuk menghentikan aksinya.

"Aku benci banget sama kamu, Shaf. Kamu ambil semuanya dari aku, bahkan dari anak aku! Aku enggak rela kamu bahagia, sedangkan anak aku menderita!" batin Sonya berkata penuh kekesalan.

Rumah yang menjadi tujuannya terlihat sepi. Sonya turun dari taksi dan bersembunyi dibalik batang pohon. Secara perlahan, kakinya melangkah masuk melewati pagar besi yang tinggi.

"Kayaknya, dunia mendukung aku buat lakuin ini, Shaf," ucap Sonya setelah melihat keadaan sekeliling sepi, tidak terlihat orang yang berlalu lalang.

Mulailah Sonya melempar 5 buah obeng berukuran sedang satu persatu. Tujuannya adalah kaca ruang tamu, dapur, dan kamar utama yang ada di lantai atas.

"Ini peringatan buat kalian," ujar Sonya yang setelahnya pergi lewat pintu belakang.

Sonya kembali ke rumah sakit dengan cepat. Namun, dia terkejut karena tidak sengaja menabrak Shafa yang terlihat menangis.

"Aduh!" rintih Shafa.

"Shafa? Kamu ngapain di sini? Kenapa kamu nangis gitu?"

"Sonya ...."

"Di mana Mas Alby? Tadi, dia telepon aku. Katanya lagi di jalan mau ke sini. Tapi kenapa belum sampai juga?"

"Mas Alby kecelakaan pas lagi di jalan mau jenguk anak kamu."

Kembali Shafa berlari dan meninggalkan Sonya yang kakinya terasa berat untuk melangkah. "Apa? Kecelakaan?"

Sonya mengikuti ke mana Shafa pergi. Namun, langkahnya terhenti saat mengingat perkataan Hera untuk tidak mendekati Alby. Sonya pun, hanya bisa menangis sambil mencium kening anaknya berkali-kali.

"Sayang, ayah kamu habis kecelakaan. Ibu enggak tau gimana keadaannya sekarang. Nenek kamu enggak kasih Ibu izin untuk ketemu sama ayah. Ibu harus apa sekarang?" tutur Sonya sambil menangis.

Setelah 30 menit berlalu, Sonya tidak dapat lagi menahan dirinya untuk hanya diam tanpa tau kabar Alby. Dia kembali ke tempat di mana Shafa menunggu. Di sana, terlihat kedua mantan mertuanya, ayah dan ibunya Alby.

"Aku enggak mungkin ke sana. Ada ayahnya Alby yang nungguin juga."

Sonya memutuskan untuk kembali ket ruangan tempat Daren di rawat. Tapi, seseorang menarik tangannya dengan kuat.

"Tante?"

"Saya butuh bantuan kamu." Hera menarik Sonya untuk duduk di bangku depan ruangan itu. "Saya akan akui anak kamu sebagai cucu saya. Tapi, ada syaratnya."

"Apa, Tante?"

"Kamu kenal sama istrinya Alby?"

"Eum ... Shafa?" tanya Sonya yang pura-pura tidak tahu. "Saya cuma tau doang, Tante. Terus, apa hubungannya sama dia?"

"Buat dia kesakitan dan bawa dia ke hadapan saya."

"Maksudnya?"

"Setelah Alby kecelakaan, saya pergi ke seorang peramal yang merupakan teman saya sendiri. Ternyata kecurigaan saya benar. Anak yang Shafa kandung itu pembawa sial. Dia yang bikin anak saya seperti ini sekarang."

"Terus Tante mau apa?"

"Nanti saya akan kasih kamu alamat ke mana kamu harus pergi. Tapi ini cuma rahasia diantara kita. Jangan sampai ada orang yang tau, apalagi Alby dan ayahnya, paham?" jelas Hera dengan suara pelan.

"Tapi, apa Tante bisa janji bakal akui anak saya?".

"Iya, saya janji. Bahkan, saya juga akan akui kamu sebagai menantu saya."

***