Chereads / Suami Terbaikku / Chapter 10 - Ungkapan Rendi

Chapter 10 - Ungkapan Rendi

Keluarga Alby dan Shafa makan dimeja yang sama, sedangkan tamu dimeja masing-masing. Itu pertama kalinya untuk Alby dan Shafa berbincang hangat dengan mertuanya. Namun, Shafa sadar kalau Alby terlihat tidak nyaman.

"Mas?"

Alby terlihat sangat terkejut saat Shafa memanggilnya. "Iya?"

"Kamu kenapa? Pucat banget gitu mukanya?"

"Aku agak sedikit capek aja."

"Kalau gitu, kamu istirahat aja di hotel. Aku antar, ya?"

"Enggak usah, Sayang. Eggak apa-apa."

Karena Rendi terus meminta untuk pulang, akhirnya Sonya mengikuti. Jujur, Rendi juga merasa seperti seorang penjahat karena menyembunyikan status tentang Sonya dan Alby.

"Shaf, aku sama Sonya izin pulang duluan, ya?" Rendi mendekati meja Shafa dan berpamitan juga pada orang tua sahabatnya itu.

"Kok, pulang duluan, sih, Ren?" tanya Fatma yang memang kenal betul dengan Sonya dan Rendi.

"Iya, aku ada kerjaan nanti siang. Aku pulang duluan, ya, Tante? Kalian sehat-sehat, ya?" pamit Rendi pada keluarga Shafa dan Alby.

Itu juga merupakan kali pertama untuk Sonya bertemu mantan mertuanya. Iya, dia belum pernah bertemu orang tua Alby. Hal itu karena mereka menikah secara diam-diam.

"Aku pulang duluan, ya, Shaf?" Sonya cipika-cipiki pada Shafa setelah sekian lama. "Mas Alby, aku pulang duluan, ya?"

"Oh, i-iya. Hati-hati di jalan, ya?" Alby terlihat sangat gugup dan canggung. Namun, Shafa lagi-lagi tidak menyadarinya.

Baru saja selangkah pergi, entah benar atau pura-pura, Sonya terjatuh dan Alby secara spontan menahan tubuhnya. Walau melihatnya di depan mata, Shafa sama sekali tidak terlihat curiga. Tapi, Rendi langsung menggantikan Alby dan segera membawa Sonya pergi.

Batin Alby berkata, "Ah, kenapa jadi gini? Kalau aja dari awal aku tau Shafa itu sahabatnya Sonya, pasti aku udah jujur sama Shafa. Kalau udah kayak gini, gimana caranya ngomong ke Shafa?"

Melihat keringat di kening suaminya, Shafa segera mengelapnya menggunakan tangan telanjang. "Kamu keringetan gini, sih, Mas?"

Walau dilihat oleh keluarga mereka, Alby tidak malu untuk mencium tangan yang Shafa gunakan untuk mengelap keringatnya. Shafa banyak tersenyum dihari ulang tahunnya itu.

***

Setelah acara selesai, keluarga mereka harus segera pulang karena Fahri---Ayah Alby---harus mulai bekerja besok. Dia adalah pengusaha tekstil terpandang di Jakarta. Tapi, Alby memilih bekerja sebagai guru daripada bekerja di perusahaan ayahnya.

Shafa dan Alby kembali ke rumah dengan membawa banyak sekali hadiah ulang tahun. Selepas bersih-bersih, mereka membuka satu persatu hadiah itu.

"Mas, ada skincare kesukaan aku!" teriak Shafa karena merasa sangat senang, dihadiahi barang kesukaannya dari murid suaminya. "Dari Adelia, Mas."

"Oh, dia emang suka makeup gitu. Jadi, dia pasti paham," jawab Alby sambil membantu Shafa membuka hadiahnya.

Alby yang membuka kertas kadonya dan Shafa yang mengambil hadiahnya. Shafa terlihat sangat antusias. Karena jujur saja, Alby belum pernah membelikan Shafa barang-barang selain mahar saat mereka menikah.

"Liat, deh, Mas! Ada yang kasih aku 1 set makeup dari Wardah! Ini yang aku mau dari dulu, Mas!" Bahkan, Shafa sampai memeluk kotak tersebut.

"Itu dari siapa, Sayang?"

"Dari Maharani, ketua kelas tercantik. Gitu tulisan di kartu ucapannya."

Hadiah berbentuk kotak yang selanjutnya Alby buka adalah pemberian dari Sonya. Jantungnya kembali terpompa kencang. Melihat wajah polos Shafa yang sedang sangat bahagia, Alby sangat merasa bersalah karena merahasiakan semuanya dari Shafa.

"Cepet, Mas, bukain hadiahnya. Itu dari siapa?"

"Ini dari ...." Alby pura-pura membaca kartu ucapan yang tertempel di atas hadiah itu. "Jessica Sonya. Sahabat kamu, ya?"

Setelah membuka bungkusannya, Alby memberikannya pada Shafa untuk dilihat isinya. "Wah, perlengkapan makeup. Sonya emang paling tau apa yang aku suka."

"Shaf, hadiahnya udah abis."

"Aku bener-bener seneng banget! Terima kasih, ya, Mas? Ini semua berkat kamu." Shafa memeluk Alby dengan erat. "Maaf aku udah curiga sama kamu, Mas."

Setelah membelai lembut rambut Shafa, Alby mulai menciumnya. Dia suka dengan dengan aroma harum dari rambut sang istri. Sungguh, Alby telah benar-benar mencintai Shafa dan tidak ingin kehilangannya.

"Selamat ulang tahun, ya?"

"Kamu mau apa? Aku akan turutin mau kamu," tanya Shafa tanpa pikir panjang.

"Aku mau anak."

Yang awalnya terlihat sangat bahagia penuh senyuman, wajah Shafa seketika langsung suram. "Maaf, ya, Mas, aku belum bisa kasih kamu anak?"

"Ayo, kita buat lagi?"

"Kalau belum berhasil juga, gimana?"

"Kita buat lagi."

"Kalau belum juga?"

"Ya, kita buat lagi."

"Mas ...."

"Aku enggak akan ninggalin kamu, apa pun yang terjadi. Aku sayang banget sama kamu, Shaf." Kembali, Alby memeluk sang istri penuh kehangatan.

***

Sudah beberapa hari Shafa tidak melihat Jelita. Kali itu, dia kembali melihatnya yang juga baru keluar dari rumahnya. Shafa pura-pura tidak lihat dan sibuk menyiram tanaman. Namun, Jelita mendekati perbatasan rumah mereka.

"Mas Alby udah pulang, Mbak?" tanya Jelita.

"Suami saya enggak ke mana-mana, kok."

"Bukannya beberapa hari lalu Mas Alby pergi, ya? Saya mau minta oleh-oleh ke dia."

"Enggak ada oleh-oleh."

"Setiap pulang jalan-jalan, biasanya dia selalu bawain saya oleh-oleh. Kalau gitu, biar saya sendiri aja yang minta ke dia."

"Saya udah bilang, jangan ganggu suami saya!"

"Kalau nyatanya dia sendiri yang suka sama saya, gimana?"

"Cukup, ya! Saya beneran enggak suka kalau Mbak Jelita deket-deket sama Mas Alby!" Air mata mulai menetes karena Shafa menahan amarahnya.

Alby datang dengan tubuh yang tertutup kaos hitam. "Ada apa, Sayang?" Alby menarik tangan Shafa.

"Sekali lagi kamu deketin suami saya, saya bakal laporin kamu ke Pak RT supaya bisa ditindaklanjuti!"

"Loh, kok, jadi marah-marah, sih?"

Shafa menghadap ke belakang dan langsung mencium bibir Alby yang sedari tadi berdiri di belakangnya. "Kamu beneran sayang sama aku, 'kan, Mas?" tanya Shafa pelan.

Tanpa menjawab, Alby menarik Shafa untuk masuk ke dalam rumah dan segera menutup pintu. Tangannya yang besar, mendekap wajah Shafa dengan lembut. Tujuannya adalah bibir Shafa. Alby hanya menyukai bibir istrinya itu.

Aksi mereka terlihat dari jendela dan Jelita melihatnya dari kejauhan. "Ck, nyebelin banget!"

***

Shafa hanya berbaring di kasur setelah Alby berangkat kerja. Tiba-tiba, tubuhnya terasa lemas dan kepalanya sangat pusing. Mungkin karena kecapean. Seseorang datang mengetuk pintu. Shafa beranjak dari tempat tidur dan merapikan rambutnya sambil berjalan.

Seorang pria dengan tubuh yang tinggi, berdiri dihadapan Shafa. "Rendi? Kamu, kok, tau rumah aku?"

"Ada Alby?"

"Dia udah berangkat kerja. Ada apa, Ren?"

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Tentang Sonya."

Shafa terkejut. Wajahnya yang pucat terlihat semakin meresahkan. "Ada apa?"

Karena tidak ingin ada gosip yang macam-macam, Shafa dan Rendi pergi ke Kafe Tulip untuk membahasnya. Walau tubuhnya lemas, tapi rasa penasaran seperti dapat mengatasinya.

"Rendi, Sonya kenapa?"

"Aku udah mikirin soal ini secara matang-matang. Aku rasa, aku enggak bisa merahasiakan semuanya dari kamu."

Setelah mengetahui mantan suami Sonya dan suami Shafa adalah orang yang sama, Rendi berusaha untuk merahasiakan semuanya dari Shafa. Dia juga sudah menyuruh Sonya untuk jujur ke Shafa. Tapi, Sonya mengabaikannya.

"Aku harap, keputusan aku untuk jujur ke kamu ini enggak bikin rumah tangga kamu hancur."

"Ini bukan soal perselingkuhan, 'kan, Ren?" tanya Shafa yang mulai curiga.

"Aku harap bukan. Jadi, sebenernya Sonya dan Alby pernah nikah siri 2 tahun lalu. Aku juga baru tau kemarin, Shaf. Menurut pengakuan Sonya, mereka udah cerai sejak 6 bulan lalu."

"A-apa?"

"Tapi, aku percaya kalau Alby dan Sonya beneran udah cerai. Buktinya, Alby mau nikahin kamu, 'kan? Dan kayaknya, mereka nikah sembunyi-sembunyi."

"Sonya pernah bilang, kalau Mas Alby punya wanita lain yang usianya lebih muda dari dia. Apa mungkin yang Sonya maksud itu dia sendiri?"

"Iya, itu dia. Dia masih mengharapkan Alby yang sekarang udah cinta sama kamu, Shafa. Tapi entah kenapa, aku percaya kalau Alby itu seriusnya sama kamu."

"Rendi, kenapa jadi kayak gini?" Air mata mulai membasahi wajah Shafa yang terlihat semakin pucat.

"Coba kamu omongin baik-baik ke Alby. Aku bakal bantu kamu untuk menyelesaikan semuanya, kok."

"Kalau Mas Alby dan Sonya masih punya hubungan dibelakang aku, gimana, Ren? Aku harus apa?"

***