"Kamu nginep di mana?!" ucap Shafa yang mulai kesal dan mencoba menahan air matanya.
"Kamu tenang dulu. Besok pagi, kamu bakal tau semuanya."
"Sekarang! Kasih tau aku sekarang!" rengek Shafa sambil menangis.
"Besok, aku bakal jujur ke kamu."
Shafa berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Dia mencegah dirinya untuk mengunci pintu kamar karena tidak ingin Alby tidur di luar lagi, di rumahnya sendiri.
Tidak dapat tertahankan, Shafa menangis dibawah dibalik selimut. Bahkan, Alby dapat mendengarnya dari lantai bawah. Karena merasa bersalah, Alby memeluk Shafa yang tidur membelakanginya.
"Sayang, aku minta maaf."
Shafa hanya terus menangis sesenggukan. Cara Alby memeluk, mencium, dan membelainya, tidak membuat Shafa berhenti menangis. Wanita berusia 24 tahun itu, sepertinya merasa sangat hancur.
Dengan cepat, Shafa membuka selimutnya. "Kenapa enggak sekarang?!" Menampilkan rambut panjang yang terurai menutupi wajahnya.
Alby merapikan rambut sang istri perlahan. "Apa yang kamu takutin, hah?"
"Aku yakin, pasti kamu punya hubungan sama wanita itu, 'kan?!"
"Siapa?"
"Karina! Kamu selingkuh sama dia, 'kan, Mas?!"
"Selingkuh? Kenapa kamu berpikiran kayak gitu?" Wajah Alby terlihat sangat terkejut.
"Halah, enggak usah ngelak! Aku udah tau, Mas!"
"Aku beneran enggak selingkuh, Shaf. Apalagi sama Karina. Dia cuma ...."
"Buktiin aja!"
***
Pagi-pagi sekali Shafa bangun, tidak seperti biasanya. Tidurnya tidak nyenyak karena terus memikirkan masalah itu. Melihat Alby yang masih tertidur bertelanjang dada, sama sekali tidak membuat Shafa tertarik untuk memeluknya seperti biasa. Dia masih kesal dengan suaminya yang sudah mulai berbohong.
"Mas, bangun. Ayo, jelasin semuanya sekarang."
Alby membuka matanya perlahan. Sangat tampan, hanya itu kata yang melintas dipikirkan Shafa ketika melihat wajah suaminya. "Jam berapa sekarang?"
"Jam 8 pagi. Ayo, bangun. Jelasin semuanya."
Perlahan, Alby mengangkat tubuhnya dan terduduk di atas kasur. "Gara-gara nangis, mata kamu jadi sipit kayak gitu, tuh."
"Enggak usah ngomongin yang lain. Cepet, jelasin ke aku sekarang. Ke mana kamu pergi setelah pulang dari Surabaya?" tanya Shafa dengan sinis.
"Iya-iya, aku mau mandi dulu. Nanti, kita ketemuan sama orang itu."
"Siapa?"
"Tunggu," Alby mengambil ponselnya. Mencari nama orang yang ingin dia hubungi. "Hallo, Karina?"
"Hah? Karina? Mas, kamu beneran ...." Shafa sampai kehabisan kata-kata. Air matanya kembali mengalir.
Alby mengarahkan jari telunjuknya ke mulut, mengisyaratkan pada Shafa untuk diam. "Hari ini jam 9, kamu bisa datang ke hotel Alexander, enggak?"
"Hotel? Ada apa, Kak?"
"Datang aja. Saya tunggu, ya?" Alby mematikan panggilannya segera.
"Mas, kamu bener-bener ...."
"Ayo, siap-siap. Kita harus sampai ke hotel itu jam 9."
***
Jalanan selalu macet di hari Minggu. Alby dan Shafa hanya saling diam, tidak berbicara sama sekali. Hanya musik yang mencairkan kesunyian diantara mereka.
"Aku beneran enggak selingkuh, Shaf."
"Buktiin aja dulu. Mana ada penjahat yang mau ngaku?" sinis Shafa.
"Aku bukan penjahat."
"Nyakitin hati perempuan itu adalah kejahatan. Kamu udah nyakitin hati aku. Berarti, kamu penjahat."
Alby mencoba memegang tangan Shafa dan langsung ditepis oleh istrinya itu. "Karina itu bukan siapa-siapa aku."
"Buktiin aja dulu. Enggak usah banyak omong."
Setelah hampir 1 jam diperjalanan karena macet panjang, mereka sampai di hotel yang dituju. Shafa hanya mengikuti Alby saat masuk ke dalam hotel itu. Jantungnya berdegup kencang karena rasa kesal yang tertahan.
"Mas, tunggu."
Alby berhenti saat Shafa menarik tangannya. "Ada apa?"
"Jadi, kamu nginep di hotel ini?"
"Iya, aku tidur di sini setelah pulang dari Surabaya."
Shafa terkejut dengan pengakuan Alby yang jujur, tanpa rasa bersalah. "Kamu, kok, kayak enggak ada rasa bersalahnya gitu, sih, Mas?" Mata Shafa mulai berlinang air mata.
"Iya, aku minta maaf karena merahasiakan semuanya dari kamu."
"Bukan itu masalahnya! Kenapa kamu harus selingkuh, Mas?! Kamu bilang, kamu udah cinta sama aku?!" Shafa mulai mengeluarkan kekesalannya.
"Aku enggak ...."
"Kamu tidur sama wanita itu di hotel ini?"
"Wanita siapa? Karina?"
Shafa hanya menghela napas dengan kasar, mengusap air matanya, dan kembali berjalan. Lift berhenti dilantai 3. Langkah Shafa semakin terasa berat. Seluruh badan terasa sangat lemas. Ketika melihat apa yang ada di hadapannya, rasanya Shafa ingin pingsan.
"Selamat ulang tahun!" ucap orang-orang serempak.
***
Sonya ingat kalau hari itu Shafa berulang tahun. Dia membelikan sebuah hadiah untuk sahabatnya itu. Niatnya, dia ingin memberikan langsung dengan datang ke rumah Shafa.
"Seru kali, ya, kalau aku dateng ke rumah Shafa dan ketemu Mas Alby di sana?" ucap Sonya sendiri. "Pengen tau, deh, reaksinya Mas Alby pas tau kalau aku dan istrinya sahabatan."
Saat hendak pergi dari toko kado, seseorang menelponnya. "Hallo, Ren? Ada apa?"
"Sonya, Shafa ngundang kita untuk dateng ke acara ulang tahunnya sekarang."
"Sekarang?"
"Iya. Undangannya dadakan karena dia juga dapet kejutan dari suaminya."
"Kejutan?"
"Kita berangkat bareng, ya? Nanti, aku jemput kamu."
Setelah sekian lama, Rendi kembali menelponnya. Apa yang Rendi sampaikan membuat Sonya tersenyum bahagia. Dia memiliki rencana baru yang menurutnya sangat tepat.
"Kesempatan yang bagus."
Sembari menunggu Rendi datang menjemputnya, Sonya mengirim pesan bahkan menelpon Alby berkali-kali. Namun, tidak ada satupun yang dibalas.
"Pasti lagi sibuk sama Shafa."
Tidak lama, Rendi datang dengan mengenakan mobil berwarna hitam. "Sonya, ayo!"
Rendi merasakan kecanggungan karena kembali bertemu Sonya setelah sekian lama. "Kamu apa kabar, Nya?"
"Aku baik, kok. Kamu sendiri gimana?"
"Aku juga baik. Gimana kabar suami kamu?"
"Dia udah bahagia sama wanita lain."
"Suami kamu selingkuh? Kurang ajar."
"Aku udah cerai sama dia 6 bulan lalu. Aku masih sendiri, sedangkan dia udah nikah lagi."
"Yaudah, masa lalu dilupain aja. Sekarang, fokus cari pria yang lebih baik untuk masa depan kamu."
"Tapi, aku cuma mau dia, Ren. Aku enggak mau pisah sama dia. Aku iri sama wanita itu. Aku dinikahin secara siri, sedangkan wanita itu dinikahin secara sah."
"Jadi, kamu nikah siri?" tanya Rendi dengan terkejut.
"Iya! Aku iri sama Shafa! Dia penghianat!"
"Hah?"
"Suami Shafa itu adalah mantan suami aku, Ren!"
***
Kedua orang tua, mertua, dan kakaknya datang. Shafa menangis dipelukan Alby, disaksikan banyak orang yang datang. Alby sengaja mengundang 28 muridnya untuk meramaikan acara itu.
"Selamat ulang tahun, ya, Sayang?" ucap Alby sambil mengusap air mata sang istri tercinta.
"Mas, maksudnya apa, sih? Aku enggak ngerti." Suara Shafa terdengar serak.
"Aku nyewa hotel ini untuk ulang tahun kamu. Sekalian untuk tempat menginap orang tua kamu dan orang tua aku. Jadi, aku tidur di hotel ini setelah pulang dari Surabaya."
"Terus?"
Alby mendekatkan mulutnya ke telinga Shafa. "Kamu kira aku tidur di rumah wanita lain, ya?" Shafa hanya tersenyum sambil menangis.
Semua orang mulai menyantap hidangan yang disediakan. Kejutan itu adalah rencana Alby sendiri. Dia menyuruh orang tua dan mertuanya untuk datang tanpa sepengetahuan Shafa.
Melihat Karina datang, Alby melambaikan tangan agar Karina mendekatinya. Wajah Shafa kembali berubah ketika Karina ada dihadapannya. Jujur saja, dia masih terpikirkan ucapan Sonya tentang Alby yang katanya selingkuh dengan wanita muda.
"Kak Alby, ada apa?" tanya Karina bingung.
"Karina, ini istri saya, namanya Shafa. Shaf, ini Karina, kakaknya murid aku."
Karina dan Shafa mulai berjabat tangan. "Jadi, dia bukan ...."
"Bukan, sayang. Dia ini cuma kakaknya murid aku dan sekarang rekan kerja aku. Dia guru baru di sekolah tempat aku ngajar."
"Oh, Mbak, saya sama Kak Alby enggak ada hubungan yang macem-macem, kok," ujar Karina.
"I-iya, maaf saya udah curiga sama kamu."
Kecanggungan itu hilang saat Shafa melihat kedatangan dua sahabatnya yang sedari tadi ditunggu. "Sonya, Rendi?!"
"Selamat ulang tahun, Shaf!" ucap Rendi sambil memeluk Shafa. "Kadonya nyusul, ya? Aku lupa soalnya."
"Heu! Masa lupa sama ulang tahun aku, sih?!"
"Aku enggak lupa, dong! Nih, kado buat kamu." Sonya memberikan kado yang sangat besar. "Semoga kamu suka."
"Terima kasih, Sonya!" Shafa memeluk Sonya dengan erat.
"Oh, iya, aku mau kenalin kalian sama suami aku, yuk!" Tangan Sonya dan Rendi ditarik Shafa untuk mendekati Alby.
Alangkah terkejutnya Alby saat melihat Shafa menarik tangan Sonya dan mengatakan kalau itu sahabatnya. Wajahnya memerah dan keringat membasahi keningnya.
"Mas, ini sahabat aku, Sonya dan Rendi," ucap Shafa.
"Hallo, Mas Alby?" sapa Sonya.
***