"Arumi kamu cantik banget" tante Iren memuji Arumi ketika sudah mengenakan baju dan juga diriasi. Arumi melihat dirinya dicermin dengan menggunakan baju pengantin itu dia tidak percaya hari ini tiba untuk pernikahannya dengan Dafa ada rasa bersalah dalam hatinya pada Dafa atau keluarganya.
"kok ngelamun, hari ini kamukan bakal nikah" Ucap tante Iren sambil memegang kedua pipi Arumi dan menatap gadis itu. Matanya berkaca-kaca melihat Arumi yang dulunya gadis kecil akan menjadi seorang istri.
Acara pernikahan berjalan dengan lancar dan meriah disebuah hotel mewah. tapi dibalik hal itu selama acara dilakukan Arumi tidak melihat wajah bahagia dari Dafa yang sekarang sah jadi suaminya.
"uh lelah banget" ucap Arumi sambil memijit pundaknya. Pernikahan mereka berlangsung meriah ia memijit pundaknya. Arumi dan Dafa sekarang berada di dalam Kamar hotel yang sudah disediakan untuk malam pertama mereka. Mata Arumi memandangi sekeliling ruangan itu yang begitu dipenuhi hiasan dan bunga mawar membuatnya bergedik ngeri dari pada membayangkan hal yang aneh-aneh Arumi memutuskan untuk menggantikan baju penggantin yang masih melekat ditubuhnya alasan kenapa baju pengantin masih digunakan karena Arumi dan Dafa langsung dipaksa ke hotel ini setelah acara selesai.
Arumi menarik turun baju pengantinnya dan baru menyadari Dafa ada disitu.
"jangan menoleh kemari" ucapnya melihat Dafa yang sibuk dengan ponselnya.
"apasih, ganti aja aku gak bakal lihat juga" ucapnya terkesan cuek.
Arumi mengganti bajunya dari lemari yang sudah disediakan "apa-apaan baju tidurnya transparan gini" Kesal Arumi ketika mengambil baju dari lemari dan akhirnya mengambil baju kaos laki-laki yang ada disana kemungkinan untuk Dafa.
"aku mau mandi dulu" ucap Arumi pada Dafa yang dijawab dengan anggukan. Dafa sedang ingin menghubungi ayahnya tapi tidak diangkat sama sekali sudah beberapa kali dia mencoba. Dafa hanya memastikan bahwa Clara sudah dilepas oleh ayahnya.
Dafa mengganti bajunya yang digunakan untuk menikah dengan baju biasa dan memasang jaket lalu pergi meninggalkan hotel secara diam-diam untuk menemui Ayahnya.
"Dafa, kamu ngapain ada disini" ucap Ayahnya yang sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi.
"ayah, kenapa gak angkat teleponku" bentak Dafa
"ponsel ayah ada dikamar"jawabnya memberi alasan.
"oh, oke. Kalo gitu sekarang lepasin Clara, sesuai janji Ayah" ucapnya lagi.
"kamu, ninggalin Istrimu dihotel demi gadis itu"
"aku hanya menagih janji Ayah"
"Clara bakal dilepas setelah hari ini, pergilah ke hotel kalau tidak mau ada masalah yang lebih besar karena kamu meninggalkan Arumi disana sendiri" Dafa kesal sekali dia pergi dari sana untuk kembali ke hotel yang terpenting baginya Clara dapat dilepaskan besok.
"Darimana?" Tanya Arumi yang sudah berbaring diranjang.
Dafa melihat Arumi kekesalan dengan Ayahnya masih melekat "bukan urusanmu" jawab Dafa duduk diSofa.
"bukan Urusanku? Aku ini Istrimu sekarang" jawab Arumi kesal dengan ucapan Dafa yang menyakiti perasaannya.
"oh ya, sekarang aku punya Istri, berarti kamu mau melayani aku malam ini" Dafa mendekati Arumi hingga gadis itu tiba-tiba berdiri sebelum Dafa mendekatinya. "mau kemana, kamukan istriku" Dafa memegang pergelangan Arumi dengan jarak dekat "lepasin aku Dafa" ucap Arumi ketakutan. Dafa mendekati wajahnya hingga Arumi menutup matanya tapi tidak ada yang terjadi lalu dia membuka matanya melihat Dafa yang melihat keluar jendela.
"aku tidak ingin menyentuhmu, karena aku tidak mencintaimu" ucap Dafa
"kamu tidurlah, jangan berharap lebih padaku sekarang" sambungnya Dafa terdengar seperti orang yang sudah putus asa.
"baiklah aku tidur" Arumi menutupi tubuhnya dengan selimut dan berusaha untuk tidur karena Arumi tidak tau bagaimana menenangkan Dafa.
Mereka benar-benar canggung didalam satu kamar. Dafa memutuskan untuk tidur disofa malam itu.
Tengah malam Arumi terbangun dan merasa haus ia mengambil air dan melihat Dafa yang tidur lelap tanpa selimut. Dia sedikit kasihan pada laki-laki itu lalu mematikan AC didalam ruangan supaya Dafa tidak kedinginan.
Arumi kemudian membaringkan tubuhnya dan melihat Dafa sekilas "andai ini pernikahan yang didasari Cinta malam ini pasti dipenuhi cinta bukan perang dingin seperti ini" gumam Arumi yang merasa sedikit sedih. Selama ini yang dia harapkan pernikahan yang bahagia bukan pernikahan dengan laki-laki yang mencintai kekasihnya.
Pagi hari Dafa bangun melihat tubuhnya diselimuti dan melihat Arumi tidak ada disana. Terdengar suara air dari kamar mandi Arumi sedang mandi. Dafa berdiri dan melihat diatas ranjang ada sepasang baju dan celana serta handuk yang disediakan.
"sudah bangun, mandi sana" ucap Arumi yang keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap.
Dafa mengambil handuk dan mandi lalu keluar dengan hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian bawahnya. "Dafa, apa-apa sih kamu keluar begitu" ucap Arumi spontan menutup matanya.
"ya elah aku cowo kali, gak ada yang bisa dilihat" jawabnya mengambil baju dan memasangnya.
Tante menelpon ku tadi hari ini kita bakal pergi ke Paris selama dua minggu untuk bulan madu" ucap Arumi hati-hati.
"iya terserah" jawabnya singkat baginya ini hal yang tidak menarik.
"Tiket sudah dipesan sore nanti kita akan berangkat, semua sudah disiapkan segala baju yang akan kita bawa " Dafa hanya mengangguk dan duduk di Sofa.
"sekarang kita turun untuk makan" Arumi berdiri depan Dafa.
"kamu saja yang makan aku tidak lapar" Dafa hanya memainkan ponselnya tanpa melihat kearah Arumi. Karena kesal Arumi merampas ponsel Dafa.
"kita makan bersama sekarang kalau tidak ponselmu tidak aku berikan" Arumi mengancam Dafa membuat laki-laki itu sedikit benci karena sikap Arumi mengingatkannya pada Ayahnya.
Dafa keluar kamar lebih dulu dari Arumi mereka berpura-pura akur dan baik-baik saja diluar dari kamar itu. Semua makanan sudah disediakan oleh pelayan.
"ada yang ingin ku tanyakan" Arumi membuka pembicaraan dari rasa canggung.
"kenapa kamu mau menikah denganku kalau tidak cinta" Tanya Arumi.
"bukan Urusanmu" Arumi kesal dari kemarin Dafa berkata seolah-olah dia bukan siapa-siapa walau berstatus sebagai istri Dafa.
Mereka diam saja selama makan dan setelah itu mereka kembali ke kamar hotel untuk beristirahat sebentar sebelum nanti sore harus pergi ke Paris.
Arumi duduk sambil memainkan ponselnya ditemani dengan beberapa cemilan gadis itu tertawa sendiri menonton sesuatu yang baginya lucu.
"kamu kenapa ketawa sendiri sih, terlalu berisik, gak suka" ucap Dafa sambil melihat Arumi.
"bukan Urusanmu, ini hidupku" jawab Arumi membalas perkataan Dafa
"terserah" Dafa memakai earphonenya.
"Ayo berangkat, sudah dijemput" Arumi mengambil tasnya. Mereka pergi untuk turun menemui pak Delta yang sudah menunggu mereka.
"silahkan masuk Nyonya dan Tuan" ucapnya ramah.
"sejak kapan panggilan ku berubah" Tanya Arumi agak sedikit jengkel.
"sejak nyonya menjadi istri tua Dafa" Pak Delta menutup pintu mobil.