"Dafa, aku gak mau pulang belum terlalu malam jugakan" langkah Arumi terhenti ia mengerucutkan bibirnya, Dafa berbalik melihat tingkah Arumi, menghela nafasnya sesaat "baiklah, untuk kali ini saja" jawab Dafa yang membuat Arumi berjingkrak senang "yes, ayo keliling tempat ini lagi" dafa dan Arumi berjalan beriringan Arumi selalu memfoto semua hal yang menurutnya menarik untuk difoto, sesekali ia menyuruh Dafa untuk mengambil gambar dirinya dengan latar belakang menara Eiffel dengan pose yang berbeda-beda sampai Dafa sangat muak "kali ini yang terakhir" ucap Dafa mengambil ponsel Arumi dan memfotonya.
Terlihat Arumi sedang menatap membelakangi kamera memandangi menara Eiffel dengan rambut terurai panjang menghasilkan foto yang cantik. Sesaat Dafa teringat akan Clara entah bagaimana kabar kekasihnya itu apa Ayah sudah melepaskan dia. karena sampai sekarang Clara belum menghubungi dirinya.
"ayo pulang sekarang" ajak Dafa yang sudah bosan berkeliling sedangkan pikirannya bukan ada ditempat ini. Pergi ke Paris mungkin bagi Arumi adalah liburan tapi bagi Dafa pergi ke Paris membuatnya rindu sekali dengan Clara. Sekarang dia ingin pulang untuk bisa beristirahat dan hari-hari diParis cepat berlalu.
Mereka melangkah menyusuri jalan raya yang ramai Arumi asik dengan ponselnya mengupload foto dirinya ke media sosial tanpa dia sadari seseorang laki-laki berjalan cepat berlawan arah dengannya hingga pundak mereka saling bertabrakan cukup kencang "maafkan saya, apa kau baik-baik saja" ucap laki-laki itu mengulurkan tangannya. Arumi terduduk di jalan ia memandang sekilas laki-laki yang menambraknya tanpa menerima uluran tangan pria itu.
"tidak apa-apa aku bisa sendiri" Arumi bangkit berdiri dan menggosok telapak tangannya yang sedikit kotor.
"makanya kalau jalan jangan main ponsel mulu, perhatikan jalannya" Dafa mengomeli Arumi membuat gadis itu kesal "kamu ya, bukan bantuin malah bawel ngomel aja kerjaannya" Arumi melangkahkan kakinya lebih cepat dari Dafa.
"akh, akhirnya sampai hotel juga" Arumi mendudukan dirinya dikasur melepas sepatu yang dia gunakan serta melepaskan jaket yang dipakainya. "Dafa, apa kamu mau tidur di Sofa lagi?" Tanya Arumi sambil melihat Dafa yang duduk di Sofa sambil mengecek ponselnya.
"hari ini tidurlah disini" Dafa melihat arumi cukup lama lalu berdiri melangkah mendekati gadis itu "ehm kamu sedang berharap apa dariku?" Tanya Dafa mendekatan wajahnya pada Arumi.
Arumi memalingkan wajahnya dan terlihat jelas dia gugup "aa..aku Cuma mau berbagi tempat tidur"
"apa kamu tidak menginginkan sesuatu" goda Dafa sambil berbisik di telinga Arumi.
"aaa..apa maksudmu, tidak aku Cuma mau berbagi tempat tidur dengan mu" Arumi sangat gugup sampai tidak berani melihat Dafa.
"hah, bagaimana bisa aku dinikahi dengan gadis sepertimu memandangku saja tidak berani" Dafa memegang kedua pipi Arumi hingga menoleh kearahnya.
"lepasin tanganmu, dasar nyebelin" Arumi menghempas tangan Dafa dari pipinya. Ia berjalan menuju kamar mandi "dasar cowok rese, bukan aku takut sama cowok tapi kamu gak tau apa-apa soal aku" ucapnya berdiri didepan cermin dan mencuci wajahnya. "kok kamu kuasain tempat tidur sendiri" ucap Arumi melihat Dafa yang tidur telentang ditengah tempat tidur hanya sedikit ruang yang ada dipinggir.
"Katanya aku tadi boleh tidur disini, sekarang malah marah maumu apa sih?" jawab Dafa melihat kearah Arumi.
"Dengar baik-baik tuan Dafa kita berbagi tempat tidur, kamu disebelah kiri dan aku disebelah kanan disini" Arumi mendorong Dafa dan naik keatas Kasur meletakan guling ditengah mereka.
"gak usah bawel, aku gak berharap apapun, aku Cuma kasihan kamu bakal kedinginan tanpa selimut" Arumi membaringkan tubuhnya.
"hallo puji" Arumi menerima telepon dari sahabatnya.
"Arumi, bagaimana bulan madu mu diParis" ucapnya menggoda Arumi.
"kau, bukannya Tanya kabarku malah Tanya hal yang seperti itu" Arumi mengecilkan suaranya supaya tak didengar Dafa.
"haha, jangan malu-malu kalian sudah melakukan itu kan" goda Puji penasaran wajah Arumi tersipu mendengar hal itu
"diamlah, hati-hati bicara gimana kalau ada orang dengar disekitarmu" ucap Arumi memperingatkan.
"tenang aku sendirian kok, apa disana menyenangkan"
"iya kami habis jalan-jalan tadi disekitar menara Eiffel sangat cantik, andai kamu ada sini pasti lebih menyenangkan"
"aku ingin sih,tapi nanti aku jadi obat nyamuk lagi" gurau Puji sambil tertawa.
"ya sudah aku sekarang harus siap-siap ada kelas siang, bye-bye umach" ucap Puji menutup teleponnya.
Arumi melihat Dafa sekilas "apa lihat-lihat aku tau kok kalau wajah ku ganteng" jawabnya percaya diri
"kepedean, matikan lampu kalau mau tidur" perintah Arumi.
Sekarang Dafa terjaga melihat isi ponselnya berulangkali dia mengirim pesan untuk Clara tapi tidak ada balasan dia sangat kuatir. Jika boleh Dafa ingin segera pulang saja secepatnya. Ditengah rasa gelisah Dafa membuka galeri dan melihat foto seorang gadis yang tersenyum manis disana sudah lama dia tidak melihat senyuman itu secara langsung yang dapat dia lakukan hanya memandang foto gadis yang dia cintai lewat sebuah foto.
Dalam galeri Dafa banyak tersimpan foto yang dia ambil diam-diam ketika Clara sedang tertawa baginya itu adalah hal yang terindah yang pernah dia miliki dan tak akan dia lepas. Dafa mematikan ponselnya dan tidur.
"Dafa bangun, hey bangun" Arumi mengguncang pundak Dafa cukup keras. "Clara" Dafa tersentak dan melihat kearah Arumi lalu mengambil posisi untuk duduk, "ah maaf" ucap Dafa memegang dahinya sambil menormalkan deru nafasnya. "ini minumlah" Arumi menyodorkan air mineral untuk Dafa.
"makasih"
"kamu tadi mengigau seperti ketakutan, cobalah tenangkan diri dulu dan tidur" ucap Arumi menyuruh Dafa berbaring yang dijawab dengan anggukan. Dafa tidur membelakangi Arumi ia terbayang mimpi yang dia takuti yaitu ketika dia mendengar suara Clara tapi tidak bisa dia temukan Clara ada dimana.
Arumi memandangi punggung Dafa ia kasihan pada pria itu, terlihat jelas ekspresi Dafa yang begitu mencintai kekasihnya tapi Arumi harus berbuat apa untuk menolong Dafa karena sekarang status mereka suami istri yang baru sah tiga hari yang lalu tidak mungkin dia menceraikan Dafa karena itu akan mencoreng nama keluarga besar kakeknya.
Arumi ikut merasakan sedih akan hal ini tidak ada niatan darinya untuk memisahkan dua insan yang saling mencintai atau jadi penghalang bagi mereka untuk bersama. Ini adalah kesalahan yang tidak dia hentikan dari awal sebelum cukup rumit. Banyak hal yang dipikirkan Arumi tentang masa depan pernikahannya jika Dafa masih mencintai kekasihnya. Hubungan mereka hanyalah status bukan didasari cinta.
"uh aku sulit sekali tidur" Arumi memegang kepalanya yang sedikit pusing Karena malam tadi terjaga cukup lama dilihatnya Dafa masih terlelap yang terlihat tampan dan tenang. Arumi berdiri dengan pelan agar tidak membangunkan Dafa menyibakkan selimutnya pelan menuju kamar mandi.