"Buka pintunya, aku mohon buka pintunya" teriak Clara dengan suara kencang berulangkali hingga suaranya mulai serak karena terus berteriak. Di sinilah Clara sekarang di sebuah ruangan kedap suara tanpa jendela hanya terdapat satu jalan keluar yang tertutup pintu besar dan tebal. Ruangan itu terlihat indah layaknya kamar tidur biasa yang nyaman dilengkapi toilet yang cukup besar.
Clara terduduk didepan pintu sambil memeluk lututnya yang ditekuk. Matanya sembab karena menangis. Dua minggu lebih dia dikurung ditempat itu dia bahkan tidak tau pagi atau malam. Memang Clara diperlakukan baik tiap hari dia diberi makan tiga kali sehari makanan enak tapi baginya sama saja berada didalam penjara karena dia tidak bisa melihat matahari terbit atau matahari terbenam.
Yang membuatnya lebih sedih adalah dia tidak tahu bagaimana kabar Dafa dalam benaknya "apakah Dafa sudah menikah? Kenapa dia tidak mencariku? Apakah Dafa merindukanku?" Isaknya terdengar sedih dan menderita.
"buka pintunya apa salahku" ucap Clara menggedor pintu sambil terisak tidak ada jawaban dari luar Clara membaringkan tubuhnya di dekat pintu seolah-olah dia pingsan menunggu para penjaga itu datang untuk membuka pintu. Sudah beberapa lama dia berbaring disana "clik" pintu terbuka seseorang membawa makanan dan masuk ke dalam melihat Clara berbaring disana waJahnya tampak panik dan takut ia berjalan kearah meja menyimpan makanan lalu ingin menghampiri Clara tapi gadis itu bangkit berdiri dan berlari kearah pintu.
Clara mengunci penjaga didalam ruangan itu. Secara diam-diam dia keluar dari tempat itu dilihatnya ada dua penjaga yang sedang menunggu didepan pintu. Clara berusaha mencari jalan keluar dilihatnya sekeliling berlari tanpa suara ke arah jendela sebelum keluar dia melempar sebuah guci kecil ketengah ruangan itu hingga kedua penjaga berlari masuk kedalam rumah. Clara berlari keluar dari gerbang seorang penjaga melihatnya kabur dan mengejar. Clara berlari sekuat tenaga ia bingung karena tidak tau itu didaerah mana.
Ia berlari menyusuri gang-gang kecil yang sepi tanpa menggunakan sepatu ataupun sandal dengan penerangan dari lampu jalan yang remang-remang. Dibelakangnya beberapa orang penjaga berlari mengejar. Clara sangat lelah dan haus tonggorokannya kering kakinya mulai lemas dan penuh goresan karena berlari telanjang kaki. Clara melihat jalan raya yang akan membawanya keluar dari gang sempit itu.
"tolong aku, ada orang yang ingin menculikku" ucapnya lemah sambil berlari tertatih-tatih sebelum sampai dijalan raya Clara mulai pusing kepalanya seperti berputar-putar dan pingsan. Para penjaga yang melihatnya kemudian menggendong Clara membawanya kembali ketempat dia dikurung tadi.
Clara tersadar dan memegang kepalanya yang terasa sakit. Dilihatnya sekeliling "kenapa? Kenapa aku kembali ke tempat ini" Clara sangat kesal ia memukul-mukul kasur empuk itu sekuat tenaga meluapkan semua amarahnya .
Dilihatnya beberapa obat dan juga makanan yang tadi diberikan. Perutnya terasa mual ia berlari kearah kamar mandi dan memuntahkan air yang cukup banyak karena dia belum makan apapun.
Clara melihat wajahnya dicermin terlihat begitu kusam dan pucat dengan rambut yang berantakan dengan mata merah dan sembab. Ia membaringkan tubuhnya diranjang menatap langit-langit kamar. Memikirkan cara untuk melarikan diri lagi dari tempat itu. Ia menggosok perutnya yang sakit matanya menoleh kearah makanan diatas meja
"Aku harus punya cukup tenaga untuk kabur dari tempat ini" Clara mengambil makanan itu dan memakannya.
"Bagaimana keadaanya?"
"Keadaannya Baik tuan, tadi dokter yang tuan suruh sudah memberi obat" ucap penjaga itu menerima telepon dari ayah Dafa.
"Tapi tuan ada yang harus saya katakan" ucap penjaga itu ragu-ragu.
"Katakan saja apa" tanya Tuan Anggara
"Gadis itu sedang hamil" ucapnya gugup.
"Apa hamil kenapa bisa" Ayah Dafa kaget.
"Saya tidak tau tuan,itu kata dokter tadi" jawab penjaga itu.
"Gadis itu tau kalau dia hamil?"
"Sepertinya tidak tuan karena perutnya masih kecil"
"Kamu awasi dia jangan sampai dia tau" perintah Ayah Dafa.
"Jadi kapan dia dilepaskan pak" tanya penjaga itu.
"Aku harus memastikan sesuatu dulu baru lepaskan" jawab Ayah Dafa yang sebenarnya ingin melepaskan Clara setelah Dafa dan Arumi pulang dari Paris tapi setelah dia mengetahui fakta bahwa Clara hamil membuatnya jadi marah dan panik apa yang sudah anaknya lakukan.
"Kurang ajar anak itu" ucap pak Anggara yang terlihat kesal oleh istrinya. "Kenapa pak, terlihat kesal sekali?" Tanyanya penasaran.
"Anakmu apa yang dia sudah lakukan dengan gadis yatim piatu itu" jawabnya meluapkan emosi pada Ibu Dafa.
"Apa yang sudah dia lakukan Pak" tanyanya lagi. "Dia pasti sudah tidur dengan wanita itu" kesalnya sambil memegang kepalanya.
"Maksud Bapak Clara hamil" ucap Ibu Dafa hati-hati. "Dengar, lebih baik kamu diam jangan sampai Dafa tau hal ini" ancam pak Anggara
"Pak bagaimana pun anak kita harus tanggung jawab kalau sampai menghamili Clara" ibu Dafa memegang kedua tangan suaminya memberikan pengertian. "Lebih baik jika kamu tutup mulut, kamu mau sampai kita bangkrut harapan kita cuma pada keluarga Purnomo" Ibu Dafa terdiam mendengar kata-kata suaminya itu.
Pak Anggara bukan hanya takut bangkrut tapi pada kemarahan keluarga Purnomo jika tau bahwa anaknya yang berstatus menantu keluarga itu telah menghamili wanita lain sebelum Arumi dan Dafa menikah, Purnomo kakek Arumi pasti akan memenjarakan dirinya dan juga Dafa.
~~~~
"Dafa, ayo hari ini kita jalan keliling kota paris" ucap Arumi manja yang sudah terlihat cantik dan fresh. "Kamu mau kemana lagi sih" jawab Dafa malas menutup dirinya dengan selimut. Arumi menyibak selimut Dafa "bangun gak kamu sekarang, atau gak aku siram pakai air" ancam Arumi .. "iya,iya bawel" ucap Dafa berdiri dan pergi ke kamar mandi.
"Dafa!!"
"Apalagi sih" membalikkan tubuhnya
"Bawa handuknya" tunjuk Arumi ia sekarang merapikan tempat tidur mereka dan menyiapkan baju untuk dikenakan oleh Dafa.
"Ting... Tong. " Bunyi bell kamar hotel mereka seorang pelayan mengantarkan makanan.
"Makasih" ucap Arumi bersikap manis mempersilahkan pelayan untuk menaruhnya diatas meja.
Dafa keluar dari kamar mandi melihat makanan yang sudah diatas meja mencoba untuk mencicipi daging sapi panggang itu .. namun tangannya ditahan oleh Arumi ..
"Pasang bajumu dasar bodoh" ucapnya sinis Dafa menarik tangannya dan berjalan kearah tempat tidur dan memasang bajunya lalu duduk disamping Arumi dan makan bersama.
"Sekarang kita akan pergi kemana" tanya Dafa
"Aku mau ke musee de Louvre terus nanti ke Arc de Triomphe dan Champs-Élysées" udah cukup hari ini sampai situ aja" Arumi tersenyum memamerkan giginya yang rapi. "Ya udah ayo berangkat" Dafa pasrah ketika melihat Arumi yang begitu bahagia