"Tante, ini Dafa datang" teriak Arumi membuat tante Iren melihat melalu tangga lalu turun menemui Dafa.
"wah, Dafa lama tidak bertemu ya, aku kira hubungan kalian tidak baik" ucap tante Iren dengan baik dan sopan.
"duduk dulu nak Dafa" menyuruh Dafa untuk duduk.
"tante aku tinggal dulu ya, aku mau ganti baju" ucap Arumi nyolonong pergi.
"hey, ajak Dafa ke kamarmu kalau gitu untuk mandi dan ganti baju" teriak tante Iren menggoda Arumi.
"tante!! Jangan aneh-aneh kami belum nikah" teriak Arumi dari depan pintu kamarnya.
Tante Iren tertawa kecil tapi Dafa tidak bereaksi sama sekali hanya ekspresi yang datar.
"nak Dafa jangan terlalu tegang, anggap saja saya seperti ibu mu" ucap Iren membuka pembicaraan.
"sebentar lagi kalian menikah, tapi ini gak akan ganggu sekolah kalian, Karena Arumi bakal jadi pewaris sebagian perusahaan dari kakek" tante Iren menjelaskan tentang Arumi pada Dafa cukup banyak Dafa hanya mendengarkan cerita-cerita tentang apa yang Arumi suka bagaimana dia waktu kecil hingga buat Dafa tau bahwa Arumi sudah tidak punya Ayah dan Ibu.
Arumi keluar dari kamarnya untuk menemui Dafa. "ah sayang hehe, kamu pasti bosan ya temani tante Iren, udah mau pulangkan" ucapnya duduk sambil menggandeng tangan Dafa. "ya, sebenarnya aku ada kegiatan hari ini" ucap Dafa berpamitan dengan tante Iren.
"tante aku antar Dafa ke depan dulu ya" Arumi bersikap manis didepan tantenya.
"hati-hati dijalan maaf udah bilang sayang ke kamu" ucap Arumi melambaikan tangannya pada Dafa
-dua minggu kemudian-
Sebenarnya Dafa ingin kabur dengan Clara satu minggu yang lalu tapi batal karena ayahnya menyuruh pengawal untuk mengikuti Dafa selama dia berada diluar Negeri. Dafa berencana untuk kabur dengan Clara pada malam ini ia sudah mengumpulkan semua pakaian dalam koper dan beberapa uang tunai didalam dompetnya yang cukup untuk digunakan beberapa bulan sebelum mendapatkan pekerjaan. Dafa juga sudah merencanakan begitu matang untuk kabur tanpa membawa ponsel yang bisa dilacak oleh ayahnya. Dafa meninggalkan ponsel dan segala kartu ATM dan kredit diatas ranjang.
Ia keluar dari rumah itu sambil membawa dua tiket kereta untuk pergi menjauh dari kota itu. Dafa mengambil ponselnya dari saku dan menelpon Clara "Rara kamu dimana aku sudah ada di stasiun cepatlah datang" ucapnya tanpa curiga. "maaf tuan Dafa, Clara tidak bisa datang" Dafa kaget seorang laki-laki mengangkat telepon darinya.
"kalian siapa, dimana Clara" Dafa sangat kesal.
"tenang tuan Dafa, ayah anda menyuruh saya untuk membuat dia jauh dari tuan" jawab orang itu melalui telepon.
"kalian dimana sekarang beritahu aku alamatnya" teriak Dafa sangat kuatir dengan keadaan Clara.
"kami tidak bisa beritahu pada tuan" ucap laki-laki itu mematikan teleponnya.
Dafa benar-benar kesal dia mau melempar ponsel yang ada ditangannya dan menangis frustasi disana. Satu hal dia pikirkan untuk menemui ayahnya segera mungkin. Dafa memberhentikan taksi dan pulang ke rumah sesampai dirumah Ayahnya sudah duduk dikursi menunggunya.
"ayah, dimana Clara" ucap Dafa sangat kesal. "tenanglah dia baik-baik saja, ayah tidak akan melukai dia, asalkan kamu menurut" ucap ayahnya dengan tenang.
"mau ayah apa sih, aku ini anak ayah atau bukan kenapa tega sekali padaku" Dafa sangat marah pada ayahnya.
"ayah Cuma mau kamu menikah dengan Arumi setelah itu ayah bakal lepasin Clara kekasih mu"
"aku tidak mau ayah, aku tidak mencintai dia, jangan paksa aku seperti itu" Dafa benar-benar tidak habis pikir dengan ayahnya.
"kamu tidak memikirkan Ayah dan Ibu kalau perusahaan bangkrut kamu rela lihat orangtua mu jadi gelandangan" ucap Ayahnya marah.
"kalau kamu tidak mau, biarlah kamu tidak usah melihat kekasihmu lagi" ucap ayahnya.
"baiklah kalau Ayah maunya begitu aku akan menurut tapi jangan sakiti Clara" jawab Dafa menyerah.
Pikirannya sangat buntu tidak ada jalan keluar dalam benaknya hanya mau Clara selamat.
"bagus, pacar mu bakal dilepas kalau kalian sudah menikah" ayahnya pergi ke kamar di ikuti oleh ibu Dafa. Ibunya hanya memandang Dafa dengan perasaan sedih air matanya menetes tapi tidak bisa membantu putranya.
Dafa tidak tau Ayahnya ternyata sudah menyelidiki apa yang akan dia lakukan dan melihat dafa keluar saat kabur dari rumah dari balkon rumah hingga memberikan pengawalan yang ketat saat dia pergi. Hari itu Dafa rasanya ingin mengakhiri hidupnya tapi dia masih memiliki harapan agar bisa bersama Clara suatu hari nanti.
***
"Dafa, ayo coba pakai bajunya" ucap Arumi padanya mereka sekarang sedang mencoba baju pengantin. Dafa mengganti bajunya dan keluar Nampak bahwa Dafa sangat tampan dengan baju itu Arumi tanpa sadar terus memandanginya. Arumi sekarang giliranmu" ucap Kak Adit.
Arumi mengganti baju penganti di dalam sebuah bilik dan memasang bajunya satu hal yang dia lupa bahwa resleting baju dibelakangnya tidak bisa dia Tarik sendiri. "hey, kak Adit apa kau ada diluar tolong bantu pasangkan" ucap Arumi yang didengar oleh Dafa dan Aditya.
Dia hanya tertawa dan melihat Dafa "aku tidak mungkin masuk, kamu calon suaminya silakan bantu dia" Dafa dengan terpaksa masuk kesana dan membantu Arumi.
"kok kamu yang masuk bukan kak Aditya" Arumi kaget dan berbalik.
"bodoh ya kamu, menyuruh laki-laki masuk disini dan gak punya hubungan" ucapan Dafa membuatnya terdiam. Dafa membalikan tubuh Arumi dan menarik resleting gaun itu terlihat jelas kulit putih mulus Arumi yang begitu terawat. Sekilas Arumi melihat wajah Dafa dan ekspresinya biasa saja. "apa aku bagus pakai baju ini" Tanya arumi melihat cermin yang ada didepannya Dafa menatap Arumi dari cermin itu. "ehm" jawabnya singkat.
"wah Arumi benar-benar cantik" Aditya terdiam dan memuji kecantikan Arumi. Setelah menuruni berat badannya Arumi begitu cantik didukung dengan tinggi badan yang membuatnya bagai model. Tapi, mengapa Arumi tidak senang menggunakan Gaun yang dia ingini waktu itu. Dia kepikiran Dafa karena pernikahan yang tidak didasari cinta. Dia berharap ini semua berakhir kalau Dafa tidak mencintainya tapi laki-laki itu hanya diam padahal pernikahan mereka tiga hari lagi.
"kak Adit terima kasih kami pamit dulu ya" ucap Arumi berpamitan pada Aditya.
"Dafa, kita makan dulu ya direstoran, nanti aku kasih tau jalannya" Dafa menuruti keinginan Arumi dia membawa Dafa ke sebuah restoran Favoritenya dan disambut dengan baik.
"ini adalah tempat Favorite Ayah dan aku waktu kecil dan pertama kalinya aku pergi kesini setelah Ayah pergi" Arumi mengingat kenangan ayahnya.
"ayah suka pergi kesini karena ini adalah tempat Ibu dan Ayah bertemu dan jadian seperti tempat yang begitu Istimewa" Arumi tersenyum bahagia matanya berkaca-kaca.
"oh maaf, aku malah cerita sedih" Arumi mengusap matanya.
"Aw" arumi meringis matanya kemasukan bulu mata
"kenapa?" Tanya Dafa kuatir.
"mataku, kemasukan sesuatu" jawabnya mengusap matanya.
Dafa memegang tangan Arumi agar berhenti menggosok matanya "jangan digosok nanti malah sakit" Dia mendekati wajah Arumi untuk melihat apa yang masuk dan meniup matanya.
"sudah hilang" Dafa masih berada didepan Arumi. Wajah begitu dekat membuat Arumi begitu deg-degan.
"oh maaf" ucap Dafa yang sadar akan kondisi itu dan duduk kembali. Makanan pun datang mereka makan tanpa banyak bicara dan Dafa mengantar Arumi pulang