Hampir satu minggu Arumi menjalankan dietnya dan juga satu minggu dia tidak bertemu dengan Dafa hubungan dalam perjodohan mereka berjalan begitu saja Arumi memiliki Nomor telepon Dafa tapi tidak pernah menghubunginya. Banyak hal yang dilalu oleh Dafa maupun Arumi.
Arumi yang sibuk aktivitas kuliah dan juga dietnya ditambah kesibukan oleh tante Iren yang selalu ditanya berbagai hal tentang konsep pernikahan mereka seperti apa, Arumi lelah dengan pertanyaan seperti itu banyak orang sangat antusias dengan pernikahan mereka tapi Arumi mulai bimbang bukan kah dia ingin mengakhiri ini semua sebelum undangan disebarkan tapi dia akan mengecewakan seluruh keluarga termasuk juga kakek yang menanti hari itu. Arumi baru sadar kenapa dia tidak mengakhiri semuanya sebelum dimulai setelah melihat respon keluarga yang begitu menyayanginya.
"bodoh, bodoh aku gak kepikiran sampai situ" ucapnya membayangkan jika pernikahannya batal pasti banyak orang yang akan kecewa.
"tapi kalau penolakan itu datang dari Dafa mungkin gak masalah, keluarga gak akan kecewa pada ku tapi marah pada keluarga Anggara" Arumi memikirkan hal yang bisa menjadi kemungkinan sebelum pernikahan itu.
"iya, Dafa sendiri katanya sangat sayang dengan kekasihnya pasti dia bakal membatalkan pernikahan dengan itu aku gak perlu repot-repot" Arumi mulai merasa sedikit mengurangi beban yang ada dibenaknya.
"Arumi ..tante masuk ya" terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Arumi mempersilakan tante Iren untuk masuk ke kamarnya.
"bagaimana udah seminggu kamu diet berapa turun berat badanmu"Tanya tante Iren sambil duduk dipinggir ranjang.
"turun 3 kg aja" jawab Arumi memperbaiki posisi duduknya.
"bagus dong, biasanya tiap hari berat badanmu nambah" tante Iren meledek Arumi sambil tertawa.
"tante ih, jahat sama keponakannya malah dikatain begitu"
"Arumi bentar lagi kamu bakal menikah dan punya suami jangan lupa buat mampir ke rumah ini lagi" ucap tante Iren berubah jadi serius Arumi hanya dapat mendengarkan.
"kenapa tante bukannya aku bakal tinggal disini walau sudah nikah" Tanya Arumi heran.
"aku tau rumah ini besar tapi karena kamu sudah menikah tante mau kamu ikut dengan suami mu tinggal di Apertement yang sudah diberikan untuk hadiah pernikahan kalian" tante Iren mengelus pipi Arumi.
"iya, tapi aku bakal sering mampir kesini bolehkan mau ketemu si kembar Lala Lulu" ucap Arumi dengan tersenyum.
"tentu, oh ya tante mau tidurin Si Kembar dulu, kamu tidur juga ya" ucap tantenya lalu keluar dari kamar Arumi .
***
"Clara aku kangen banget sama kamu" Dafa memeluk Clara ketika dia ingin masuk ke rumah
"kamu kok bisa kesini bukannya kamu dilarang nemui aku" ucap Clara melepas pelukan Dafa.
"iya, aku kabur diam-diam dari jendela kamar" jawabnya mengajak Clara membuka pintu rumahnya. Baru juga pintu ditutup Dafa memeluk Clara sekali lagi "aku benar-benar kangen kamu Rara" ucapnya meluapkan semua emosi.
"aku juga Dafa" Clara membenamkan kepalanya di dada Dafa sambil mencium aroma tubuh Dafa yang dia rindukan. Karena hanya Dafa orang yang selama ini ada untuknya.
"aku butuh kamu untuk selalu ada disisiku, karena selama ini yang ngerti aku Cuma kamu Clara" Dafa memegang kedua pundak Clara membuat gadis itu tersentuh matanya berkaca-kaca dia juga benar-benar membutuhkan Dafa untuk menemani kesendiriannya.
"acara pernikahan ku tinggal tiga minggu lagi" ucap Dafa membuat Clara tersentak diam.
"kamu mau kabur dengan ku tidak, aku sudah merencanakannya" Dafa antusias sekali untuk bisa bersama Clara jalan hidup berdua saja.
"bagaimana dengan Ayahmu pasti dia akan tau" Tanya Clara.
"begini, selama satu minggu ini aku bersikap baik untuk membuat Ayah tidak terlalu mencurigaiku, tunggu satu minggu lagi kita kabur saat Ayah sibuk untuk urusan kantornya dan juga pernikahan kami" Dafa dan Clara mulai merencanakan apa yang akan mereka lakukan setelah kabur dan bagaimana supaya tidak ketahuan.
"kamu sudah mengertikan aku pulang dulu" ucapnya pamit pada Clara dan mencium sekilas lalu pergi.
***
"Dafa ini aku Arumi besok pagi temani aku olahraga ya di taman Indah" Arumi mengirim pesan untuk Dafa. Sebenarnya dia tidak ingin mengirim pesan itu tapi karena tantenya yang penasaran hubungan Dafa dan Arumi perkembangannya seperti apa karena mereka jarang sekali bertemu. Jadi arumi menghubungi Dafa supaya tantenya tidak curiga.
"iya" jawab Dafa singkat, kenapa gadis ini menghubungi. Aku malas sekali bertemu dengannya kalau bukan untuk membuat ayahnya tidak terlalu mencuriga dirinya.
Pagi jam tujuh Dafa suda bersiap-siap untuk pergi ke taman "kemana?" Tanya ayah Dafa yang sedang duduk santai di ruang tamu sambil minum teh. "Arumi memintaku untuk temani dia olahraga" Dafa sedikit cuek dan dijawab dengan anggukan oleh ayahnya.
"kau lama sekali datang" Tanya Arumi kesal.
"kira-kira dong rumahku sama rumahmu jauh tau" jawabnya cuek.
"oh iya, ayo mulai olahraga" ajak Arumi. Mereka pun lari mengelilingi taman itu beberapa kali dan Arumi sudah kelelahan "istirahat dulu aku capek" Arumi duduk dikursi.
"baru juga tiga putaran udah capek tapi niat mau kurus dalam satu bulan" jawabnya sinis yang membuat Arumi kesal dengan laki-laki itu.
"kamu kalau gak niat temani olahraga pulang aja deh, rese banget" ucap Arumi kesal.
"ya udah aku pulang" Dafa hendak pergi dari tempat itu.
"eh tunggu, tetap disini temani olahraga dan nanti mampir dulu ke rumah" ucap Arumi sambil tersenyum yang dipaksakan. Kalau bukan demi buat tantenya tidak curiga dia pasti sudah membiarkan Dafa pergi. Arumi dan Dafa olahraga lagi untuk waktu yang cukup lama dan menguruas tenaga.
"nih, minum dulu air putih" Dafa menyodorkan minuman kepada Arumi.
"makasih, apa ini bekasl kamu ya" ucap Arumi melihat botol yang sudah setengah dan terbuka.
"iya, bekas aku, emang kenapa, gak sudi ya bekas aku" ucap Dafa melihat Arumi. Terdiam sesaat akhirnya Arumi meminum air pemberian Dafa.
"Ayo mampir ke rumah ku dulu" Arumi menggandeng tangan Dafa tanpa sadar dan ditepis oleh Dafa yang membuatnya kaget "maaf gak sengaja" ucapnya pada Dafa kemudian berjalan.