"Nona, bangun ini sudah jam sembilan pagi" ucap seorang pelayan sambil membuka tirai panjang disudut kamar yang langsung mengarah ke tempat tidur, sinar cahaya matahari tepat mengenai wajah gadis itu yang membuatnya menutup wajahnha dengan selimut .
"Uh, Bibi, sebentar lagi hari ini weekend aku gak punya kegiatan" Arumi masih menggeliat dan membalikan badan didalam selimutnya.
"Nona, hari ini punya jadwal buat fitting baju pengantin jam 11" pelayan memberitahu jadwal Arumi yang membuatnya sedikit membuka mata lalu menutup matanya lagi.
"Aa, itu telepon kak Adit saja suruh ke rumah, aku tidak mau pergi" jawabnya singkat.
Bibi Asih memandang Arumi, masih ada di dalam selimut membuat Arumi membuka mulut " sampai kapan bibi berdiri disitu" ucapnya pada Bi Asih yang sedari tadi berdiri menunggu Arumi untuk bangun
"Maaf Nona harus segera bangun, nyonya Iren yang menyuruh nona untuk pergi"
"Iya, iya aku tidur sebentar lagi" pelayan kemudian keluar dari kamar Arumi. Dengan langkah lunglai dan masih belum sadar dari tidurnya, Ia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. "Menyebalkan harus ketemu orang itu" ungkap Arumi sambil menggosok giginya menghadap cermin yang ada di depannya.
"Bi Minah, selamat pagi" ucap Arumi yang sedang menuruni tangga sambil berlari-lari kecil.
"Bi masak apa hari ini?" Arumi memperhatikan Bi Minah yang sangat lihai membalikkan telor dadar yang ada diatas wajan.
"Non, duduk saja masakan sudah hampir siap" ucap Bi minah yang langsung mengambil Piring berisikan roti diatas meja dan menaruh telur dadar diatasnya menyusun daun seledri, tomat timun serta sosis dan keju menjadikan sandwich yang siap untuk disantap.
"Wah hari ini menunya enak banget, Bibi memang tau apa yang ku suka" wajah Arumi terlihat bahagia makanan dihadapannya begitu membuatnya girang.
"Kamu, cuma boleh makan sedikit" tante Iren tiba-tiba datang menghampiri nya mengambil piring Nasi dan menyodorkan Sandwich yang dibuat untuk Arumi
"Hah, gak salah aku cuma makan Sandwich ini aja" ucap Arumi melihat sandwich yang diberikan tante Arumi.
"Mulai besok Tante mau kamu diet, dan olahraga, selama ini seperti nya tante terlalu membiarkan kamu seenaknya makan" ucap Iren dengan wajah serius.
"Gak salah te, aku diet, gak mau nanti aku mati kelaparan" Arumi yang kaget tiba-tiba diminta untuk mengontrol makanan merasa tidak adil untuk diminta menahan rasa laparnya. Bibir nya sedikit mengerucut tidak terima.
" gak makan sehari gak mati kali lagian kamu tetap makan tapi yang bergizi aja, gak ada makan daging dan makan berlemak" Iren menegaskan semuanya pada Arumi
"Tante jahat, Arumi jadi malas makan" Arumi berdiri meninggalkan meja makan sambil kesal.
"Kamu mau kemana?" Tanya Iren
"Ke kamarlah" jawabnya ketus.
"Bukannya hari ini fitting baju, sana berangkat" Arumi hanya menggerutu dalam hati dan pergi keluar pintu.
****
Mobil berwarna Hitam itu berhenti di sebuah Butik mewah tingkat tiga yang dimiliki oleh Aditya. Arumi keluar dari mobil dan disambut oleh laki-laki dewasa yang kira-kira berumur 30 tahun. Ia memberikan ucapan selamat datang dan memeluk Arumi
"Arumi, akhirnya datang juga, Tante Iren bilang kamu akan menikah Saya sudah siapkan banyak contoh model gaun yang cantik untuk mu" Adit menggandeng tangan Arumi untuk masuk dan duduk di Sebuah sofa panjang empuk.
"Kak Adit aku istirahat disini dulu sambil nunggu cowok itu" Arumi duduk dan membuka ponselnya dan membuka sosial media untuk membuatnya tidak bosan menunggu. Sudah satu jam lebih menunggu Arumi sudah mulai bosan.
"Uh dimana si laki-laki itu, dia kali dia membuatku menunggu" gumamnya sambil memperhatikan jam tangan dan pintu masuk secara bergantian
Kraukk.. perut Arumi berbunyi karena pagi tadi tidak jadi sarapan dan sekarang perutnya meronta minta di isi.
"Gara-gara tante nih aku jadi lapar begini, suruh pak Delta pesan makanan aja lah" gumam Arumi membuka ponselnya dan menelepon pak delta yang sedang menunggunya di parkiran.
"Hallo, pak boleh pesankan aku kfc tidak sama burger dan juga cola dan air mineral" membayangkan betapa enaknya makan itu untuk siap masuk kedalam perutnya
"Maaf non, tidak bisa Bu Iren berpesan untuk tidak membeli makan untuk nona" pak Delta menolak permintaan Arumi.
"Pak untuk kali ini saja lah, aku lapar"
"Maaf gak bisa non, nanti saya dimarahi Bu Iren
Arumi mematikan teleponnya sambil menunggu Dafa. "Ah menyebalkan itu laki-laki" menggerutu dengan kesal. Seorang laki-laki kemudian masuk berjalan santai kearah Arumi menggunakan kaos hitam dan celana jeans.
"Ayo" ucap dafa menghampiri Arumi.
"Sudahlah ayo, lama-lama aku emosi" ucapnya berjalan masuk menemui ka Aditya.
Mereka memperhatikan setiap rancangan gaun pengantin yang berjejer di dalam sebuah ruangan khusus. Arumi terpaku melihat berapa cantiknya gaun-gaun itu. Aditya menunjukan beberapa gaun pengantin yang mewah dan elegan ke Arumi.
"Ini desain baju pengantin yang baru aku rancang bagus gak ini bisa khusus untuk Arumi" Aditya membawa Arumi kedepan baju yang indah sekali setiap detail dari jahitannya membuatnya matanya tidak lepas dari gaun itu.
"Wah bagus banget bajunya, aku suka"
Arumi terkagum dengan gaun pengantin itu terlihat begitu cantik.
"Iya, kata Iren kamu bakal diet jadi aku buat dua nanti, satu size agak besar sesuai tubuhmu sekarang dan satu yang ini kalau kamu bisa nurunin berat badan mu"
"Aku pengen pakai yang ini, aku bakal diet" wajah Arumi sangat senang membayangkan dirinya menggunakan gaun yang indah itu tapi ekspresinya berubah setelah mengingat satu hal fakta tentang Dafa.
"Dafa, kamu suka baju yang ini" tanya Arumi melirik Dafa yang sedari tadi hanya sibuk dengan ponselnya, yang bahkan tidak tertarik sama sekali dengan gaun-gaun diruangan itu
"Iya terserah" jawabnya tanpa menoleh ke Arumi.
"Oh, baiklah". Dafa tidak bicara banyak hanya menjawab singkat apa yang dikatakan arumi dan sibuk dengan ponselnya.
Selang beberapa jam memilih gaun dan mencobanya mereka memutuskan untuk berpisah.
"Hari ini sudah cukup, kita pisah disini saja aku akan tunggu pak Delta menjemputku" ucap Arumi pada Dafa.
"Baiklah, aku pergi duluan" Dafa melihatnya sekilas dan melirik jam ditangannya kemudian berjalan mendahuluinya.
"Uh, apa ini perutku sakit" Arumi tersungkur kelantai tiba-tiba perutnya seperti ditusuk-tusuk karena tidak makan sampai siang. Dafa yang sudah berada diluar menoleh mendengar Arumi yang terjatuh.
"Kamu kenapa?" Dafa membantu Arumi berdiri dan duduk di kursi
"Aku lapar, belum makan dari pagi" jawab Arumi lemas, sebenarnya Ia malu mengatakan hal itu pada Dafa karena bisa-bisanya dia sampai terjatuh karena belum makan.
"Hah,, ya udah kita makan diseberang jalan ini ada restoran" Dafa menarik nafasnya sesaat setelah itu memegang tangan Arumi dan membawanya ke restoran.