Chereads / Go To Isekai Bareng Ayang / Chapter 2 - Tubuh Baru

Chapter 2 - Tubuh Baru

"AAAHHKKKK!!"

Beberapa pelayan yang kebetulan berlalu di depan kamarnya, sontak saja langsung masuk melihat keadaan si pemilik kamar.

"Lady, ada apa?" tanya salah satu seorang pelayan wanita dengan raut khawatir. Menatap salah satu Nona Mudanya yang tiba-tiba saja berteriak.

Seorang gadis berparas cantik dengan rambut berwarna keemasan yang terurai dengan indah, duduk di depan cermin besar di kamar pribadinya. Wajahnya yang memesona, ditemani oleh sepasang mata biru yang menyala bagai langit cerah, terpantul jelas di dalam cermin.

Dengan lembut, jarinya menyentuh wajahnya yang elok, mencari kepastian pada setiap lekukannya. Mata birunya memancarkan keheranan yang campur aduk dengan rasa bingung yang tak tersembunyi, seolah menatap sosok yang ada di hadapannya dengan pertanyaan besar yang tak terucap.

Kedua bola matanya memantulkan kegirangan dan ketidakpercayaan, seakan tak percaya pada kecantikan yang tercermin di hadapannya. Tangan yang bergerak perlahan, mengeksplorasi kehalusan kulitnya dan rambutnya yang mengalir, tetapi mata biru langitnya tetap menjadi pusat perhatian, mencerminkan kebingungannya pada dirinya sendiri.

"Lady.." panggil pelayan wanita itu lagi saat Nona Mudanya tidak menanggapi pertanyaan.

"A-APA INIIIII!!?" teriaknya setelah menyadari sepenuhnya kalau dirinya sedang berada di tubuh orang lain yang bukan miliknya.

Pelayan wanita di sana pun tambah di buat panik, segera ia pergi dari sana untuk melapor pada Tuan Besarnya.

"Tuan Count, ada yang aneh dengan Lady Evelyn."

/°°/

Di suatu kediaman megah yang lain, seorang remaja laki-laki dengan pesona yang memikat duduk dengan canggung di ruang makan yang lapang. Surai putihnya yang bersih melambai lembut, menambah pesona pada wajahnya yang rupawan. Manik semerah delima yang memancarkan kehangatan dari dalamnya menambah daya tarik keseluruhan penampilannya.

Meja panjang yang megah membentang dari ujung ke ujung ruangan, dihiasi oleh aneka hidangan yang menggugah selera. Aroma wangi makanan yang tersaji memenuhi udara, mengundang untuk dinikmati. Di sekeliling meja, sudah ada sekitar 12 orang yang duduk, saling mengobrol ringan dan sesekali mengajaknya bicara namun, hanya bisa ia balas dengan senyum kecilnya.

Tanpa disadarinya, seorang remaja laki-laki lain datang dan berdiri dibelakangnya.

"Zion.."

Karena melamun, dia, atau lebih tepatnya, Zionathan, terlonjak kaget saat ada tangan yang menepuk bahunya dan memanggil namanya.

"I-iya," jawab Zion dengan gugup sambil menoleh ke belakang, melihat esensi menakjubkan di belakangnya. Rambut peraknya berkilauan seperti sinar bulan yang memantul di permukaan air tenang, mengalir dengan lembut di sekitar wajahnya yang tampan. Setiap helai rambutnya tampaknya menari-nari, menambah pesona yang tak terbantahkan.

Daya tariknya juga terletak pada mata berwarna hijau zamrud yang memancarkan kebijaksanaan dan kehangatan. Mata itu, seperti dua permata langka yang terikat dalam tatapan penuh kearifan, mampu menyelinap masuk ke dalam jiwa setiap orang yang memandangnya.

Wajahnya terukir begitu sempurna, dengan garis rahang yang tegas namun tidak mengesankan kekerasan, serta senyum yang menjanjikan keramahan. Setiap ekspresinya begitu hidup, menggambarkan seseorang yang memiliki kecerdasan, keanggunan, dan pesona alami yang tak terbantahkan.

Doe eyes nya berkedip pelan, Zion tak bisa berpaling dengan keindahan yang terpampang ini.

"Zion?" panggil orang itu lagi saat remaja didepannya malah terdiam dengan ekspresi yang menurutnya lucu.

Berkedip beberapa kali, Zion menggeleng cepat, lalu kembali berbalik menghadap meja.

Pemuda itu terkekeh pelan, ia pun mengambil duduk di samping Zion.

Melihatnya, Zion akan sesekali melirik pemuda di sampingnya. Tidak hanya karena tertarik, tapi sepertinya Zion tidak asing dengan penampilan pemuda itu.

/°°/

County Montclaire, wilayah yang dikelola Count Montclaire. Count Montclaire, Arthur Montclaire, dan Countess Montclaire, Misha Montclaire. Pasangan Count ini memiliki dua putri, putri pertama mereka sudah memasuki akademi kerajaan dan terkenal sebagai ahli kekuatan suci yang digadang-gadang akan menjadi Saintess berikutnya, Felicia Montclaire.

Sementara, putri kedua mereka baru akan masuk akdemi kerajaan bulan depan, saat libur akademi usai. Masih belum banyak yang mengenal putri kedua Montclaire karena kehadirannya yang jarang terlihat. Banyak rumor beredar entah darimana kalau putri kedua Montclaire adalah seorang gadis buruk rupa sehingga mengurung dirinya di kamar.

Kenyataanya, sekarang, putri kedua Montclaire, Evelyn Montclaire, tengah berdiri ditengah keramaian pasar membuat banyak perhatian terjuju padanya.

"Evelyn, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?" tanya Felicia bingung dengan kelakuan adiknya yang tiba-tiba saja ingin pergi ke pasar siang bolong begini.

Evelyn, bukan Evelyn Montclaire yang sebenarnya, jiwa Evelyn Montclaire sudah berganti menjadi jiwa Evelyn dari dunia modern. Tanpa menghiraukan berbagai tatapan di sana, ia mulai melangkah dengan pasti memasuki pasar.

Sedangkan Felicia yang khawatir dengan adiknya karena tingkah anehnya, mengikuti dari belakang ditemani satu pelayan wanita dan dua pengawal.

Menerobos keramaian di pasar, Evelyn terus melangkah dengan cepat, matanya melirik ke sana kemari mencari sesuatu dari stan-stan pedagang yang ada di sana.

Orang-orang di sana pun sontak membuka jalan untuk Evelyn, menyadari bahwa dia adalah salah satu Nona Muda Montclaire, ditambah dengan Felicia yang mencoba mengejar langkah cepat Evelyn.

"Ketemu," gumam Evelyn mencari hal yang dicarinya.

Kios koran dan majalah yang mengabarkan berbagai kabar dari seluruh kerajaan yang tersebar di seluruh wilayah ini.

Untuk memastikan sesuatu, Evelyn harus melihatnya secara langsung, dan yang terpikirkan olehnya adalah koran dan majalah itu.

Mengabaikan tatapan bingung dari penjaga kios, Evelyn mengambil satu majalah dan mulai membacanya dengan seksama.

"Haahh.. Evelyn," keluh Felicia, tidak menyangka kalau langkah Evelyn bisa sangat cepat hingga membuatnya kualahan.

'srekk' 

Evelyn menyelesaikan bacaannya dengan perasaan yang campur aduk. Dengan gerakan agak kasar, ia meletakkan majalah yang sudah selesai dibacanya, namun jemarinya masih bergerak dengan lembut, meremas kertas majalah itu sebagai tanda refleksi atas apa yang baru saja dibacanya. Tatapan birunya menyipit, mencerminkan ketegangan yang dalam saat ia menyadari bahwa dirinya sekarang terjebak di dalam dunia novel yang baru saja dia baca bersama kekasihnya.

"Zioonn~ masa gue sendirian. Katanya lo bakal nemenin gue kalau gue masuk ke dunia novelnyaa~"

/°°/

'set!' sebilah panah melesat cepat mengenai beberapa helai rambut putihnya. Manik delimanya melebar, terkejut dengan yang baru saja dia alami.

"HEI! APA YANG BARU SAJA KALIAN LAKUKAN!!" teriak salah seorang pemuda sambil menunjuk seorang prajurit dengan pedangnya.

"M-maaf, Pangeran! Dia tidak sengaja," ucap salah seorang prajurit berbadan kekar yang sepertinya adalah pemimpin dari para prajurit yang tengah berlatih itu.

Memelototi kumpulan prajurit yang sekarang berhenti berlatih dan terdiam, si pemuda menyarungkan kembali pedangnya dan menghampiri adik bungsunya yang hampir terkena anak panah tadi.

"Zion, apa kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil mengecek pipi adiknya itu.

"Aduh, shh.." aduh Zion saat tangan pemuda itu meraba pipinya. Bisa ia rasakan perih dan sesuatu yang mengalir di pipinya.

Si pemuda membelalakan matanya, kembali berbalik dan menatap tajam kumpulan prajurit yang masih terdiam di sana.

Salah seorang prajurit berbadan kekar yang tadi meminta maaf keluar lapangan dan menghampiri dua pangeran dipinggir lapangan pelatihan itu.

"Mohon maafkan mereka, Pangeran Damian, mereka semua adalah prajurit pemula tahun ini," ucap prajurit itu sambil membungkukkan badan.

Yang dipanggil 'Pangeran Damian' menyilangkan tangan di depan dadanya dan menghadap prajurit itu. "Kenapa malah minta maaf pada ku?"

Sang prajurit terdiam, kemudian menegakkan tubuhnya dan kini menghadap satu lagi pangeran berambut putih yang tadi hampir terkena anak panah.

"... Damian?"

"Hm?" Damian, si pemuda itu menoleh kembali ke arah adik bungsunya itu.

Sementara sang prajurit yang sudah bersiap mengucapkan permintaan maaf kembali menelan ucapannya.

"Ada apa, Zion?" tanya Damian, sedikit khawatir melihat wajah adiknya itu yang kini mulai memucat.

"Gue beneran masuk ke dunia novelnya. Lyn.." gumamnya, sebelum akhirnya limbung ke belakang dan tidak sadarkan diri.

"Eh, Zion! Ada apa?"

Untungnya sebelum menghantam tanah, Damian dengan sigap menahan tubuh adiknya itu.

"Pangeran ke sebelas!?"

"Zion! Hei, Zion! Kamu kenapa?"

/

Damian Aetherborne, anak ke sembilan dan pangeran ke enam keluarga Aetherborne, keluarga yang saat ini memerintah kerajaan Radiant Valoria, latar utama novel The Holy Fate of the Exiled Prince. 

Keluarga Aetherborne, sang Raja, Cedric Aetherborne, sang permaisuri, Seraphina Aetherborne, dan Raja Cedric memiliki lima orang selir yang kini hanya ada empat karena satu selirnya sudah meninggal dunia setelah melahirkan seorang anak. Dari mereka semua, Raja Cedric memiliki lima belas anak, sebelas putra dan empat putri.

Tokoh utama dalam novel The Holy Fate of the Exiled Prince adalah pemuda yang menyapa Zion saat di ruang makan, sang Pangeran Buangan, Kendrick Aetherborne, anak ke dua belas dan pangeran ke sembilan kerajaan Radiant Valoria.

Sementara itu, ada pangeran ke sebelas sekaligus anak terakhir Raja Cedric, Zionathan Aetherborne, tubuh baru Zionathan modern saat ini.

|•BERSAMBUNG•|