Di dalam ruangan kamar yang megah, nuansa putih dan merah melukiskan keanggunan dan kemewahan. Cahaya lampu gantung yang terpantul di dinding dan perabotan kamar menghasilkan atmosfer yang agung dan hangat.
Beberapa remaja laki-laki, gadis-gadis, dan wanita yang berparas cantik duduk atau berdiri di sekitar ruangan. Tidak hanya itu, seorang pria dewasa dengan wajah tegas dan berwibawa juga menjadi sorotan.
Mereka semua sama-sama menatap seorang remaja laki-laki ber-surai putih bersih yang terbaring tidak sadarkan diri di kasur utama kamar itu.
Wanita di sana duduk di kasur, mengelus lembut surai putih si remaja, manik sewarna emasnya kemudian memandang ke remaja laki-laki lain dan gadis-gadis yang duduk atau berdiri mengelilingi kasur.
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya dengan lembut, dia lah Seraphina Aetherborne, Ratu kerajaan Radiant Valoria.
Sementara itu, sang pria dewasa di sana, Cedric Aetherborne, Raja Radiant Valoria hanya terpaku pada wajah anak bungsunya yang tengah terbaring tak sedarkan diri, sambil memasang telinga untuk mendengar jawaban apa yang akan diberikan untuk pertanyaan Ratunya itu.
Kompak, para laki-laki dan gadis di sana menatap seorang pemuda ber-surai hitam legam yang menghiasi kepalanya, sedangkan dua manik yang memikat, bertautan seperti dua permata zamrud hijau yang mempesona, milik seorang Damian Aetherborne.
"Kenapa malah melihat ku?" tanya Damian saat saudara se-ayah nya itu malah menatap nya.
"Kan kau yang membawanya dalam keadaan pingsan begini," jawab pemuda lain disebelah Damian. Azurian Aetherborne, anak ke delapan Raja Cedric dan pangeran ke enam kerajaan Radiant Valoria. Seorang pangeran yang dari ujung rambut sampai ujung kaki berhiaskan warna biru muda. Bahkan ketika kebanyakan anak Raja Cedric memiliki manik sewarna zamburd hijau, Azurian memiliki manik sewarna biru kristal yang menawan.
"Itu.. aku juga tidak tau, dia tiba-tiba pingsan setelah terkena sedikit bilah anak panah di pipinya," jawab Damian, dia sendiri juga tidak tau mengapa adik bungsunya itu pingsan. Padahal sebelumnya ia lihat Zion baik dan sehat-sehat saja.
Mendengarnya, Cedric langsung melihat ke pipi kanan Zion, dan ternyata memang ada bekas sayatan kecil di sana. Seraphina juga melihatnya, ia langsung mengeluarkan sihir penyembuh nya dan menutup luka itu. Meski hanya luka kecil, Seraphina tidak ingin remaja yang sudah ia anggap anak kandungnya itu terluka sedikitpun.
Keberuntungan menyertai Zion ketika pingsannya mulai memudar, mengizinkan keadaannya untuk kembali ke kesadaran. Dalam detik-detik tersebut, matanya yang terpejam terasa bergetar dengan lembut, memberi isyarat peralihan dari kesadaran yang tergelap. Ketika matanya terbuka, terlihatlah manik delimanya yang selalu bisa menghipnotis setiap orang yang melihatnya.
Berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya, akhirnya Zion bisa melihat orang-orang yang mengelilinginya dengan jelas.
Sadar akan keramaian yang tiba-tiba, Zion sedikit terjengit kaget dan memeluk selimutnya. Menatap sekelilingnya dengan doe eyes nya yang berkedip bingung.
"Hueee, Lyn, ini gimanaa? Gue maunya jadi npc biasa aja, bukan jadi anak raja kayak beginiii~" batin Zion merana dengan nasibnya saat ini. Ia tidak terbiasa dengan banyaknya orang yang menatapnya saat ini. Bisa dikatakan Zion pernah masuk dalam fase dimana dia adalah seorang anti sosial. Jadi dihadapkan pada perhatian berlebihan seperti ini membuat Zion takut sendiri.
Cedric yang merasakan rasa ketidaknyamanan dari anak bungsunya itu pun menatap Seraphina, mengisyaratkan sesuatu yang tidak bisa dipahami anak-anaknya.
Seraphina yang pada dasarnya sangat peka, langsung mengerti isyarat dari Cedric.
"Baiklah anak-anak, ayo kalian keluar dan membiarkan Zion istirahat. Sepertinya Zion masih syok karena hampir terkena anak panah," ucap Seraphina. Mencoba membuat para pangeran dan putri di sana meninggalkan kamar Zion.
"Tapi, Bu——ucapan Searon terhenti, anak ke tiga belas dan pangeran ke sepuluh itu meneguk ludahnya kasar, melihat lirikan dari sang ayahanda yang seperti menusuknya dengan bilah pedang paling tajam.
Para pangeran dan putri di sana juga melihat lirikan itu, akhirnya keluar dari kamar Zion tanpa bisa melakukan apapun. Ayahanda mereka memang lembut dan bukan seseorang yang mudah tersulut emosi, tapi sekalinya hatinya sedang tidak senang, ayahanda yang bak malaikat itu bisa langsung menyamai kekejaman demon king.
Kamar itupun hanya menyisakan Cedric, Seraphina, dan Zion yang mulai mengendurkan pelukannya pada selimut.
/°°/
"PESTA?!"
Felicia meringis pelan mendengar pekikan adiknya itu, "Evelyn.." tegurnya dengan lembut karena perilaku tidak etis dari Evelyn itu.
"Ah, maaf," ucap Evelyn menyadari kesalahannya yang telah berteriak didepan ayah dan ibu nya yang sekarang.
Arthur, Count Montclaire itu hanya mengelus dadanya saat putri bungsunya tiba-tiba berubah menjadi hiperaktif. Tapi juga sedikit bersyukur karena putri nya yang sering mengurung diri di kamar itu akhirnya mulai membuka diri.
Sedangkan Countess Montclaire, Misha, tertawa pelan, sungguh terhibur dengan Felicia yang dibuat kualahan dengan sifat putri bungsunya yang mendadak menjadi sangat aktif.
"Aku ikut! Kenapa tidak mengajak ku juga!?" tanya Evelyn sambil merengut.
Sebenarnya tanpa Evelyn bertanya dia sudah tau kenapa dirinya ini tidak di ajak. Sepanjang cerita The Holy Fate of the Exiled Prince, adik dari Female Lead ini hanya pernah sekali muncul, yaitu saat Felicia berpamitan pergi ke medan perang. Selain itu, bahkan sebatas nama pun, tidak ada di ceritakan. Bisa dibilang adik dari Felicia ini adalah bagian tersembunyi dari cerita The Holy Fate of the Exiled Prince. Bahkan Evelyn baru tau kalau nama adik Felicia ini memiliki nama yang sama dengannya.
Dari rumor-rumor yang sempat Evelyn baca dari majalah dan koran yang ia beli, Evelyn Montclaire adalah seorang gadis misterius yang selalu mengurung dirinya di kamar. Evelyn akan selalu ingat bagaimana wajah Arthur dan Misha saat melihatnya keluar kamar tadi pagi.
"Biasanya kan kau tidak mau di ajak pergi ke acara semacam ini," jawab Felicia. Karena seringnya adiknya itu menolak saat diajak ke pesta atau pertemuan bangsawan, Felicia jadi tidak pernah lagi mengajak adiknya saat keluarga mereka diundang ke suatu acara.
"Sekarang aku mau! Pokonya aku ikut! Ikuutt!" ucap Evelyn sambil melompat-lompat kecil di depan Felicia.
"Ikut, Kak Felicia! Aku ikuutt!"
Bodoamat dengan sifat asli pemilik tubuhnya saat ini, sekarang tubuh ini dipakai Evelyn, jadi akan ia lakukan semuanya dengan caranya. Biarpun itu menimbulkan butterfly efek atau berubahnya masa depan, Evelyn tidak peduli. Dia tidak punya sesuatu yang benar-benar harus dia lakukan di dunia ini. Paling-paling, mungkin mencoba mencari ending yang berbeda dari cerita aslinya.
Karena Evelyn yang terus mengatakan 'ikut' berkali-kali sambil melompat-lompat kecil dihadapannya, Felicia akhirnya mengangguk. "Baiklah-baiklah, kau boleh ikut, berhenti melompat sekarang!"
Seketika Evelyn berhenti bicara dan melompat, ia tersenyum lebar kemudian duduk di sofa yang ada di sana.
"Ngomong-ngomong pesta ini untuk penyambutan siapa?" tanya Evelyn, dia harus mencari tau saat ini dia sedang berada di jalan cerita yang mana.
Felicia tidak menjawab, dia menatap ayah dan ibunya, karena dia juga tidak tau pesta besar yang akan dilakukan di alun-alun kota Aetheria, Ibu Kota Kerajaan Radiant Valoria itu diselenggarakan untuk menyambut siapa.
"Penyambutan untuk Pangeran Leander yang baru saja tiba di kerajaan setelah penaklukan monster di hutan Tornvale," jawab Misha.
"Pangeran Leander?" gumam Evelyn, mencoba mengingat-ingat nama-nama pangeran yang disebutkan di dalam cerita.
"Ah.."
Penyambutan Pangeran Leander, bukan kejadian yang terlalu penting memang, tapi di pesta ini menjadi salah satu bagian dimana kedekatan Felicia dan Kendrick diperlihatkan, mereka akan berdansa bersama di pesta ini. Jadi sepertinya Evelyn berada di cerita di saat-saat Felicia dan Kendrick melakukan pendekatan.
Baiklah, jalan ceritanya sudah Evelyn dapatkan, sekarang tinggal mencari cara bagaimana Evelyn keluar dari dunia novel ini. Evelyn tidak ingin tinggal lebih lama di sana, tidak—apalagi dia sendirian. Lagian Evelyn bukannya dipindahkan saat mati atau apa, perpindahan ini terlalu mendadak bagi Evelyn.
"Zizi, gue gak mungkin selamanya di sini kan..?"
|•BERSAMBUNG•|