Sekarang adalah malam, benar malam hari. Waktu dimana semua orang sedang tertidur, pelayan, orang tua, dan bahkan seharusnya adikku juga. Kenapa aku bangun di malam begini, alasannya sederhana karena aku ini pergi ke toilet
Jika bertanya aku ada dimana sekarang? Jawabannya sedang di toilet sedang posisi untuk mengeluarkan bagian tidak perlu. Kesampingkan hal menjijikan itu, mari bahas apa yang kupikirkan sekarang.
"Aku ini beneran perempuan."
Diriku yang di kehidupan pertama seorang pria benar-benar tidak habis pikir, ini sudah hampir berapa tahun diriku menjadi perempuan, bahkan aku sudah terbiasa dengan kehidupan perempuan apalagi menjadi bangsawan mewah yang luar biasa.
Tetapi tetap saja agak membingungkan untuk seorang wanita membawa ingatan pria. Bahkan sangat jarang untuk menemukan komik isekai yang bergenre seperti ini, semua yang pernah kubaca pasti mengarah pada hal mesum
"Agak bingung juga soal ini."
Sebenarnya bukan perubahan kelamin secara paksa, dan bahkan layaknya di anime bisa berubah karena obat, tetapi diriku beneran memulai kehidupan dari awal aku dilahirkan. Ini sepertinya membingungkan juga.
"Tetapi."
Benar soal itu tidak penting, yang penting sekarang adalah diriku yang memiliki mimpi yang harus dicapai. aku akan mengumpulkan semua pedang dan mencoba setiap pedang yang ada di dunia ini. Bahkan aku akan meminta Alicia untuk membuat pedang terbaiknya untuk menjalani hidup lebih indah.
"Hahahaha."
***
Siang yang cerah yang bagus untuk pemanasan dan mulai latihan lagi. Sepertinya para Maid sudah pasrah soal diriku yang berlatih secara mandiri. Walaupun diriku bilang mandiri sebenarnya aku tidak sepenuh sendiri, terkadang aku meminta adikku menembakan sihir untuk melatih reflek, kemudian membaca buku tentang cara bertahan hidup dan bahkan mengintip pelatihan Edonai sebagai seorang maid.
Seharusnya diriku sekarang berumur 12 tahun. Seingat ku di umur segini, para bangsawan mulai semacam pesta apalah. Atau mungkin mereka tahu diriku yang gak feminim. Benar mungkin karena itu, mereka tidak ingin nama mereka tercoreng. Biarlah itu jadi kabar baik untukku.
"Kakak."
Suara ini.
"Relia, Ada apa?"
"Bisa ajari aku sihir?"
"Ehhh."
"Relia aku tahu bahwa kakakmu ini lemah soal sihirkan."
"Tidak, kakak sangat ahli. Terutama pengendalian mana."
"Tidak-tidak. Pengendalian mana ku ini cuma A loh. Tetapi Dek Relia ada di S+ loh."
"Maaf kak, mohon Ajarkan aku satu sihir aja." Dia mengabaikan fakta itu.
"Tetapi Kakak ragu apa ada sihir yang belum Relia tahu."
"Tenang, selama kakak mengajari sihir. Relia akan menggunakan dengan maksimalkan."
Ahh semacam ingin meniru kah. Jika aku beritahu juga sepertinya Relia bisa saja mempelajari dengan cepat. Selain itu sihir yang ku bisa mayoritas sihir sederhana tanpa elemen. Seperti Mana Needle, Mana Knife, Mana Sword dan mungkin Mana Enhancement.
"Baiklah mari coba Sihir ini. Seharusnya Relia bisa dalam sekali coba."
Aku langsung mengalirkan mana pada permukaan tangan ku. Sebuah Sirkuit sihit terlihat jelas mengikuti saluran darah ku. Walaupun ini terbilang Mana Enhancement biasa, tetapi agak spesial karena ini versi ku dan penyesuain dengan tubuhku.
"Ohhh. Mana Enhancement yang unik. Kakak bagaimana mendapatkan ide ini."
"Tidak unik begitu kok. Di beberapa buku muncul sirkuit sihir yang mirip bahkan salah satu yang cukup populer di kalangan bawah. Hanya saja kakak ini bangsawan memiliki mana yang agak spesial, jadi perlu penyesuaian."
"Pantes saja agak beda dari yang ku tahu. Kemudian Mana Enhancement ini terlihat bisa bertahan lama."
"Begitulah, aku bisa menyembunyikan kok."
Sirkuit sihir kemudian terlihat memudar dari kulit tangan dan telapak tanganku. Sebuah cara sederhana yang efektif untuk menghilangkan efek cahaya mana yang keluar dari tangan. dengan cara langsung menyebarkan ke segala arah. Yah setidaknya butuh kemampuan pengendalian tingkat A sih.
"Boleh ku coba."
"Tentu saja."
"Mana Enhancement."
Di sepanjang tangan Relia langsung muncul sirkuit sihir yang mirip dengan milikku. Tentu Relia adalah jenius sihir, dia bahkan bisa meniru sihir hanya dengan sekali lihat. Apalagi dia satu tahun dibawah diriku.
"Ohhh Lihat Kak. Aku berhasil."
"Uhmm Benar."
Baru pertama kali aku merasa sakit melihat bakat Adikku. Padahal aku baru bisa melakukan Mana Enhancement setelah 1 tahun. Apalagi aku perlu melakukan modifikasi agar mudah dilakukan, jika tidak output mana yang cepat habis, dan bahkan tidak bisa bertahan lama.
"Kak, Sepertinya aku bisa menahan Mana Enhancement selama 3 bulan."
"Ohhh. Kakak hanya bisa menahan selama 6 jam penuh saja."
Perbedaaan Penyimpanan Mana yang luar biasa.
"Ohyah. Kenapa gak coba ayunkan sesuatu dengan kekuatan itu."
"Benar juga, Kak."
Aku memberikan pedang kayu yang aku bawa untuk pemanasan pada Relia.
"Ohhh. Pedang Kayu buatan Kakak Sendiri. Jika tidak salah namanya Pedang kayu Mk12 Delta A."
"Ehhh kenapa tahu."
Tunggu kenapa dia tahu tentang pedang kayu itu. Padahal aku menyembunyikan proses buatannya. bahkan aku bahkan menyimpannya di gudang, dan bahkan bikin penyimpanan rahasia.
"Enggak-enggak cuma tebakan aja."
Begitukah, istilah delta sebenarnya bukan bahasa asing disini berkat kemajuan teknologi dunia ini. Listrik sebenarnya sudah ada, tetapi Mobil belum ada itu yang mengejutkannya. Kereta kuda menjadi tetap kendaraan transportasi utama. Mungkin karena sihir kah yang bisa menahan teknolog diesel.
"Oke cepat coba ayunkan pedangnya."
Sekali lihat saja, adikku tidak dilatih menjadi kesatria. Aku bisa lihat dari kuda-kuda ketika hendak mengayunkan. Tidak terlihat kuat dan bahkan banyak celah dibanding guru Pedang Edonai yang suka berlatih di halaman belakang.
"Hiiiiyaaa."
Suara angin terdengar kencang, benar-benar seperti "Shuhhsss". Sebuah kecepatan pedang dari Relia terlihat sangat bagus, ayunan dia tidak seperti Pemula. Apa dia melatih diri juga untuk menggunakan pedang. tetapi ayunan tadi sangat bagus, benar-benar seperti di anime atau film.
"Bagaimana Kak?"
"Benar-benar bagus."
Kesampingkan gaya pedang nya. Aku sadar bahwa Relia memiliki Mana sihir yang jauh lebih dariku. menggunakan Mana Enhancement milikku sudah bisa meningkat sebesar itu. jika kami beradu pedang secara mentah dengan ayunan tadi, pedang ku bisa patah dengan mudah.
Sialan adikku beneran monster. tetapi aku tetap mencintaimu.
"Yosh mantap."
Aku langsung memberikan usapan kepala memberi pujian karena kehebatan adikku. Ini beneran bagus.
rambutnya beneran jauh lebih lembut dariku. Dia memiliki rambut putih berkebalikan dengan diriku. Dia memiliki rambut putih yang diluar dan bagian dalam adalah biru gelap sama seperti rambut luarku. kemudian rambut ini jauh lebih mirip seperti kapas, atau gulali beneran empuk.
"Ehehehe. Dipuji oleh Kakak."
Wajah itu, beneran imut sekali. Senyuman yang melelah karena begitu senang, mata yang tidak terbuka karena hanya ingin fokus merasakan usapan kepala. Hal seperti ini sudah jadi adegan imut di salah satu anime. Aku akan berpikir akan merekam ini jika kamera sudah ditemukan.
***
Diriku Irie sekarang sedang berniat melakukan perjalanan jauh menuju salah satu wilayah yang cukup jauh dari ibu kota. Apalagi wilayah ayahku terbilang dekat dengan ibu kota karena pekerjaan ayahku terbilang fokus pada pengurusan wilayah, dan pengurusan pengolahan data saja. Aku tidak tahu pekerjaan apa secara spesifik, tetapi semacam pengurus wilayah kecil mungkin. Aku ini bukan ahli sejarah sih, plus sejarah di dunia ini sangat berbeda drastis dengan di dunia asalku.
Kami sekeluarga hendak mengunjungi wilayah kecil yang terbilang di bawah pengawasan ayahku. Menurut perkataan ayah semacam jamuan kecil sekalian memperkenalkan wilayah yang dibawah kekuasaan ayahku.
Sebenarnya tidak masalah bagiku untuk berpergian jauh. tetapi izinkan aja diriku bawa pedang. Entah kenapa aku merasa tidak tenang.
Biarlah mari lihat para tentara penjaga aja. Di Dalam kereta ini terlihat ada kami sekeluarga. Ayah, ibu, Relia, diriku dan satu seorang pelayan yaitu Etonai yang menjadi pelayan andalan keluarga kami, atau lebih tepatnya ahlinya mengurus diriku.
"Sebenarnya ayah ingin mengenalkan seseorang pada kalian berdua."
"Ehh. Jangan bilang Pernikahan Paksa." Entah kenapa aku merasa hal kayak gitu.
"Bukan. tapi sebenarnya ayah ingin melakukan itu pada Irie, tapi semua bangsawan kenalanku menolakmu," dia langsung mengambil nafas.
"Karena terlalu barbar. Melompat dari pagar rumah yang tingginya hampir 3 meter lebih, meminta penjaga gerbang untuk berlatih, dan menumbangkan mereka, bahkan membuat retakan pada tembok pada kamar mu."
"Ehehehe. jadi malu."
"Itu bukan pujian."
Tetapi agak mengejutkan Ayah tidak melakukan hukuman besar. Tentu seperti selama kamu memiliki tata krama, mau memegang pedang sekalipun ayah maafkan. Tentu berbeda dengan ibu.
"Sudah. Sudah. Sayang, dia memang begitu kan." Ucap ibuku dengan aura mengerikan.
Dia pasti memikirkan cara biar diriku tidak bertindak aneh. Atau bahkan mencari seseorang yang bisa menahan diriku. Mungkin berniat mengusirku dengan mencari pasangan untukku agar bisa lepas dariku.
"Benar kata Ibu. Kakak tidak bisa dihentikan dia akan menjadi sosok kesatria terkeren."
Ucap polos Relia yang tidak bisa melihat aura dari kemarahan ibu. Dia begitu polos sampai tidak sadar ada monster yang bersembunyi di balik senyuman manis.
Ketika pembicaraan manis dibahas oleh keluarga kami. Seketika Etonai berbisik pada Ayahku, Ayah juga langsung memberi isyarat aneh pada ibu. Entah apa tapi ini bukan kabar baik.
Kereta kami seketika terhenti secara mendadak.
"Whahhhhgg."
Sebuah teriakan aku langsung melihat ke luar jendela pintu kereta.
Apa itu. Jangan bilang kami diserang. Sebuah cipratan darah langsung memencar pada kaca jendela. Itu beneran membuatku terlempar karena kaget dan langsung menarik mundur dariku dari jendela.
"Cepat putar balik kuda. Kita akan segera kembali ke kota."
Ayahku memberi tahu pada supir lewat jendela khusus antara supir dan penumpang.
"Tetapi. Mereka sudah mengepung kita."
"Pak, kita akan membuat jalan pada saat itu langsung putar arah."
Jika tidak salah suara itu adalah kapten pengawal.
Aku tidak bisa melihat keluar. Tapi aku merasa ini bakal jadi kabar buruk. Benar-benar buruk. Kenapa ketika aku berusaha selalu muncul insiden. Jangan bilang aku ini tidak boleh berusaha untuk mengejar mimpi.
"Nyonya. Bertahanlah. Etonai akan menjagamu."