Chereads / Maniac Sword And Maiden Body / Chapter 11 - Chap 11 Relia yang Sister Complex dan Keraguan Irie

Chapter 11 - Chap 11 Relia yang Sister Complex dan Keraguan Irie

Siang semuanya. Saya Relia adik manis kecil Irie. Sekarang aku sedang membuntuti kakakku. Setelah melihat Kakakku ditarik keluar oleh kelompok bandit, dan kemudian mengetahui bahwa mereka ada mantan pasukan kerajaan makin panik diriku.

Tetapi Melihat kakakku selamat. Aku langsung tanpa ragu mengatakan bahwa kakak beneran hebat bisa mengalahkan mantan pasukan kerajaan di umur yang muda. Kakak pasti akan menjadi perwujudan dewi perang. pasti itu akan terjadi.

Tetapi, seseorang aneh muncul di hadapannya. seorang Anak umur 12 tahun mentang-mentang lebih tua dari ku. membuat nya sombong, dan sok dekat dengan kakak. Sekarang aku mengawasi kakak dan si bajingan itu.

Ketika aku mengintip dari perpustakaan.

"Apa-apaan keakraban itu?" Jangan main-main aku lebih kenal Kakak dari mu, aku bahkan dari kecil sudah hidup bersama. Aku mengetahui kehebatan Kakak lebih dari siapapun.

Sialan aku tidak mendengar percakapan mereka.

"Wahai Alam berikan Pendengaran yang tajam untuk ku."

Agak panjang, tapi tidak apa. Seperti kata Kakakku semakin jelas gambaran sihir semakin kuat efeknya. Membuat mantra adalah salah satu hal yang memperkuat bayangan sihir tersebut.

"Aku tidak mengira kamu terlahir kembali menjadi Wanita."

Tunggu apa maksud ucapan itu. kenapa dia berkata seperti itu. Kenapa itu dikatakan begitu saja. Sialan jangan bilang kakak mempunyai sesuatu.

"Ahahah. Begitulah."

Kakak membenarkan ucapan itu. Jika ucapan seperti itu, kakak seperti pernah jadi seorang laki-laki. tetapi sejak kecil kami selalu bersama. Apa-apaan itu, apa itu sisi kakak yang tidak ku ketahui.

Aku ingin mengetahui kebenarannya. Apa itu maksud terlahir kembali menjadi wanita. Kakak kenapa tidak jelaskan padaku. Apa adikmu tidak pantas mendengarkan kebenaran itu.

"Aku pergi dulu." Kakak pergi.

Ketika kakak pergi dari perpustakaan dengan segera.

"Wahai angin. Turuti perkataan ku. Bergeraklah."

"Siapa disana!"

Bocah sok tahu Ray ini, dia langsung mengetahui keberadaan ku. Sepertinya dia memiliki kemampuan yang luar biasa, atau mungkin memiliki pengendalian mana yang bagus.

"Aku tidak sengaja mendengarkan pembicaraan mu dengan kakakku."

"Kamu Adiknya Irie."

"Begitulah. Aku ada pertanyaan untukmu. Apa maksud terlahir kembali menjadi Wanita."

Wajah bocah bernama Ray seketika mulai ragu, tidak salah lagi dia menyembunyikan sesuatu. Tetapi aku tidak tahu cara menggali kebenaran dari mulut dan otaknya.

"Soal itu. Lebih baik tanya kakakmu."

"Cepat katakan saja." "Angin datanglah."

Di dalam buku yang kubaca salah satu cara interogasi adalah mengancam dengan menunjukan kekuatan. Sekarang mari tunjukan sihir angin andalan ku, sihir yang ku tiru dari sihir pertama kakak.

"Sihir apa itu. Mana Needle. tetapi itu bukan ukuran sebuah jarum."

"Itu memiliki ukuran panjang 1 meter dan diameter 40 Cm."

Orang ini gabut atau apa sih sampai menjelaskan kayak gitu. tetapi sepertinya dia mulai panik. Baik mari lanjutkan.

"Woi. cepat katakan!"

"Maaf tapi tidak bisa."

Apa kau bercanda, kamu tidak ingin terluka oleh sihi.....r

Tunggu kenapa sihir anginku tiba hilang apa yang terjadi. Jangan bercanda dia memiliki kemampuan netralisasi sihir. Dia hanya umur dua belas tahun. Kenapa dia bisa melakukan sihir ribet itu.

"Sebaiknya Adek yang hati-hati."

"Pustaka, Tunjukan itu."

Jangan bercanda itu sihir angin ku. Mana Needle tiruan dari kakakku. Kenapa dia bisa meniru ku. Apa dia mencuri? Tunggu apa maksud nya, dia beneran monster juga. Jangan bilang aku menyentuh yang tidak boleh ku sentuh.

"Maaf yah Dek, aku sepertinya kelewatan."

Dia menghilangkan sihir itu.

"Jangan bercanda. Cepat katakan! apa hubungan dengan kakak."

Aku langsung mengeluarkan sihir angin lagi, aku sekarang tidak akan ragu. Aku akan memukul dia. Aku tidak mau kalah oleh cowok aneh seperti dia, aku akan menjadi nomor 1 di mata kakakku.

"Pustaka."

Dia meniru sihir angin yang ku buat, jangan bercanda dasar peniru. Aku akan membunuhmu.

"Kalian beneran ingin merusak perpustakaan kah."

Suara ini kakak.

Aku langsung berbalik dan melihat kakakku yang membawa nampan berisi teko dan 3 gelas. Tunggu jangan bilang kakak sudah tahu mengintipmu. Kakak beneran jenius.

"Tidak kak cuma."

"Irie, Adikmu beneran Siscon."

"Siscon. aku bukan suatu menjijikan itu, tapi perasaan murni sayang kakak yang hebat."

***

Selamat kembali aku Irie kembali menjadi sudut pandang. Aku yang pergi mencari pelayan untuk membuat teh. Tentu aku tidak bisa menemukan pada akhirnya aku pergi ke dapur, jadi mencari gelas dan teko, kemudian Tehnya. Sepertinya para pelayan sadar bahwa diriku sering pergi ke dapur dan mengatur beberapa alat di posisi bisa terjangkau.

"Ohh itu nampan udah ada gelas dan tekonya."

"Gelasnya tiga biarlah, males juga nyimpen ke tempatnya."

Membuat teh adalah keahlianku dari dunia sebelumnya, aku bekerja di kafe sih. Kemudian mengurus minuman diriku yang buat. Menyajikan teh, kopi, dan segala jenis minuman diriku yang buat sih, karena temanku gak punya indra perasa yang bagus. Hampir semua kopinya pahit kebangetan.

Seketika seluruh tubuhku terasa merinding akan sesuatu. Ahh pertanda buruk sepertinya, setidaknya aku tidak ingin bersedih. Apalagi pengurusan jasad Etonai sedang diurus. Semoga besok upacara bisa dilakukan segera.

Ketika aku membuka pintu pemandangan beneran hal tidak terduga. Ayolah kalian semua ijinkan aku mengeluarkan emosi sedihku. Setelah kepergian Etonai kenapa kalian malah bikin heboh.

"Kalian beneran ingin merusak perpustakaan kah."

Begitukah mereka dasarnya baik menjelaskan semua keadaan dengan sangat baik. Mau bagaimana lagi mari jelaskan keadaan sebenarnya pada adikku juga. sebenarnya aku tidak berniat menjelaskan karena ingin lepas dari kehidupan sebelumnya, karena diriku sekarang adalah Irie Wallenberg.

"Relia maaf tidak menjelaskan ini, tetapi sebenarnya aku tidak berniat untuk mengungkit soal ini."

"Tapi Kak, Relia juga mau tahu segala tentang kakak."

Sepertinya Siscon nya mulai di titik mengerikan. sepertinya memanjakan waktu dulu berakibat fatal ini.

"Kakak mengingat kehidupan sebelum menjadi Irie Wallenberg. pada kehidupan itu, kakak merupakan teman dekat Ray ini, tentu hidupku di sana sudah berakhir dan memulai hidup baru, makanya kakak tidak mau ungkit ini."

"Begitu, begitu aku paham. DI kehidupan sebelumnya kakak tidak bisa mengejar mimpi, sekarang kakak memiliki kehidupan baru, kakak akan memulai semuanya dari awal. Kakak beneran pantas menjadi sosok yang mengubah dunia."

Sepertinya Relia mulai tercemar oleh komik-komik. Dunia ini komik sudah mulai rilis sih, seperti memang ada orang dunia lain yang muncul di dunia ini membuat perubahan besar pada dunia.

"Anggap aja begitu."

"Kakak. Boleh bertanya?"

"Iya, apa? Relia."

"Cuma penasaran. Apa kakak terangsang dengan wanita, atau pria."

Diriku yang sedang minum teh, Tanpa ragu langsung menyemburkan partikel teh layaknya pembersih kaca. Aku tidak mengira Relia mengetahui hal seperti itu seharusnya Relia masih sangat muda loh. Bahkan umur kami tidak beda jauh loh.

"Benar juga soal itu."

"Ray juga ikutan."

"Aku akan jawab jujur. Aku belum tahu, tubuhku sepertinya menginginkan pria, tetapi secara jiwa aku tetap menginginkan sosok perempuan yang indah."

"Menjijikan banget."

"Benar sekali. Dulu aku tidak suka genre kayak gini. tetapi takdir memang aneh. Aku juga sadar aku menjadi wanita secara alami."

"Dulu hidup sebagai seorang pria sudah berakhir, seharusnya semua yang berbau laki-laki diriku sudah hilang disana, tetapi aku terlahir sebagai wanita, dengan menerima ingatan di kehidupan sebelumnya yang seorang pria. ini beneran masalah mental untuk ku."

"Tetapi aku sudah menjadi perempuan, maka aku harus hidup menjadi perempuan sih."

Aku memegang gelas teh, sembari melihat kesana. aku sadar bahwa ini adalah konflik batin yang tidak bisa ditentukan hanya dengan diriku. aku bisa saja kabur dan mencari cara menjadi laki-laki, dengan menggunakan sihir. tetapi aku tidak ingin menantang takdir.

Kenapa aku menerima tubuh dan ingatan ini. Apa ada alasan aku menerima tubuh ini?

"Kakak, itu laki atau perempuan. Kakak tetap Kakakku yang hebat."

"Benar kata Relia, Kamu tetap adalah sahabatku."

"Begitukah. Terima kasih. kalian berdua."

Etonai sepertinya aku perlu memberi tahu soal ini. Besok mari beri tahu dia, di upacara pemakaman.