Chereads / Maniac Sword And Maiden Body / Chapter 12 - Chap 12 : Misteri Iblis dan Edonai Si Maid

Chapter 12 - Chap 12 : Misteri Iblis dan Edonai Si Maid

Aku tidak tahu ingin mengatakan apa setelah mendengarkan berita ini. Diantara Marah, Kesal, Sedih atau bahkan tidak mau menerima kenyataan ini.

"Maaf, kami tidak bisa menemukan jasad Etonai."

"Apa maksudnya itu." Ibu langsung angkat suara.

"Ahhh. Kenapa Iblis itu masih aja hidup."

Aku yang kasarnya masih sangat muda tidak di ijinkan mengikuti ikut masuk kedalam. aku hanya bisa mendengarkan fakta bahwa Jasad Etonai tidak bisa ditemukan, dan fakta tentang Iblis.

"Padahal kami sudah berusaha mengeluarkan Iblis dari putraku, dan tubuhnya malah dibunuh oleh Putriku sendiri."

Wajah Ibu beneran menjadi sangat gelap. Dia beneran tidak mau keadaan nambah parah sepertinya. Aku sudah mencari tahu hubungan Etonai dan Ibu, dan ternyata benar mereka terbilang teman masa kecil, secara perlahan mereka tumbuh bersama dan Etonai memutuskan menjadi pelayan Ibu.

"Meskipun begitu ibu tetap tenang."

Bukan seperti itu, dia pasti mengalami banyak hal sudah siap akan kemungkinan ini. Aku juga tidak tahu tentang fakta aku memiliki adik laki-laki, dan secara sadar aku membunuhnya. Perasaan macam yang harus ku rasakan.

Ayah dan Ibu pasti sedih karena kasarnya dia itu Putra mereka, dan kemungkinan besar adalah penerus keluarga Wallenberg. Aku yang perempuan kemungkinan besar mengikuti suami ku.

Seketika sekujur tubuhku merinding. Membayang itu beneran tidak baik untuk mentalku.

"Tidak, kemungkinan Putramu masih hidup sangat tinggi. Lebih tepatnya Iblis itu berharap tubuhnya tetap selamat."

"Jadi. Baiklah utamakan temukan Putraku terlebih dahulu. Aku bahkan jika itu hanya sebuah jasad tubuh."

Wajah ibu terlihat tegar, tapi aku yang mengintip di balik pintu sadar bahwa dia hanya berusaha tegar. 

Kematian Etonai adalah hal yang paling menggangguku, aku bahkan terus mengingat kejadian itu padahal berusaha ku lupakan.

Mati tertusuk seperti beneran menyakitkan, melihatnya saja sudah membuatku muntah.

"Ahh, untung saja minggu depan aku tidak mengeluarkan itu. Aku bisa tenang."

"Irie, datang lah kesini."

Ehh dia mengetahui ku sedang mengintip.

"Baik." Pada akhirnya aku berdiri dan masuk kedalam.

"Buka bajumu!"

"Ehh tunggu apa tiba-tiba."

"Pengecekan, Cepat buka bajumu."

Entah kenapa. tetapi wajah itu beneran serius, sebaiknya aku turuti dulu. Aku juga tidak mau terjadi apa-apa.

Aku membuka pakaian ku. Tentu semua orang disana semuanya perempuan. jika tidak salah prajurit yang diajak bicara seorang pasukan suci yang mengurus kejahatan iblis. Semacam polisi anti iblis kah.

Tentu selain melihat prajurit itu, aku melihat tubuhku di balik panturan cermin yang ada di ruangan itu. Tunggu sejak kapan ada cermin disana. Sepertinya Ibu tahu bahwa aku akan mengintip, atau mungkin kasarnya dia hendak memanggil ku kesini.

Tubuhku yang masih sekitar 12 tahun beneran mulai tumbuh menjadi tubuh wanita. Kesampingkan soal dada karena itu tidak tumbuh dengan baik, sepertinya aku tidak memiliki gen kuat untuk ini, tetapi kaki ku sepertinya nilai plus, tentu karena latihan fisik.

Wajahku tidak terkesan seperti ibu 100%, melainkan seperti wajah dunia asalku yang disatukan dengan wajah ibuku. Rambutku yang di dunia sebelumnya sangat berantakan sekarang menjadi lebih terurus karena para maid. Wajah ku beneran cukup cantik sih, mungkin tipe Cool type atau bahkan tomboy kah, mungkin tipe antara itu.

"Bagaimana pemeriksaannya?"

"Tidak ada tanda-tanda di Mark oleh iblis itu. hanya beberapa memar biasa."

"Untung saja."

"Memang ada apa?"

"Irie, apa kamu tetap menjadi Swordmaster meskipun telah mengalami itu." Ibu sepertinya takut, pantas saja sih, dia ketika melihat rekam jejaknya.

"Keputusanku sudah bulat. Aku akan menjadi Ahli pedang dan menggunakan setiap pedang yang keren di dunia ini."

"Begitukah, tapi kamu harus tahu bahwa di jalan ini bukan jalan yang mudah."

"Aku tahu, aku siap semua itu."

"Kalau seperti itu jawabannya, Ibu akan carikan guru pedang untukmu."

"Beneran!!"

Tentu hampir semua kesedihan ku langsung menghilang. Aku bahkan sampai melompat mendekat ke Ibu. Dunia ini beneran kisah baruku, aku tidak akan setengah-setengah seperti di kehidupan sebelumnya. Aku sudah memutuskan mimpiku dari sekarang.

"Tapi, jangan beritahu papa oke."

"Baik."

"Kalian beneran keluarga yang bahagia. Nyonya Wallenberg."

"Aku tidak ingin tenggelam dalam kesedihan terus. Etonai dan bahkan putraku akan sedih ketika melihat diriku seperti ini."

Ibu terlihat mulai bisa memulihkan dirinya. terima kasih ibu, aku akan mewujudkan mimpiku dan tidak mu kecewa terhadapku.

"Sebagai gantinya, Irie harus hadir di pesta pangeran nanti."

Ehhh. jangan bilang dia menjebakku, jangan bercanda. Aku bahkan tidak tertarik dengan kayak gitu, jadi sekarang persetan, dan fokus menikmati kebahagian dari mendapatkan guru pedang.

***

Kesampingkan kejadian sebelumnya, aku sekarang mulai penasaran soal Last Whisper. Apa syarat dan seberapa kuat Last Whisper itu. Aku meminta guru sihir untuk menjelaskan istilah Last Whisper.

Tetapi aku baru sadar, Edonai tidak terlihat sejak kemarin. Pasti sangat berat untuk menerima kepergian ibunya. Apa aku bisa menghibur dia, atau aku hanya bisa diam, aku beneran susah soal kayak gini.

"Nona Irie. Bisa berbicara sebentar."

"UAHHHH."

Suara Edonai seketika berbicara dengan ku. Dia menggunakan Nona padaku.

"Ada apa, Edonia?"

"Nyonya ikut saja sebentar. Ke Lapangan."

Tatapan macam apa itu. Niat gelut kah. Mungkin dia marah sih karena salah satu penyebab kematian ibunya karena aku juga. Ahh aku ingin muntah setelah memikirkannya.

Aku ikut dengan Edonai ke taman yang terbilang luas, biasanya dijadikan latihan sihir keluarga kami, makanya sering disebut lapangan juga. Tentu sekarang aku hanya bisa diam dan melihat wajah Edonai.

Dia menundukan kepala, wajah dan matanya tidak terlihat karena tertutup oleh poni. tetapi sebuah tetesan terlihat menetes jatuh ke rumput.

"Nona Irie. Apa ada Ucapan?"

"Maaf." Ucapku dengan nada yang rendah

Tidak ada perasaan lain selain permintaan maaf. 

"Hanya itu, setelah menyebabkan kematian..."

Aku tidak bisa banyak bicara sih. Aku beneran buta soal masalah hidup dan mati, masalahnya aku tidak sempat merasakan kematian orang tuaku di dunia sebelumnya, dan malah diriku yang pertama meninggal.

"Edonai.. Aku... Tidak, sepertinya aku hanya bisa mengatakan Maaf."

"Mohon Nona Irie katakan sesuatu. Jangan cuma maaf."

"Diriku cuma pelayan, harus menuruti perintah tuannya. Aku mohon perintahkan."

Dia sepertinya ini melarikan diri. Dia tidak mau bersedih, tetapi dia sadar bahwa tidak bisa lepas begitu saja. Apa aku bisa mendorong Edonai untuk tidak sedih, aku beneran bukan tokoh utama dalam cerita yang bisa menemukan jawaban terbaik.

"Edonai. Pertama aku minta maaf."

Aku tahu ini akan hanya membuat Edonai marah, tapi ingin sekali lagi untuk melegakan ucapanku.

"Maaf tidak perlu. Cepat katakan saja."

Edonai tidak bisa menahan lagi jika aku terus mengatakan maaf. Perasaan dia pasti sudah menahan semua itu. aku tidak bisa sepenuhnya merasakan emosi Edonai, semua yang kupikirkan berdasarkan apa yang kulihat saja.

Aku juga ingin menerima hukuman dari segala tindakanku. betapa lemahnya diriku, betapa naifnya diriku, betapa rapuhnya diriku dan diriku hanya bisa diam melihat Etonai mati ditusuk. Kalau saja aku memaksa ibuku untuk menyediakan guru sihir,atau bahkan lebih serius dengan sihir. Aku mungkin bisa menyelamatkan mereka.

Momen ini, beneran berpikir Cheat itu berguna disaat seperti itu. Aku bahkan berharap menyadari bahwa perbedaan budaya, perbedaan perasaan, perbedaan tata krama, bahwa Cheat di isekai untuk menutupi itu, agar mereka bisa hidup seperti di dunia sebelum nya, agar mereka bisa hidup jauh lebih baik dan tidak terjatuh seperti kehidupan sebelum nya.

Maka dari itu, mari keluarkan semua emosi kami berdua. Benar agar kami bisa saling mengeluarkan segala keganjilan yang ada dalam hati kami. Aku harap ini adalah keputusan yang tepat.

Edonai aku mohon dengarkan permintaan maafku.

"Baiklah, Edonai mari gelut yuk."