Chereads / Maniac Sword And Maiden Body / Chapter 7 - Chap 7 : Perasaan Paling Menjijikan, Dan Pertempuran

Chapter 7 - Chap 7 : Perasaan Paling Menjijikan, Dan Pertempuran

Semua perasaan yang sudah lama menghilang sejak aku pergi ke dunia ini muncul lagi. Benar perasaan takut ini, secara sadar aku tahu perasaan takut yang seketika melonjak naik ke kepala.

Kenapa disaat seperti ini aku malah ketakutan akan berusaha mengejar itu. Kenapa padahal aku sudah berjuang sejauh ini. Tenang-tenang, aku masih di dalam kereta, aku bisa lebih tenang.

"Etonai, bisa bantu urus para perampok itu."

"Baik tuan."

Etonai langsung pergi. Sebelum dia melompat keluar dia memberikan lambaian tangan. Benar tahan, jika ini adalah rintangan untuk menjadi lebih baik. Aku harus bisa menahan ini, Aku harus bisa mengambil nafas dan bisa fokus.

Bukan hanya aku yang panik disini. benar aku harus melihat orang lain. tetap tenang dan berpikir lebih jauh. Ambil nafas untuk menjaga detak jantung, agar udara tetap masuk ke otak agar bisa berpikir lebih jernih.

"Relia."

Dia terlihat jauh lebih panik dariku. Dia bahkan hampir mengeluarkan air mata. Dia bahkan memeluk erat ibu sampai hampir merobek gaunnya. Benar ini adalah momen diriku menjadi kakak.

"Relia. Tenang jika terjadi mereka masuk kesini. kakak yang urus."

Walaupun aku mengatakan itu, tetap saja aku tidak tahu apa yang sepenuhnya perlu dilakukan. Mau bagaimanapun tidak ada pengalaman membunuh adalah kelemahan padaku, apalagi menghadapi orang yang bersiap membunuhmu, akan sangat berbeda dengan penjaga biasa yang bisa mungkin mengalah.

"Benarkah. Kak."

"Percayalah, Jika terjadi apa-apa. Kakak yang akan mengurus mereka."

Ketika setelah mengucapkan itu...

"Tuan, celah telah dibuat. Putar balik segera."

Melihat Etonai yang berlumuran darah membuat diriku ragu. Tetapi aku harus tenang, pelatihan tata krama beneran bermanfaat disaat seperti ini. Aku tahu tindakan yang tegas, walaupun itu hanya sebuah topeng.

Kereta kuda langsung bergerak. Etonai yang disana turun kembali untuk mengulur waktu. Menghadapi para Perampok tersebut.

"Ohh. Sepertinya kita sudah aman."

Ketika hendak keluar dari pertempuran, seorang dengan topeng yang sama digunakan kelompok perampok itu muncul.

"Kenapa."

"Ke..tang..kap."

Dia langsung menarikku untuk keluar. Pedang yang dia pegang, bukan pedang murahan. Kenapa pikiranku memikirkan pedang sekarang, nyawaku lebih bahaya loh.

"Misi ini beneran mudah.."

Dia mengarahkan pedang pada Leherku. Dia siap menggorok leher, tunggu. Aku tidak boleh panik. benar aku bisa sihir. Tetapi jangan menonjol

"Mana Needle." Ucap dengan suara rendah, membuat sihir andalan yang bisa kubuat.

Aku memunculkan jarum tersebut tepat di belakang pelaku. Sebenarnya sulit membuat di posisi itu, tapi berkat pengendalian mana A, itu bisa dilakukan walaupun sulit jika tidak serius.

"Mati semuanya. Khuhhkk."

Jarum tersebut langsung menusuk leher belakang, kepala. Tetapi aku yang bodoh.

Sial tangan dia masih menggenggam diriku. Langsung tertarik jatuh ke luar dari kereta kereta kuda di saat kereta tersebut dalam keadaan cepat.

"UAHHHH."

Seluruh tubuhku langsung menggelinding keluar bersamaan dengan perampok yang hendak membunuhku.

Aku yang melihat mayat atas tindakanku. Aku hampir muntah, beneran ini menjijikan, membunuh beneran hal paling tidak mengenakan untukku. Sial Apa aku perlu merasakan perasaan menjijikan ini setiap membunuh.

"Irie." Ayah langsung berusaha menghentikan kereta, tetapi supir terlihat aneh tetap berjalan padahal sudah diperintahkan untuk berhenti.

Jangan bilang ini rencana pembunuhan, atau hal yang lebih mengerikan. Kereta ayah terus tancap gas kedepan. Sialan apa aku perlu mengejar itu dengan gaun yang super panjang ini.

Sial kelompok bantuan untuk berlari ke arah sini. Mereka beneran om-om berkumis dengan codet dan tato Cicak.

Jangan main-main muntahku makin tidak tertahan. Mau bagaimana lagi, ini keadaan panik. Tunggu kenapa aku bisa berpikir seperti terpisah dari pikiran, jiwa dan tubuh. Aku bisa mengetahui bahwa tubuhku dalam keadaan panik, pikiran ku tidak stabil, tapi aku merasa pada posisi jiwa yang melihat bagian itu.

Tetap saja itu tidak membuat diriku bisa bertindak. Tubuh tidak mau bergerak atas kemauan ku, bahkan mentalku beneran masih anak-anak. Setidaknya aku perlu motivasi yang kuat.

"Pedang. Aku perlu pedang."

Sial aku harus segera menggenggam pedang tersebut. Tubuh bergeraklah. Aku tidak mau mati disini. Masih ada mimpi yang perlu kukabulkan. Aku tidak boleh pasrah sekarang. Wahai tubuh dan pikiran bergeraklah untuk sekarang juga.

Bagus tanganku mulai bergerak. Benar cepat ambil pedang tersebut, jangan takut semua latihanmu akan percuma. Jika kamu takut membunuh, salahkan jiwamu ini yang gila akan pedang. Kalian bisa jadi lebih baik.

"Aku....Ha..ru...s." Tanganku mulai bergerak ke arah pedang.

Mataku langsung menatap pada mayat yang tertembak oleh mana Neddle. Seketika pikiranku penuh dengan perasaan panik.

Jangan sekarang, tetap fokus pada pedangmu. Tubuh dan pikiran pasti berpikir untuk tidak ingin menjadi seperti mayat tersebut. Maka dari itu mari buat kesepakatan, aku Jiwa seorang yang maniak pedang akan mengendalikan tubuh mu dan pikiran agar menjadi sosok yang ideal.

"Mati sana."

Sial dia sudah mau sampai. Tubuh jangan ragu, ini adalah kesempatan terakhirmu untuk bergerak. Wahai Tubuhku, aku perintahkan mu untuk bergerak secara insting menjadi seorang pendekar yang kita impikan.

"Benar. Aku tidak boleh mati disini."

Seluruh tubuhku langsung bergerak dengan sepenuh hatiku. Sebuah perasaan paling gila yang bisa kurasakan sekarang. Setengah dari tubuhku bersinar terang biru karena kemampuan peningkatan fisik melalui Mana.

Sebuah ayunan besar langsung membuat bantuan tersebut mundur dan panik melihat penampilan ku yang sekarang. Mata yang ungu yang bersinar. Tidak ada keraguan di matanya. Tubuhku berhasil bangkit dari perasaan bersalah, dan memilih untuk mengambil keputusan sendiri.

"Jangan sombong."

Dia mengayunkan pedang. Sekali lihat saja aku sadar bahwa otakku berjalan jauh lebih cepat. sekarang aku sadar teknik pedang mereka. Tubuhku seperti memiliki kesadaran penuh akan tubuhnya, otak langsung mengolah semua informasi.

"Gaya pedang itu. Gaya pedang Kekaisaran, yang dibuat oleh Pahlawan pedang Estroza."

Ayunan itu bisa ku hindari dengan mudah. Tetapi kemampuan dan pengamalan dia lebih jauh dariku. Tetapi aku lebih memiliki kepercayaan diri, semua latihan anehku harus kutunjukan sekarang juga.

"Mana Neddle."

Jarum-jarum biru langsung ku tembakan dari samping kepalaku.

"Cih, Sword Enhancement: Wind level 2."

Dia langsung menangkis Mana Needle.

"Ahh seperti itu cara orang dunia ini meningkatkan kemampuan pedang."

Sial kecepatan ayunan pedang dia jauh lebih cepat. Jangan main-main ini bahkan jauh lebih sulit dari ayunan sebelum nya. Buff sedikit saja sudah meningkatkan sejauh itu, padahal tubuhku sudah ku buff dengan Mana Enhancement.

"Mana kesombongan mu tadi?" Dia mulai memprovokasi ku

"Sword Enhancement : Blue Level 2 "

Meniru beneran sulit, tapi secara kasar aku bisa melakukannya juga. Sekarang mari coba.

Sekarang aku menyerang dengan tarikan dari bawah ke arah langit. Sebuah serangan diagonal yang bisa membelah.

"Ringan." Pedangku jadi jauh lebih ringan, padahal tadi pedang ini sangat berat.

"Tidak semudah itu." Dia langsung menahan pedangku dengan mudah, dan memantulkan serangan ku. "Mati sana!"

Dia yang berhasil memantulkan pedang ku, dia memiliki momentum lebih bagus. Dia bahkan dengan percaya diri untuk menusukan pedang ke arahku. Tetapi aku juga tidak kehilangan kartu As lain.

"Mana Knife."

Sebuah pisau terbuat dari mana, langsung terbang langsung mengarah pada jantung Perampok tersebut.

"Trik murahan."

Dia menarik serangannya dan langsung menahan pisau yang dilempar melalui tembakan Mana. Kemudian ini adalah kesempatan untuk menyerang

"Mana Needle."

Dia sekarang langsung menahan serangan jarumku. posisi dia semakin terpukul mundur, berbeda dengan diriku yang bisa menahan dan menarik posisi kembali. Agak menguras mana, tetapi sepertinya masih jauh lebih cukup untuk mengurus satu ini.

"Tidak akan kubiarkan menyerang."

Ahlinya memang beda. dia langsung menahan seluruh jarum yang ku tembak. tetapi ini masih sesuai rencana karena serangan ini yang akan menjadi Counter utama ku.

Sebuah ayunan dari atas ke bawah, karena posisi yang rugi serangan jadi jelas dan kecepatan jadi tidak maksimal. Benar sekarang adalah momen penting itu.

Tring.

Aku memantulkan serangan tersebut. tangan dia langsung terpental naik. Sebuah celah besar terlihat jelas. Sekarang adalah momen menyerang.

Walaupun terbayang darah merah dari korban sebelumnya, rasa mual karena jijik juga tetap muncul. Aku tidak boleh ragu sekarang, jika saja ragu sedikit aku pasti mati dan tidak bisa melanjutkan mimpi.

"Apa."

"Berakhir sudah."

Aku langsung melompat agar posisi kami jadi lebih dekat, tanpa ragu, di momen kritik ini dengan cepat menusukan pedang pada leher orang tersebut. Ketika terjatuh aku menahan diriku dengan tubuh dari si perampok.

Sial ini beneran tidak enak dilihat secara langsung aku memutuskan untuk tutup mata ketika sudah menusuk. Aku yakin tidak bisa melihat itu, tetapi layaknya merasakan semuanya, aku hanya bisa menahan rasa mual.

Sialan tidak selesai dari momen ingin muntah. Mendengar suara langkah kaki berlari pada ku. Tentu aku melihat arah itu. Tentu aku langsung tahu jawabannya. 

"Disana. Kita menemukan targetnya."

"Cepat eksekusi saja."

Benar-benar sial. Aku tidak menyangka bala bantuan dari kelompok penjahat itu datang lebih dulu.