Beres satu muncul dua. Kenapa hidupku semakin terancam? Ayolah biarkan aku menarik nafas. Tetapi hidup tidak semudah itu, biarlah mari tahan perasaan ingin muntah ini, dan fokus bertahan hidup.
"Ohh sepertinya pedang ini lebih bagus."
Aku mengganti pedang dengan pedang lebih keren yang merupakan bekas pertempuran sebelum nya. Baiklah semangatku meningkat, walaupun perasaan ingin muntah bukan main.
"Mana Needle."
Dia langsung menahan dengan mudah. kemudian, benar juga di dunia ini sihir tidak perlu diucapkan. Para Perampok itu berhasil meningkatkan dengan pedang mereka dengan Sword Enhancement, satu mengeluarkan pedang elemen Angin satunya listrik.
Sial angin begitu kencang. Tunggu jangan bilang.
Saat itu juga mataku berkedip ketika debu masuk pada kelopak mata.
"Kena kau."
Sial cepat.
Dia langsung mengarahkan pedang bersiap mengarahkan tusukan tepat pada tubuh kecil ku. Tidak salah ini si petir, menyerang tanpa ragu, ini adalah kemampuan bukan bandit biasa njir.
Tring.
Aku berhasil menahannya, tapi keadaan sekarang aku terpental karena tidak kuat menahan dorongan tusukan dari pedang si petir. Sekarang posisi benar-benar melayang, tidak ada pijakan untuk mengubah arah.
"Tunggu. jangan bilang."
Mata ku yang asalnya fokus pada si petir, langsung merubah fokus pada si Angin.
Tidak mungkin, Si Angin terlihat sudah merapalkan mantra, dan bersiap untuk. tunggu bukan bersiap lagi. dia sudah menembakan panah Angin. walaupun tidak secepat si petir, tetapi posisi paling tidak enak ada di diriku.
Tubuhku yang lemah mungkin bisa membelokan, tetapi ragu bisa menahan dari dampak fatal. tembakan angin itu mengarah mengenai jantungku, tetapi jika dibelokkan, tetap merobek setengah perutku.
"Jangan bercanda."
"Mana Sword."
Alasan aku merapalkan sihir adalah mempermudah membayangkan. Benar di dunia ini sihir semakin bagus mengimajinasikan sihir maka semakin efektif kemampuannya, jika seseorang memiliki tingkat halu yang tinggi makin bagus, terus semakin jelas bentuk dan tujuannya makin kuat juga. Berarti menyebutkan nama sihir bisa mempermudah dalam proses pembayangan itu, jika pembayangan itu jelas maka sihir makin kuat.
Pedang biru yang terbuat dari mana langsung muncul. Dengan segera aku putarkan agar semakin cepat.
Seharusnya aku mengatakan putar agar makin kuat, tapi tidak akan sempat. melihat keadaan. Tetapi dengan ini harusnya Panah angin topan dari si angin akan beradu dengan pedang mana.
"Tembak."
Jangan bercanda, pedang mana ku memang berhasil menahan panah angin tersebut. tapi dampak ledakan dari menahan itu, tidak jauh dariku.
Sebuah ledakan angin langsung membuat diriku terlempar ke belakang lebih jauh. Luka sayat pada bahu dan pipi juga kuterima, tetapi ada satu keuntungan didapatkan, jarak kami semakin jauh.
"Khuhhkk." Sial jika tidak segera berdiri akan tamat riwayatku.
Apa beneran mereka bandit. kemampuan mereka bukan main loh. Aku sadar gerakan lebih terkoordinasi. Mereka bahkan menggunakan teknik pedang yang hanya dimiliki para pasukan kerajaan. Jangan bercanda apa bandit di dunia ini se terkoordinasi seperti ini.
Baiklah. Mari berpikir negatif. mungkin diriku yang masih lemah. melawan bandit saja kesulitan. Jangan berpikir kalau mereka kelompok kerajaan, jangan lari dari kenyataan bahwa dirimu dirampok oleh sekelompok bandit hutan.
"Jangan melamun."
Sial Si Petir beneran cepat. Bahkan saat menerima keadaan ini dia bergerak lebih dari perkiraan.
Tentu secara sadar aku berhasil menahan pedang tersebut, tetapi dampak pukulan dari pedang tersebut tidak bisa kutahan secara sepenuhnya. Fisikku beneran jauh di bawahnya, meskipun bisa menahan. Akhirnya tanganku yang terdorong.
Dia melanjutkan serangan.
"Mana Needle." Aku berusaha mengambil jarak sekarang.
Dia fokus menahan jarum ku sekarang mari mundur. Tidak jangan lupa.
Panah Angin dari Si angin.
Aku langsung mencari si Angin. kemudian dengan segera menemukan dia, tetapi ini beneran terlambat. Panah itu sudah hampir di depan wajahku. Jangan bercanda.
Tanganku yang berusaha menahan tidak akan sampai. Membuat pedang mana tidak akan sempat. Sial apa ada ide lain. Sebagai maniak anime pasti tahu cara melawan di momen kritis. ini.
"Tidaakkk." Seketika tubuh dan mentalku berteriak tanpa kesadaran dariku.
Tunggu. Aku selamat. Ketika diriku membuka mata, terlihat sebuah pelindung sihir. Jangan bilang ada yang menyelamatkan ku.
"Nyonya, sudah berusaha dengan baik. Biar Ku urus sisanya."
Suara ini Etonai. Tidak kusangka mendengar suara maid bisa setenang ini. Berarti dia berhasil mengurus kelompok sebelum nya.
"Etonai."
"Benar ini Etonai. Pelayanmu."
Walaupun aku senang bisa mendengar suara itu. Tetapi ini bukan selalu kabar baik. Sekali lihat saja diriku sadar Bahwa Etonai bukan keadaan Prima. Pakaian dia hampir terbuka karena sobekan dan Luka- Luka sayatan juga terlihat jelas di sekujur tubuh Etonai.
"Nyonya. Bisa bersembunyi belakangku."
"Tetapi."
Tanpa sadar tubuhku mendekat ke Arah Etonai. Kenapa bisa begitu sialan.
Sialan tubuh mental wanitaku mulai bangkit. Mental seorang wanita bangsawan beneran salah satu mental paling sulit dikendalikan dalam tubuh ini.
"Baiklah. Nyonya saya akan mengurus mereka berdua dengan cepat."
Etonai yang datang dengan sebuah pedang pendek. Tidak lebih mirip sebuah kukri, tetapi bukan kukri. Jangan bilang semacam pedang Sabre. Panjangnya sebesar Kukri tetapi bilah pedang berbentuk seperti Sabre.
"Kalian berdua waktunya memberi salam pada yang menciptakan kalian."
Sebuah angin langsung berkumpul pada kaki Etonai. Jangan bilang semacam Wind Boost, atua sebuah sihir lain. Dia tidak menyebutkannya, berarti dia ingin menyembunyikan tekniknya.
"Sial. jangan bercanda itu pelepasan Pelepasan Batasan."
"Pantas saja. Si Darah Iblis itu kalah"
Pelepasan Batasan. Semacam teknik terlarang kah, tetapi apa itu.
Tanpa ada sempat berpikir seketika angin kencang langsung bergerak dengan cepat dan membuat diriku menahan mata dari debu yang bertebangan. Disaat seperti Etonai menghilang.
"Khahhhhh." Dalam sekali kedipan kedua tangan Si Angin itu langsung lepas
Sial aku ingin muntah. Tetapi ini bisa ku tahan. Jangan bercanda secapa apa Etonai. Aku bahkan tidak sadar dia bergerak kapan. Tetapi aku yakin saat angin cepat datang, tapi itu hanya efek dia sesudah melompat.
"Dasar jalan....g" Si Petir sekarang kehilangan kakinya.
"Sudah selesai."
"Dasar Maid Rendahan kenapa kamu memiliki Pelepasan Batasan."
Pelepasan batasan, apa itu. Apa semacam jurus yang mematikan. Kemampuan yang hanya dimiliki seseorang saja. Apa semacam seperti Domain Ekspansion dari anime jujutsu kaisen, atau lebih seperti Rekkaku Kaiho dari Hikikomori Vampire. Tetapi yang ku tahu bahwa Pelepasan batasan adalah teknik mematikan.
"Bukan hal penting untuk kalian." Angin aneh mulai menghilang dari sekitar tubuh Etonai. Dia langsung memelukku.
"Nyonya. Tidak ada luka serius kan."
"Aman. Tubuhku ini Kuat dari yang kamu pikirkan."
"Untung saja. Sepertinya latihan Nyonya membuahkan hasil."
"Benarkan. Pasti kan."
"Baguslah. Sekarang mari Pergi."
Tunggu sepertinya aku mendengar kalimat yang aneh. Darah Iblis, Si darah Iblis. Tetapi biarlah untuk sekarang mari pergi dari Sini.
Sekarang mari berlari dari sini dan menuju kota. Kemudian mencari tempat aman kan?
"Nyonya. Lari!" Suara yang senyap untuk kata perintah.
"Ada apa Etonai?"
Ketika aku berbalik melihat Etonai Sebuah hal paling menjijikan yang ku alami beneran ku lihat. Melihat Sesuatu yang sering kulihat di Anime, momen paling sering dijadikan meme, tetapi aku tidak akan tertawa melihat ini. Beneran aku ingin muntah sekarang juga, aku sudah tidak tahan.
Sebuah benda yang sebesar log kayu ukuran sedang menusuk perut Etonai. Tidak salah lihat bahwa benda yang menusuk Etonai sebuah Tulang besar.
"KHUAHHHHH." Tubuhku sudah tidak bisa menahan lagi. Akhirnya memuntahkan segalanya.
"Akhirnya kamu menurunkan pengawasan mu." Suara, sepertinya seorang Pria.
Suara sesuatu dilempar jangan bilang Etonai... Sialan Lihat keadaan cepat.
Tetapi tubuhku tidak mau bergerak. jangan bilang keadaan sekarang beneran panik. Aku bahkan tidak lepas melihat isi perutku. Dia tidak ingin melihat Etonai yang dalam keadaan Kritis.
"Ohh. Ketemu juga. Aku tidak mengira menemukan dirimu. Kakak."
Apa maksud dari kalimat itu. jangan bercanda aku tidak tahu keberadaanmu sedikitpun.
"Benar juga. Aku dibuang oleh ayah ketika masih umur 5 tahun. Kakak pasti lupa sih. Mau bagaimana lagi."
Dibuang oleh Ayah, sepertinya bukan seperti itu. Aku yakin Ayah ada alasan kenapa berniat pergi ke daerah ini. Tidak bahkan alasan ayah pergi tiap 2 atau 3 bulan sekali. Pasti bukan alasan kerja saja. Jangan bilang alasan Ayah selalu pergi 3 bulan adalah dia.
"Jangan sedih begitu, bentar lagi juga hidup akan berakhir. Jadi bahagia aja."
"Begitulah. Aku sudah tidak mengingatmu. Jika melihat wajahmu sekarang."
Baiklah tubuhku mulai pulih dan tenang. Meskipun aku belum bisa menggerakan tubuhku. tetapi ini terlihat berbeda dari orang-orang sebelumnya.
"Ohh kakak bisa berbicara dalam keadaan seperti ini. Kakakku beneran Hebat."
"Begitulah." Sial tubuh tahan sebentar saja. "HHuuuuk."
"Sekarang mati aja Sana."
Yang benar saja. Aku ingin Plot Armor.
"Nyonya. Percayalah dirimu. Kamu bisa menjadi sosok Pengguna pedang yang kau impikan. Ini Last Whisper dari saya."