Beneran, setelah kejadian tidak ingat apa yang terjadi, tetapi aku berpikir untuk tetap membuka mata. Mau, atau lebih tepatnya harus untuk membuka mata, jika tidak aku tidak bisa menepati janji untuk menjadi Swordmaster dan memiliki mimpi mengoleksi pedang terhebat.
Sekarang yang kulihat hanya kegelapan. Mendengar suara berisik, mungkin karena telingaku masih bekerja. Walaupun itu masih memungkinkan bahwa itu hanya imajinasi diriku.
"Irie. Irie."
"Kakak."
Suara ini Ayah dan Relia. Sepertinya aku masih hidup, terima kasih sudah memberikan plot armor yang tebal. Mungkin aku harus bersyukur bahwa plot Armor bisa senikmat ini, sebaliknya jika dilihat sama orang lain beneran menjijikan banget, tapi aku bodo amat, selama aku selamat aku berterima kasih.
"Biarkan ku periksa dulu."
Sepertinya ini suara anak berumuran di 12 tahun. mungkin lebih tua dariku, suara juga cukup dalam. Jangan bilang dia seorang Pria. sepertinya semacam benang takdir yang tidak ingin datang juga.
"Dia hanya Kelelahan, dan kerusakan pada sistem Mana."
"Apa yang yang harus kami lakukan."
"Sebenarnya aku tidak tahu..." suara seketika terdiam, "Begitu, Alirkan saja Mana dengan perlahan dan mengecek aliran mana nya." Dia seperti habis membaca sesuatu.
"Apa yang kau ingin lakukan pada Irie?"
"Diam! Jangan Ganggu!"
Apa ini dia menyentuh dadaku. Tunggu semacam aliran aneh mengalir dari tangan ke dalam dadaku. Sepertinya dia melakukan sesuatu. Ini seperti semacam listrik menyengat jantungku. Aku bahkan bisa merasakan tangannya menyatu dengan jantungku.
"Pustaka, Berikan informasi lebih lanjut."
"Bagus tandanya hanya perlu lanjutkan."
Tunggu aliran aneh semakin deras, tunggu ini bakal bahaya.
Walaupun tidak bahaya apa, tapi ini beneran bakal jadi kabar buruk jika dilanjutkan. sebaiknya aku bangun dengan usaha sendiri.
"Apa? Pustaka, apa yang terjadi?"
"OAHHHHH...." Seketika aku langsung bangung dengan kekuatan yang ada.
Aku harus menghindari bahaya yang akan datang.
"Irie."
"Kakak."
Ayah ku dan Relia langsung memelukku dengan segera. Mereka beneran menyayangi ku, ahh terkadang momen ini bikin hati tenang. apalagi setelah insiden itu, Etonai Terima kasih telah menyelamatkan ku.
"Jadi kamu yang menyelamatkan ku?." Ketika aku lihat siapa orang pria umur 12 tahun itu aku langsung sadar akan sesuatu.
Wajah itu, mata itu, rambut hitam itu, bahkan wajah yang tidak asing di mataku. Hanya saja wajahnya jauh lebih muda, atau lebih tepatnya penampilan 12 tahun dia. Jangan bilang... tidak-tidak jangan berpikir seperti itu. Di satu dunia aja bisa lebih satu orang memiliki wajah yang mirip, apalagi beda dunia.
"Aku ucapkan terima kasih, Perkenalkan namaku Irie Wallenberg."
"Sama-sama, Benar hampir lupa. Namaku Indah Ray Agusta."
Nama yang sama, jangan bilang. Baiklah mari coba sesuatu nanti. Apa dia beneran orang ku kenal. Jika beneran ada hal menarik di dunia ini, jangan bilang kemajuan teknologi sepesat ini karena memang ada semacam orang-orang reinkarnasi.
"Ayah, dia memiliki 3 nama."
"Sepertinya dia bukan bangsawan." Ucap ku menyela Relia.
"Tapi."
"Mungkin dia orang jauh yang di tempat asalnya nama panjang bukan hal spesial."
"Sepertinya Irie banyak membaca buku."
Ayah sepertinya sadar atau tahu tentang keberadaan kota atau negara dengan nama penduduk seperti itu. Apalagi dia yang memiliki perpustakaan di rumah, setidaknya dia pernah baca buku yang ada disana.
"Bagaimana aku memanggil namamu."
"Mungkin panggil Indah saja." Ucapku sambil tawa kecil.
Pertama aku sadar sesuatu. Tubuhku cukup pulih dengan cepat karena kelelahan, entah karena kemampuan Pria itu, atau karena berkah Last Whisper.
"Panggil Ray."
"Indah? apa seaneh itu namamu."
Perbedaan basa membuat tidak tahu Arti nama sebenarnya. karena beda bahasa sejak awal. Mulut kami terbiasa dengan bahasa dunia ini, tetapi kata "Indah" di nama dia menggunakan bahas Bumi, berarti kasarnya mereka mendengar arti dan kata yang beda.
"Baiklah Tuan Ray. Apa Tidak keberatan datang ke rumah kami sebagai ucapan terima kasih."
Plot Isekai banget, menyelamatkan seorang gadis, dan mendapatkan bantuan dari Bangsawan itu, dan mulai membangun Harem. Dia beneran Tokoh Isekai Harem banget njir.
Agak menjijikannya, sepertinya aku salah satu Heroine dia.
"Tidak usah aku perlu mencari tahu sesuatu."
"Untuk mencari tahu, malah lebih untung datang ke rumah kami. Sebenarnya di rumah kami ada semacam perpustakaan, setidaknya bisa baca-baca disana." Balasan ku, tentu sebenarnya aku juga ingin memastikan beneran kenalan ku atau bukan.
"Baiklah kalau begitu."
Apa dia hanya di ingin di ajak oleh Cewek, atau karena dia berpikir ini Isekai akan kurang menarik jika bukan karena Cewek. Biarlah tetapi itu tidak penting untuk sekarang, karena ada hal penting lain.
***
"Sebenarnya aku tidak mau menanyakan ini? Ibu dimana?"
"Dia Pergi terlebih dahulu. menggunakan Sihir untuk mencari bantuan. Relia yang nekat kembali jadi Ayah menemani Relia."
Seingatku Ayahku bukan semacam Militer atau bahkan semacannya. Semua sejarah yang ku cari tahu dia hanya keturunan Bangsawan Wallenberg, dan kemudian melanjutkan jadi tuan Wallenberg ketika kakek meninggal.
Malah Ibu lebih terjamin untuk membantu Relia. Seingat saya Ibu seorang Murid terbaik di sekolah, kemudian sebelum menjadi Istri ayah, dia bekerja sebagai pasukan Sihir kerajaan. Tetapi kenapa Ayah.
Tunggu sepertinya aku tahu alasannya. Pasti berhubungan sama si Ngaku Adik itu.
Selesai membahas Ibu langsung berlari pada ku. Beneran kecepatan bukan main. tetapi bukan secepat kecepatan si kilat. tetapi ini beneran suatu yang gila melihat itu. Wajahnya mengerikan tatapannya merah. Yang bener aja, Iblis Lain, aku tidak mau dihukum pake Gaun.
Tubuh langsung berdiri, dan berusaha berlari.
"Irie.....!!!!"
Sebuah perasaan sakit muncul. Kram yang tiba-tiba muncul beneran menghentikan ku.
"AAAAWWW."
"IRIE."
"TIDAKK. JANGAN MENDEKAT, ASAL JANGAN GAUN. AKU AKAN LAKUKAN APAPUN."
"IRIE...."
Ini Diluar perkiraan.
Dia langsung memelukku. Kesampingkan perasaan empuk di dari dada Ibuku, dia beneran punya kualitas tubuh yang bagus.
Walaupun aku berpikir seperti itu, aku merasakan kehangatan. Sebuah perasaan tenang seketika muncul. Semua emosi takut,dan sedih yang kutahan seketika muncul kembali. Beneran suatu yang menggelikan untukku yang merasa dari pihak ketiga.
"Maaf. Maaf Ibu tidak bisa melindungimu. Maafkan, Ibu hanya takut Irie akan mengalami hal Mengerikan."
"Ibu, aku tahu apa mimpiku, aku tahu hal terburuk akan datang, jadi Izinkan Irie tetap mengejar ini. Apalagi aku sudah berjanji dengan Etonai."
"Begitukah Etonai memberikannya padamu."
Sepertinya Ibu mengenali Etonai jauh dari yang diperkirakan. Dia juga tidak mau menyentuh Etonai, tidak mau menggali luka kembali.
"Jadi siapa Pria rendahan di sana." Dia menatap Ray cuma jadi lalat dari tadi.
"Dia menyelamatkan ku ketika tidak sadarkan diri."
"Ahh Maaf, atas ketidak sopanan ku. Aku Ibu Dari Irie, sekarang pergi sana."
Dia yang berbeda sendiri. Ayah mengajak datang ke rumah, tetapi Ibu memerintahkan untuk pergi.
"Jangan gitu, setidaknya berikan hadiah setelah menyelamatkan Irie."
"Ahh baiklah jika itu keputusan mu."
***
Ketika sampai di rumah kami aku yang mengantarkan Ray menuju perpustakaan. Baiklah jarak juga tidak begitu jauh apalagi kebetulan aku perlu ruang khusus untuk memastikan sesuatu
"Ini Perpustakaan nya."
"Terima kasih. Nona Irie."
"Jika tidak keberatan apa yang kau cari. Aku hampir membaca semua buku disini. aku bisa membantu buku yang berguna."
"Kalau gitu. Buku tentang berhubungan Pindah dunia."
"Pembahasan yang berat juga."
Setidaknya ucapan itu, beneran bukan suatu yang diucapkan anak umur 12 tahun. Apalagi dengan tubuh seperti itu, akan menjadi pernyataan yang aneh. Antara dia seorang tukang halu, atau memang memiliki hal aneh dari nya.
"Pindah dunia, tidak ada buku sihir tentang Perpindahan dunia itu sendiri. Tunggu ada jika tidak salah."
"Beneran."
"Tetapi jangan terlalu berharap, karena mungkin tidak sesuai yang kau harapkan."
"Ikut sini."
Aku berjalan meminta Ray untuk mengikuti.
"Oke ini."
"Dunia Iblis dan Dunia Manusia." Dia terlihat kecewa dengan buku yang kuberikan.
"Tidak ada Dunia lain. Maksudnya Dunia yang kendaraan mobil ada, atau bahkan kereta, semua orang menggunakan senjata api, dunia tanpa sihir."
"Tidak, hanya buku tentang Dunia Iblis dan Dunia Manusia. Tidak ada Buku tentang seperti itu."
"Kau mengetahui Mobil, Senjata api?"
"Itu bukan Hal Aneh di dunia ini Kok. Teknologi Dunia ini, sudah terbilang maju sih. Handphone juga sebenarnya sudah siap rilis."
"Pustaka... Periksa dia."
Pustaka, apa semacam Sistem yang dimiliki orang-orang dari ter Isekai. Beruntungnya, padahal aku berharap punya juga.
"Tunggu, jangan bilang."
"Ada apa? Sudah menemukan sesuatu, dengan Sistem mu itu? Padahal dulu kamu sangat benci dengan Sistem kan."
"Jangan Bercanda, Pustaka. Mana mungkin Dia hidup, aku melihat Dia mati ditabrak."
"Aku hidup disini dengan Nama Irie Wallenberg."
Wajah Ray seperti melihat sesuatu yang mengerikan. Entah karena terkejut, atau karena perasaan bersalah, tetapi aku pernah melihat ekspresi itu sekali. Momen saat kematian ku, dia menangis sedih karena melihat diriku mati tertabrak Truk.
"Ab...tidak. Katakan padaku, jika itu beneran kau."
"Benar juga."
"Kopimu pahit banget."