Last Whisper, merupakan kemampuan para Elf di dunia ini agar bisa memberikan berkah Elfnya pada penerusnya. Walaupun begitu aku baru tahu bisa diberikan pada manusia, sebuah pesan terakhir dari Etonai.
Apa ini yang dirasakan Elf ketika berada di hutan, atau karena jumlah mana ku yang meningkat drastis. Meskipun begitu aku sadar tubuh ini tidak mau bergerak apalagi keadaan karena kepergiannya.
"Jangan ragu." Suara ini Etonai.
Seketika tubuhku bergerak sendiri. Dia bahkan menghindari serangan yang mengaku Adikku.
Apa ini yang disebut Insting. Aku bahkan tidak sepenuhnya mengerti, kenapa kesadaran jiwa ku, pikiran, dan tubuh bergerak sendiri-sendiri. Walaupun begitu aku sangat senang jika tubuh ini mau bergerak dan menyelamatkan diri.
"Jangan menangis seperti itu." Iblis itu berbicara karena wajahku yang basah akan air mata
Tentu aku merasa sedih. Apalagi dia selalu menemaniku sejak kecil. Semua ingatan tentang pelayan Pribadi adalah Etonai. Sampai diriku yang sekarang beneran ingin mengeluarkan air mata.Tahan jangan menangis sekarang.
"Ahhhh." Aku membuang semua udara dalam perutku
Benar ambil nafas, keluarkan. Jika panik seperti ini bakal jauh dari mimpiku. Kemudian aku tidak ingin Last Whisper hilang begitu saja. Aku kan mau menjadi pendekar, tidak seorang Master pedang terkuat di dunia ini. Jangan ragu sekarang
Tubuh apa kamu mau mengabulkan itu untuk diriku. Pikiran bekerja sama lah denganku. Aku percaya bahwa ini akan jadi jalan yang perih, tetapi ini tidak akan membosankan, jadi mari kabulkan itu dengan sepenuh tenaga dan jiwaku.
"Benar sekali." Aku mengusapkan air mataku dengan lengan baju."Aku tidak boleh wajah menyedihkan ini pada Adikku kan."
"Sok jadi Kakak."
"Tidak. Aku hanya tidak ingin Relia melihat ini."
"Begitukah."
Jarak kami terbilang dekat, mungkin sekitar 5 meter. Dia beneran baik menunggu diriku mengambil nafas. Dia sepertinya kurang perhatian keluarga, jadi ingin meluangkan waktu. Ahahah cuma pikiran sih.
"Sekarang mati sana."
Dari tangan dia keluar tulang yang panjangnya sekitar sama dengan pedang pada umumnya. Tetapi kaki dan tubuhnya berubah menjadi berotot, tunggu itu otot asli, tidak ada kulit yang melapisinya. beneran merah terlihat serat-seratnya
"Tubuhmu menjijikan. mandi sana!"
Seluruh tubuhku dialirkan dengan Mana. Sebuah Sihir bernama Mana Enhancement adalah sihir yang kupelajari bertahun karena merupakan cara agar bisa menutupi kelemahan fisikku. Tetapi sekarang aku merasa bahwa Mana meningkat pesat karena Last Whisper dari Etonai.
Tulang dan pedang saling beradu.
Tubuhku tidak goyah. Fisikku meningkat pesat, bahkan bisa menahan orang dengan otot yang setebal itu.
"Mana Sword."
Di jarak yang sangat dekat, sekitar 2 meter pedang biru yang terbuat dari Mana langsung ditembakkan pada Iblis otot itu.
"Percuma."
Pedang itu beneran berhasil menusuk Otot-otot itu. tetapi tidak berdampak apapun. pedang itu akhirnya hanya nempel disana. Dia beneran tidak terpengaruh dengan tusukan pedang tersebut.
Kami akhirnya saling melepaskan adu pedang dan tulang. Kemudian kami mulai mengambil jarak. Tetapi aku tidak yakin bisa menang dengan cepat melawan dia. Melihat dari tusukan pedang saja tidak bisa melukai dia.
"Berarti caranya cuma 1."
Aku yang menyerang pertama dan melakukan Dash tepat pada Si Daging. Posisi pedang ku berada di bawah dekat dengan ujung kaki kiriku. Kemudian siap melakukan ayunan naik yang siap membelah Monster daging tersebut.
"Lambat."
Sepertinya kemampun dia adalah memanipulasi daging. Belajar Death Battle, atau debat anime akan sangat berguna di saat seperti ini. aku bisa mengidentifikasi kemampuan seseorang.
Semacam tentakel daging muncul dari punggungnya. Ujung dari tentakel tersebut terlihat sebuah bilah yang terbuat dari tulang.
Aman, tetap maju saja.
"Mana Sword. Full Rotation."
Pedang Mana yang sama seperti sebelum nya ku putar dengan kecepatan penuh. Dan tentu aku menambahkan pedang tersebut agar Dash tidak terganggu oleh tentangkel aneh itu.
"Bodoh. kamu kira.."
"Kamu yang bodoh. salah mengukur kecepatan datang."
Benar sekali ini disebut serang memutar ke belakang. Walaupun sulit dilakukan tetapi mudah dengan Mana yang mengalir deras ini.
"Teleportasi. Bukan, jangan bilang melakuka...."
"Sword Art : Edge."
Tangang dari Si Daging langsung terputus dan terlempar ke langit. Itu yang saya harapkan tetapi tidak berjalan sesuai rencana.
Saraf dan daging mulai tumbuh dengan cepat dan menempelkan kembali tangan.
"Masih belum."
Aku kembali memotong tangannya agar tidak pulih kembali. tetap saja hasilnya nihil. Bahwa dia pulih tanpa luka. Apa ini semacam Regenerator dari Resident Evil.
"Ganggu."
Seluruh tubuh si daging langsung mengeluarkan tulang. Jangan bilang Iron Maiden dari Resident Evil 4.
Tulang tersebut langsung menyebar dan terbang ke segala arah. Semua duri tulang beneran membuat jarak diriku dan Si Daging, ditambah lagi aku perlu menahan dari duri yang mengarah dari ku.
"Aku harus lebih serius sih ini."
Aku harus akui bahwa dia lebih lambat dari lawan sebelum nya. tetapi regenerasi beneran paling menyebalkan. Pedangku bisa memotong nya, tetapi akan pulih kembali. Sekarang bagaimana aku mengalah dia.
Tunggu aku merasakan firasat tidak enak.
Aku berbalik dan melihat Mayat dari Si Petir bangkit kembali. Posisi dia sudah siap menjatuhkan pedangnya untuk membelah tubuh. Tetapi beneran ini lebih lambat dari si Petir saat hidup.
Tepat dan tanpa ragu aku berhasil memotong dua dia dengan kecepatan pedang ku.
"Biasanya Si Petir gerak maka..."
Aku sesegera mungkin mencari si angin. Tentu saja dia hidup kembali. Mantra angin sudah dirapalkan.
"Khuhh."
Aku berhasil menahan serangan angin, tetapi posisi mulai kehilangan keseimbangan. Tentu jika sudah seperti ini. Logikanya musuh akan menyerang.
Si Daging datang menyerang dengan tentakel yang berujung pedang dalam jumlah banyak.
"Yang benar saja.itu ada sepuluh."
5 pedang Mana ku tembakan untuk mengeliminasi setiap Tentakel. Tetapi lima beneran jumlah yang gila, dalam keadaan ini. Meskipun begitu aku tidak boleh menyerah.
dalam posisi tidak menguntungkan, ketika posisi kaki agak melayang, kedua tanganku mengayunkan tubuhku agar bisa menari di langit, Pedang bisa membelah 5 Tentakel, dan bisa selamat dari serangan itu secara sempurna.
"Kena kau."
Seluruh tubuhku seketika terpental.
Apa yang terjadi, aku bahkan tidak sadar. Tetapi aku tahu jawabannya setelah melihat luka di bagian perut samping. Berkat Mana Enchantment tubuh kita berlubang, tetapi luka gores dan sedikit memar karena dampak serangan itu.
"Si Angin beneran ganggu banget."
Tentu kabar baik tidak akan datang jika hanya diam. Si Petir bangkit kembali berkat kemampuan daging Si Daging. Dia bisa kembali pulih dengan keadaan tidak sempurna, dagingnya seperti ditambal oleh daging yang lebih besar.
"Menjijikan sekali."
Ketika aku berkata seperti itu. Sihir angin terbang ke arahku. Tentu dengan segera aku melompat dari sana, kemudian mengambil posisi menyerang. Secara sadar gaya pedang ku bukan Eropa, tapi jepang njir, mungkin karena diriku wibu.
3 lawan 1, kemudian satu beneran punya regenerasi yang iblis banget, kemudian dua lainnya bisa bisa hidup lagi berkat si regenerasi. Kemudian Diriku yang hanya memiliki pedang tanpa pengalaman tempur dan di Buff Last Whisper.
Pertama yang jadi ancaman si Angin. Dia bisa menyerang diriku dari jarak yang cukup jauh, dan sampai saat ini aku tidak bisa mendekat karena ada Si Petir. Menyerang Si Petir terlebih dahulu mungkin lebih menguntungkan sekarang, tetapi jika sudah menyerang Si angin atau Si Daging akan menyerang.
"Nyehhh. Mari bertaruh aja."
"Apa sudah selesai mikirin rencananya?"
"Terima kasih kebaikannya, sekarang bersiaplah!"
Aku langsung mengeluarkan Mana dalam jumlah besar. Semua berkah dan Last Whisper keluarkan semua, aku akan bertaruh dengan tarikan pedang ini. Semua taruhanku adalah hidupku mimpiku, jika ini gagal aku mati bersama dengan pelayan ku.
Aku melihat pedang ku bersinar terang. Tangan yang tidak terlihat menyentuh pedang ku. Etonai berikan aku angin mu padaku. Aku akan akhiri semua ini dengan kurang dari 5 detik.
"Kalian berdua. Serang!"
Si Petir memang cepat. tanpa kedipan dia sudah di depan mataku.
Baiklah aku sudah merasakan pedang ku menyatu dengan tanganku. Energi mana sudah mengalir keluar. Sebuah ide besar yang gila karena terpikirkan Dragon ball. Sekarang fokuskan, aku masih ada sekitar 1 detik sebelum pedang Si Petir sampai ke pundak dan membelah diriku.
Aliran sihir mulai terkumpul di suatu lokasi. Itu adalah lokasi Si Angin. Sekarang Semua target sudah dipastikan.
"Sword Art: Edge ."
Ayunkan pedang dengan cepat layaknya menjadi suara. Lompatan kecil adalah tetapi penuh dengan momentum. Semua harus selesai dalam sekali tarikan. Tidak perlu ragu jika meleset sedikit. Intinya Maju.
"Final Edge."
*
*
*
Pada akhirnya diriku tidak sadar apa yang terjadi setelah itu, semua yang terjadi aku serahkan pada tubuhku. Ketika selesai aku merasakan tubuhku tersayat karena terlalu cepat dan tergores oleh angin. Tetapi aku melihat semua lawanku pecah dalam bentuk daging cincang dadu.
"Aku menang kah."
Tubuhku sudah tidak kuat akhirnya hanya bisa terjatuh dan Pasrah. Suara dari semak-semak, tidak mungkin Etonai kan.
"Aku akan senang dengan itu." Tersenyum akan penghasilan ini.