Chereads / Maniac Sword And Maiden Body / Chapter 5 - Chap 5 : Akhirnya sampai, Elf dan Relia

Chapter 5 - Chap 5 : Akhirnya sampai, Elf dan Relia

Kotak yang membawa pedang akhirnya sampai.

"Aku sudah tidak sabar ingin melihat isinya."

"Cepat buka!"

seketika wajahku langsung membeku ketika melihat isinya.

Bajingan mana yang salah dengar dari kata pedang dan gaun, bahkan dari bahasa negara ini kata pedang dan gaun sangat jauh berbeda. Kenapa jadi Gaun? jangan bilang, ayah dan ibu, mereka meminta untuk mengganti hadiah yang harus dikirim.

"Gaun yang cocok untuk Nyonya Irie." Edona berbicara dengan nada sombong.

"Khuhhhh. padahal aku sudah sangat berharap." Sial, mentalku masih anak SD, air mata sudah mau mengalir keluar.

Berikan aku pedang, jangan gaun. Biarkan aku ini mengayunkan pedang dengan keren dan menjadi sosok keren. aku sudah bosan bermain dengan stick. aku bahkan sudah membuat gaya bertarung ku melihat dari pelatihan militer di dekat sini.

"Ayolah jangan rusak mimpiku."

"Tunggu Nyonya jangan sedih dulu."

"Ini Pedang loh Nyonya Irie."

Sebuah pedang dengan gaya eropa. Pada gagang pedang terasa sangat terbuat dari bahan yang mudah dipegang, ini mungkit kulit. tunggu apa semacam sintetis. pada pembatasan pedang tersebut terlihat di ukir dengan indah, ini sebuah bunga, atau sayap dan yang palin menarik, ini sangat ringan.

Aku percaya pedang ini mengikut ukuran normal dan bukan anak-anak, tetapi aku bisa mengangkat pedang dengan mudah. kemudian bilah pedang tersebut terlihat terlalu mengkilap untuk sebuah besi atau baja.

"Nyonya itu terbuat dari Logam baja yang Diinfus Mana saat pembuatannya."

"Jangan bilang pedang ini, terbilang sangat mahal."

"Untuk bangsawan setingkat dengan nyonya terbilang terjangkau, tetapi terbilang langka karena tidak banyak pandai besi dengan keahlian itu."

"Nyonya Irie itu hadiah dari siapa?" Edonai penasaran siapa pengirim nya.

"Ini berasal dari Nyonya Alicia Von Smites."

"Keluarga duke yang terkenal dengan hasil olah senjata terbaik, bahkan pedang para komandan perang dibuat dari keluarga itu."

"Ehehehe, aku dapat backing yang gurih. Ehehehe."

"Tunggu ini terdapat pesan."

"Apa-apa coba ku baca."

"Aku tidak tahu alasanmu ingin sekali pedang, tetapi keluargaku yang berasal dari pandai besi ternama tidak ingin mencoreng namaku karena memberikan pedang bekas yang menjijikan, maka dari itu aku berikan karya buatanku sendiri. tetapi dengan janji tidak berusaha mendekat ke pangeran kedua."

Dasar tsundere, jika aku ini laki-laki sudah pasti ku minta untuk melakukan tunangan. Sialan tubuh wanita.

"Yosh mimpiku mulia terwujud."

"Ouhhh."

"Ouhhh."

"Edonai jangan ikutan."

***

Berkat keluarga Edonai aku mulai penasaran dengan elf di dunia ini. Aku tahu bahwa setiap elf dalam buku selalu ditulis hampir sama, seperti memiliki telinga panjang, terkadang berambut emas dan kuning, bersenjata panah dan ahli dalam sihir juga. tetapi prinsip elf di dunia baruku masih tidak boleh disamakan dengan kenyataannya.

Sebagai usaha menghilangkan rasa penasaran aku bertanya pada guru sihirku. dia sekarang harusnya masih mengajar adikku. Walaupun agak aneh, beberapa minggu ini dia fokus mengajar Relia.

Intinya karena penasaran aku pergi ke perpustakaan rumah ini. mencari buku tentang Elf sepertinya mudah di disini. Kenapa yah? seperti 30% dari buku di perpustakaan membawa pengetahuan tentang elf, kemudian sisanya buku-buku secara umum di dunia ini.

Selama membaca aku sadar akan sesuatu.

Pertama Elf di dunia terbilang terbagi dua, pertama yang tetap di hutan menyatu dengan hutan. Kemudian ada elf yang sudah besar di kota, dan sudah terbiasa dengan teknologi kota. Secara fisik dan kemampuan dasarnya mereka tidak ada perbedaan signifikan, para Elf sejak awal di cintai para peri dan memiliki energi mana yang tinggi, dan memiliki umur yang panjang.

Kedua Elf dasarnya hanya umur panjang, dan bukan abadi, dikatakan bahwa mereka secara maksimal akan meninggal di umur 1000 tahun, tetapi mayoritas Elf meninggal pada umur 300 tahun. Tunggu, perkembangan umur mereka sama denga manusia hanya saja ketika umur pelajar dan umur kerja mereka berhenti menua sampai di umur 200 mereka mulai menunjukan penuaan. Buku ini beneran meneliti Elf sampai seperti ini, sudah seperti jurnal penelitian.

Ketiga ada beberapa Elf memiliki sebutan High Elf. Mereka tidak disebut sebagai kelompok melainkan semacam kelahiran spesial, jadi ada kemungkinan Elf biasa melahirkan High Elf, kemudian sebaliknya juga. High elf bisa saja melahirkan Elf Biasa, walaupun persentasinya sangat rendah.

"Nyonya Irie, mau teh."

"Wahhhh." Ucapan dari maid terdekat yang tiba-tiba menawarkan teh.

"Nyonya tidak apa-apa?"

"Sial bikin kaget aja."

"Ahahaha. Maaf Nyonya, aku tidak mengira bakal se mengejutkan itu."

Kemudian mata pelayangku langsung tertuju pada buku yang ku baca.

"Sepertinya Nyonya penasaran dengan Elf kan."

"Begitulah, kasarnya mengejutkan sekali tiba-tiba ada anak bernama Edonai dan itu anakmu."

"Jika Nyonya penasaran soal Elf, aku bisa menjawab pertanyaan itu kok."

Ohh dia beneran baik. Waktunya memberi pertanyaan dan menghilangkan rasa penasaran

"Apa Elf memang benar memiliki mana yang besar?"

"Benar ras kami memiliki kapasitas mana yang besar karena menjadi sosok pelindung hutan, dan sebuah sihir ritual bernama Last Whisper."

"Last Whisper?"

Di beberapa komik terkadang ras Elf dekat dengan roh dan peri, apa ini perbedaan dari dunia di fiksi-fiksi. Apalagi ada istilah aneh bernama Last Whisper.

"Nyonya belum selesai membanyak buku itu kan. Jadi saya jelaskan aja."

Aku langsung duduk serius mendengarkan dongen dari Maid yang merupakan ibu Edonai. lebih baik aku tanya soal namanya setelah penjelasan ini.

"Last Whisper adalah kemampuan khusus para peri yang memberikan berkah mereka pada seseorang, tentu jiwa kami para Elf memiliki kesamaan dengan Peri maka dari itu kami memiliki akses sihir bernama Last Whisper tersebut. Tetapi kami ini memiliki tubuh dan fisik berbeda dengan peri yang terbuat dari mana itu sendiri."

"Jadi cara penggunaannya seperti apa."

"Kami harus berubah wujud dulu ke bentuk mana sendiri, atau dalam kata lain menjadi Roh itu sendiri."

"Apa ada sihir berubah menjadi Roh? apa semua Elf dapat melakukan itu."

"Tentu saja tidak.Sihir merubah fisik saja sudah sangat sulit apalagi berubah ke bentuk Roh yang benar-benar kebalikan."

"Jadi agar bisa menggunakan Last Whisper? Tunggu jangan bilang."

Seketika aku sadar kalimat itu. Harus bentuk Roh, Jiwa Elf memiliki kesamaan dengan para Peri murni. Roh bisa dikaitkan dengan jiwa, dan nyawa yang lepas dari tubuh tapi belum pergi ke alam kematian kan.

"Jika berpikir saat kematian. Benar saat itu kami bisa menggunakan Last Whisper dan memberikan berkah pada sesama Elf yang lain."

"Ahh Begitu. Apa ini tidak masalah sepertinya agak berat untuk dibahas."

"Tidak usah kaku begitu nyonya. Hampir semua orang tahu tentang keberadaan Last Whisper kok. Tentu Elf yang mati juga bebas melakukan Last Whisper atau tidak. Jadi yah semacam ritual kematian Elf agar mempertahankan berkah Alam pada orang terpercayanya."

"Benar juga, Sepertinya aku lupa dengan namamu, jika tidak keberatan boleh tahu nama?"

"Nyonya kaku banget, jarang sekali Nyonya kaku seperti ini. Padahal dari dulu selalu lompat sana sini, bawa pedang dari gudang, dan bahkan main-main dengan pisau dapur. ahahah."

"Baiklah Nyonya panggil saja Etonai."

Ibu, anak namanya mirip.

"Etonai aku lapar boleh siapkan makanan."

"Baik nyonya."

Agak aneh, tapi entah kenapa pembicaraan kami sudah seperti tuan dan maid. Walaupun begitu diriku yang tidak terbiasa dengan istilah pelayan seperti ini, membuat agak ragu. Apalagi memerintah. Mungkin ini adalah perintah paling sombong yang ku lakukan sendiri.

***

Halo Semuanya, Aku Relia Adik perempuan yang manis dari Irie. Kali aku sedang mengamati kakakku yang berlatih pedang. Aku bersembunyi di balik semak-semak sembari menggunakan cahaya untuk menyamarkan keberadaanku.

"Jangan bilang kakakku sedang memikirkan sesuatu lagi."

Aku melihat Kak Irie yang sedang tertidur melihat langit sembari meninggikan tangan layaknya ingin menjangkau langit. Aku harus catat semua apa yang kakak lakukan. Menurut Ayah dan Ibu bahwa kakakku tidak bakat sebagai penyihir tapi itu pemikirin ayah dan ibu yang keras.

Aku percaya Kakakku akan jadi sosok hebat. Dia bahkan menggunakan Mana Knife dengan sangat indah, dan bahkan berlatih pedang keras sekali. Walaupun tidak melihat hasilnya, tetapi aku percaya keajaiban itu ada.

"Yosh, waktunya uji coba ide lamaku."

Kakakku mendekat ke arah pohon. Tunggu dia mengalirkan Mana ke kakinya. apa yang dia akan lakukan. Jangan bilang Sihir unik lagi, kakak selalu saja mencoba hal baru dengan sangat keren, dia tidak memandang elemen, dia selalu menggunakan mana murninya, walaupun itu sangat lemah dibandingkan dengan yang berelemen.

"OUHHHSShsss." Aku langsung menutup mulutku.

"Kakak? kamu bisa berjalan di pohon. bukan manjat. Kakinya nempel di tembok."

Itu Keren sekali kakak, Aku ingin melakukannya juga. aku akan berlatih agar bisa menggunakan itu. Dan menyombongkan pada Kakak.

*Buhkkks*

"Kakak. dia terjatuh."

"Maaf kakak, Semua mana yang dimiliki kakak, kuhisap semua. Jika saja Kakak punya lebih banyak mana, pasti jadi sosok yang luar biasa.

Di Malamnya aku berusaha berjalan di dinding dan mengejutkan langsung bisa, walaupun prinsipnya beda dari yang kakak punya.

"Aku licik sekali."